Chapter 05 : Penulis Atau Pelukis?

197 70 88
                                    


"Kucari kamu, dalam setiap malam. Dalam bayang masa suram. Kucari kamu, dalam setiap langkah, dalam ragu yang membisu. Kucari kamu, dalam setiap jejak. Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam"

~ payung teduh : kucari kamu ~



Happy Reading

Jika di suruh memilih antara pelukis dan menulis. Nathan sungguh tidak bisa memilih, antara dua objek itu. Sama hal nya, jika harus memilih Nadiya atau Rakha? Sungguh Nathan tidak bisa memilih. Kalau menurut Nathan, jika bisa dua-duanya mengapa harus pilih salah satu??

Pagi ini Nathan sungguh-sungguh menjemput Nadiya. Rakha naik angkot dari rumah. Bagaimana Nathan tau? Karena saat Nathan dan Nadiya sampai, Rakha juga baru turun dari angkot.

Wajah Rakha sudah sarkas, saat melihat Nathan yang tengah membantu Nadiya melepaskan helem nya. Ternyata kedudukan Rakha. sebagai selingkuhan, sungguh nyata. Tidak salah anak-anak kampus. Menyebut Rakha adalah perusak hubungan antara Nathan dan Nadiya.

Bahkan Nathan tidak melirik Rakha sedikit pun, anak laki-laki bersetelan Kemeja biru kotak-kotak, dengan kaos hitam di dalamnya. tengah sibuk, memanjakan gadis yang berada di hadapannya.

Selain mesra, hubungan mereka berdua sungguh membuat satu kampus iri, 2 tahun bukanlah kurung waktu yang sedikit. Bahkan mereka tidak pernah bertengkar sedikit pun. Berselisih paham, juga hampir tidak pernah selama 2 tahun.

"Kamu sama Rakha lagi berantem?" Tanya Nadiya dengan sorot mata polos.

"Enggak, dia aja yang aneh," ujar Nathan dengan, wajah kesal.

"Aneh kenapa?" Tanya gadis itu. Seakan ingin tau, apa yang telah terjadi di antara dua sahabat. Yang bagaikan pinang di belah dua ini.

"Dia mau numpang motor. Tapi, aku udah janji duluan sama kamu. Sayang...," jelas Nathan. Tangannya terulur lembut mengusap pipi sang gadis.

"Kalau gara-gara aku, kalian diem-dieman, mending kamu jemput Rakha aja, Nath,"

"Shutttt... Enggak akan Nad," potong Nathan. Jari telunjuknya ia tempelkan, pada bibir Nadiya. Agar tidak berbicara lagi.

"Kamu aneh," kesal gadis itu.

"Iya aku tau," kekeh Nathan pelan, Nadiya kalau ngambek. Sangat imut di mata anak itu.

"Nathan...," kesal Nadiya, yang sudah mencubit pelan pinggang anak laki-laki itu. Nathan kalau gombal, nggak ada habisnya.

"Iya sayang... Aku juga cinta kamu," Nathan mencium pelan dahi gadis itu, meskipun pinggangnya, agak ngilu saat di cubit Nadiya. Tak mau berlama-lama di parkiran motor. Dua pasang kekasih itu langsung menuju ke dalam gedung, penuh dosen-dosen yang setiap hari kerjaannya menagih skripsi para mahasiswa.

Dua insan itu berjalan dengan santainya sambil bergandengan tangan, seakan dunia milik berdua. Yang lain hanya menumpang saja.

"Nathan?"

Nathan dan Nadiya langsung menghentikan langkahnya, saat seorang wanita cantik, tengah berlari menuju Nathan.

"Siapa ya?" Tanya Nathan. Karena sungguh, anak laki-laki itu tidak mengenali wanita yang berada di hadapannya.

"Aku Sinta, aku-,"

"Oh. Nggak kenal tu," Nathan langsung memotong perkataan perempuan itu, lalu menarik Nadiya pergi menuju ruang musik, di mana ada Rakha yang bertugas sebagai penghuni gentayangan ruangan tersebut.

Elegi | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang