09. Na Jaemin - Lost in Hope

49 11 0
                                    

Hari minggu ini, Jeno kembali mengajakku mengunjungi Panti Asuhan Rainbow.

Aku sempat menolaknya karena alasan pribadiku. Maksudku, harus kuakui, aku masih malu menemui Go Areum setelah kejadian itu.

Memang Areum telah memaafkanku, tapi tetap saja aku masih merasa bersalah padanya. Huft! Entah apa yang terjadi padaku di malam itu sehingga aku bisa kehilangan kendali dan... Astaga!

Saat Jeno menjemput di apartemenku, aku menolak untuk ikut dengannya. Namun, Jeno benar-benar memaksaku. Kosongnya jadwal weekend-ku membuat Jeno makin tak ragu untuk menggeretku naik ke mobilnya.

Sehingga, di sinilah aku sekarang. Sedang ada di dalam mobil Jeno, dalam perjalanan menuju Panti Asuhan Rainbow.

"Jangan kesal begitu! Aku kan tidak mengajakmu mengemis atau menggelandang. Aku mengajakmu melakukan kebaikan, Jaemin."

Aku meliriknya sinis. "Kau bisa datang sendiri. Kenapa harus mengajakku, sih?!"

"Jika aku bisa mengajakmu, kenapa aku harus datang sendiri?"

"Aku sedang malas."

"Maka bermalas-malasanlah dengan anak-anak di sana! Minta beberapa anak untuk menginjak-injak punggung dan kakimu. Kan lumayan kau bisa dapat pijat gratis."

"Itukah tujuanmu datang ke sana?"

"Tentu saja tidak! Aku tulus ingin berbuat kebaikan. Maksudku, kau tidak usah menjadikan ini sebagai beban! Nikmati saja! Bahkan jika kau hanya ingin bersantai sambil melihati anak-anak bermain, ya tidak apa-apa. Yang penting, temani aku! Aku merasa canggung jika datang sendirian."

Masalahnya, aku yang malah jadi canggung jika datang ke sana! Aku yakin Areum juga akan merasa tak nyaman melihatku.

Namun, aku tak mungkin menceritakan alasanku pada Jeno. Kejadian itu cukup aku dan Areum saja yang tahu, tidak boleh orang lain juga, termasuk sahabatku sendiri.

Mobil Jeno sudah sampai di parkiran panti asuhan. Kami pun turun dari mobil dan langsung dihampiri dan disambut hangat oleh Bunda Stephanie, pengurus sekaligus pendiri panti asuhan ini

Jeno sudah mempersiapkan kunjungannya kali ini dengan membawa beberapa camilan dan jajanan anak yang cukup banyak. Aku, Jeno, dan Bunda Steph bersama-sama memindahkan barang bawaan Jeno itu dari belakang mobil menuju ke dalam bangunan panti.

Setelah itu, aku dan Jeno dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu dan meminum teh hidangan Bunda Steph.

"Terima kasih banyak ya, Jeno dan Jaemin. Kedatangan dan pemberian kalian benar-benar berharga bagi kami. Saat kalian kemari pada dua minggu lalu pun, banyak anak-anak yang menyukai kalian. Mereka bahagia bisa bermain dengan orang baru. Bahkan beberapa anak ada yang menanyakan kapan kalian akan datang lagi."

Jeno tersenyum ramah. "Iya, sama-sama, Bunda. Kami juga senang dapat sambutan sehangat ini dari Bunda dan anak-anak. Sebelumnya, kami minta maaf karena tidak bisa sering datang."

"Ah, tidak apa-apa," ucap Bunda Steph, lalu tersenyum lebih simpul. "Bunda tahu kalian berdua sibuk bekerja. Jangan memaksakan datang jika kalian memang sibuk. Datanglah kalau sedang ada waktu luang saja!"

"Iya, Bunda. Ngomong-ngomong, apa hari ini Go Areum datang?" tanya Jeno, membuatku refleks menoleh ke arahnya.

"Ooh. Dia ada di belakang. Sedang mengawasi anak-anak yang main ular naga."

Bunda Steph mempersilahkan kami bermain dengan anak-anak jika kami ingin. Seperti dugaanku, Jeno tidak menolak. Ia mengajakku pergi ke halaman belakang untuk melihat anak-anak yang sedang main ular naga.

IRREPLACEABLE || (NJM) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang