Chapter 04 : Mengagumi lukisan lewat Sastra

225 85 90
                                    

"Kala senja ingin menyaksikan akhir kita, api asmara menyala mengalahkan gulita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kala senja ingin menyaksikan akhir kita, api asmara menyala mengalahkan gulita. Selamanya..."

~ JRX & Nora : Sastra Cinta & Senjata ~

"Nanti akan ada hari, untuk aku melukis. di kala indah nya, sang purnama. Di selingi Asrar puisi Sastra,"

~ Nathanael Nayanika ~



Happy Reading

Hari ini seperti biasa, tidak ada yang spesial. Cuaca sering cerah belakangan ini. Panasnya, sungguh nggak ngotak. Untuk seorang Nathan, yang membenci terik matahari. Rakha juga sering nyeletuk Nathan karena jarang keluar, kalau matahari lagi membumbung tinggi di cakrawala sana. Padahal, sinar matahari itu bagus buat kesehatan, kalau menurut Rakha. Bisa membakar lemak, juga mengeluarkan racun dari tubuh. melalui air keringat.

Namun, Nathan mengatakan tidak. Untuk panas-panas-san di luar dan lebih memilih tiduran di dalam kamarnya, yang nyaman. Seperti saat ini, anak laki-laki tampan itu tengah menonton televisi. Bersama sang Papa. Tadinya, Rakha menyuruh Nathan untuk ke rumah di akhir pekan. Namun Nathan menolak. Sebab, ia ingin menghabiskan waktunya bersama sang Papa. Lalu, menjemput Nadiya sore nanti. Untuk jalan-jalan di kota kelahirannya ini, Bandung.

"Gimana kuliah mu, Nath?" tanya Papa yang tengah fokus makan ubi kukus. Sambil menonton berita siang.

"Gimana apanya?" Nathan bertanya balik. Hanya untuk sekedar bercanda dengan sang Papa.

"Kalau di tanya itu. Ya, jawab. Jangan orang tua tanya, malah kamu tanya balik," ucap sang Papa. Lebih tepatnya, papa tengah memarahi anak laki-laki nya itu.

Nathan terkekeh pelan, saat Papa menceramahi nya, "Biasa aja Pa, kadang kalau males ya, bolos. Kalau rajin Ya...," Nathan memanjangkan kalimat akhirnya, yang membuat sang Papa. Mengernyit heran.

"Ya apa?" tanya Papa tidak sabaran, dengan kalimat terputus. Yang bikin darah naik turun. Sungguh sifat kurang ajar Nathan tidak pernah berubah.

"Ya bolos juga...," ucap Nathan cepat, sambil nyengir. kuda lumping kesurupan.

"Dasar budak Gelo, anak bangor. Edan!!" sang Papa sudah akan melayangkan pukulan ke arah Nathan. Namun, anak itu dengan rayuan dan kata-katanya, membuat sang Papa menurunkan tangannya perlahan.

"Sabar Pa, nanti asam urat nya kumat,"

"Kamu itu, mau kuliah atau bagaimana sih??" tanya Papa Ajun. Nampak dari raut wajahnya, yang pusing. Melihat bocah Lanang satu-satunya ini.

"Mau kuliah pa...," jawab Nathan lesu.

"Jadi kenapa sering bolos?"

"Papa kan tau, Nathan ambil jurusan Sastra. jadi--, seorang Sastrawan itu. Butuh inspirasi," jelas Nathan sebisa mungkin, dengan gerak tubuh yang meyakinkan.

Elegi | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang