Chapter 07 : Berbalas Pesan Lewat E-mail

266 34 30
                                    

"Haruskah aku bicara bahwa mencintaimu ini lebih dari apa yang ingin engkau dengar? mudah-mudahan semua sikap ku, bagian terbaik dari yang lain,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haruskah aku bicara bahwa mencintaimu ini lebih dari apa yang ingin engkau dengar? mudah-mudahan semua sikap ku, bagian terbaik dari yang lain,"

~ Pidi Baiq : Mudah-Mudahan ~



Happy Reading

Ada yang tak mampu kulupakan
bulu-bulu lembut di keningmu
yang meremang kala kukecup
dan ketika kusibak rambutmu
Ada yang tak ingin kubuang dan
kenang-kenangan.

yang tergambar di gelap malam
dan tersimpan di pucuk daunan
Langit di atas simpang jalan
menemaniku bernyanyi
berbagai gejolak pohonan runtuh
bersama gitar bersama sepi
bersama luka dan cinta.

aku masih sempat bernyanyi lagi
Ada yang mesti kupikir lagi
melepaskan dendam dan sakit hati
dan berjuang membendung benci
Tuhan, jagalah aku ini.

Papa Ajun tengah menikmati alunan musik dari tape recorder, sembari menyesap pahitnya kopi di kala sore itu. Wajah pria paru baya itu nampak lesu, mungkin faktor usia yang membuat wajah yang pernah tampan, mulai menua seiring jalannya usia. Kerutan di wajah Papa Ajun nampak samar. Meskipun sudah tua, jiwa mudahnya masih melekat hingga sekarang, bahkan cintanya kepada sang istri masih membekas di dalam lubuk hatinya, yang kini kesepian dan dingin tanpa kehadiran sang istri tercinta.

Lagu yang terputar di Tape Recorder itu, adalah lagu yang sering papa Ajun nyanyikan saat masih mudah dulu, lagu itu sebuah kenangan, sebuah syair yang mewakili perasaannya kepada Mama Nathan. Karya Ebiet G Ade yang kembali Papa Ajun dengar untuk sekedar mengenang, dan menyisakan rindu yang kian membesar.

"Kapan tuhan mengizinkan aku ketemu kamu ya Nay?" bisik pria itu. Raut wajahnya seperti menyimpan banyak rindu.

Papa Ajun pernah berfikir, seandainya Mama Nathan masih ada hingga sekarang. Apakah kecemasan dan kerinduan ini tidak pernah singgah kepada dirinya? Namun tuhan sudah memberikan garis takdir, kita manusia hanya bisa berpasrah dan berdoa yang terbaik.

"Assalamualaikum... om!"

"Wa'alaikumussalam... Masuk Rakha, Nathan sama Nadiya di dalam," ujar Papa Ajun, yang di kejutkan oleh kedatangan Rakha.

"Iya om, mau masuk emang," jawab Rakha dengan wajah tengil, sembari menyalami Papa Ajun.

"Kalau mau makan, makan di dapur Rakha," tawar Papa Ajun lagi sambil menepuk pelan punggung Rakha.

"Siap!! Om," anak laki-laki itu langsung nyelonong masuk, setelah salam pada papa Ajun.

Rakha itu jika ke rumah Nathan, pasti ke kamar mandi dulu, cuci kaki dulu, baru makan. Bisa di bilang rumahnya Nathan juga rumah Rakha, begitu juga sebaliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elegi | Na Jaemin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang