Harusnya aku beristirahat lebih lama. Namun, berhubung aku hanya mengajukan cuti tiga hari, aku harus berangkat kerja pada hari Kamis ini.
Efek kemoterapi masih kurasakan, seperti nyeri di sekujur tubuh, lemas, mual, sesak napas, dan kerontokan rambut. Untuk efek kerontokkan rambut, kuminimalisir dengan cara mengurangi intensitas menyentuh rambutku, menggunakan sisir yang bergerigi longgar, atau memakai topi jika tidak sedang bekerja.
Bagaimanapun juga, aku tak ingin Jaemin menyadari ada yang salah dariku. Dia adalah lelaki yang penuh perhatian. Perihal rambutku, aku yakin dia akan merasa janggal jika aku tidak menutupinya.
Kulihat kulit wajahku pun agak berubah pucat dan jadi lebih kering. Sejak kemoterapi yang pertama, aku memang sudah mengalami ini. Lalu kemoterapi kedua-ku kemarin membuat kondisi kulitku makin parah. Untuk mengatasinya, aku menutupinya dengan riasan.
Sejak kemo yang pertama, aku selalu berakting baik-baik saja di depan Jaemin setiap hari. Rasa lemas pun kupaksakan. Aku juga tetap meladeni gairah seksualnya kendati kadang-kadang sedang tidak berminat. Jika hal itu terjadi ketika aku sedang tidak ingin, aku terpaksa memalsukan orgasmeku.
Mungkin itu juga adalah efek kemoterapi. Adanya penurunan gairah seksual dan gangguan kesuburan. Yaaah, itu memang membuatku sedih. Tapi setidaknya aku bisa yakin akan satu hal. Aku tidak akan hamil dalam waktu dekat ini.
Pada jam makan siang, aku kedatangan seorang tamu. Kukira itu Jeno atau Jaemin. Namun, ternyata tamuku itu adalah seseorang yang sangat tak kuduga.
Aku duduk di hadapannya dalam sebuah kafe di dekat bank tempatku bekerja.
Kami sama-sama memesan minuman kami, lalu mulai berbasa-basi begitu pelayan sudah pergi.
Aku yakin maksud Go Areum menemuiku bukan karena iseng. Jadi, daripada kami terus berbasa-basi seperti berkenalan, bertanya kabar, dan mengobrol hal ringan lainnya, aku langsung saja menggiring obrolan kami menuju inti.
"Apa ada alasan khusus kau ingin menemuiku sampai jauh-jauh datang kemari?" tanyaku.
Areum tersenyum manis sebelum menjawabku. "Aku ingin melihat secara langsung kekasih Na Jaemin. Dan juga, ingin bertanya beberapa hal padamu."
"Bertanya apa?"
"Uhm! Pertanyaanku agak sensitif. Aku harap kau tidak tersinggung."
"Katakan saja! Tidak apa-apa."
Ia menarik napas panjang sembari menatapku lekat-lekat sebelum bertanya. "Apa kau yakin ingin melepaskan Na Jaemin?"
Alisku mengernyit. "Itukah pertanyaanmu?"
"Iya."
"Bukankah sudah jelas? Aku dan Jeno meminta bantuanmu agar membuat Jaemin menyukaimu, sehingga aku bisa berpisah dengannya tanpa membuatnya terluka. Aku merelakannya bersamamu," jawabku.
"Kau tidak mencintainya?"
"Aku sangat mencintainya."
"Kau tidak percaya diri akan sembuh?"
Napasku tertahan. Mataku mengerjap dua kali sebelum kutundukkan kepalaku sedikit. "Aku ingin sembuh. Tapi aku tidak ingin mengambil risiko menyakiti orang yang kucintai."
"Bagaimana jika nanti kau bisa sembuh tapi Jaemin sudah bersamaku? Apa kau ingin ia kembali? Atau merelakannya bersamaku?"
Kudongakkan kepalaku untuk kembali menatapnya. Kemudian, aku mengulas senyum tipis. "Apapun yang Jaemin inginkan, akan kulakukan. Jika ia sudah melupakanku dan bahagia bersamamu, aku akan merelakannya."
"Dan jika Jaemin ingin tetap bersamamu?"
"Aku akan menyambutnya dengan senang hati."
"Bagaimana jika aku tidak mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE || (NJM) ✓
Romance(Adult Romance, Angst) "Antara persahabatan dan cinta, mana yang kau pilih?" edit note : PLS JANGAN BACA CERITA INI! 😭😭😭😭😭 . ⚠️ Warning : (slight) sexual scene, severe illness . . . -(18+) -Bahasa baku, latar di Korea Selatan -Cast : Na Jaemin...