Felix dan Minho yang sudah selesai mempersiapkan bahan makanan, mengeluarkan panggangan dan menyiapkan arang. Bokkie si kompas yang mengerti tuannya sibuk hanya memperhatikan dari sudut lain. Daging sapi dan bahan laut yang sudah disiapkan sebelumnya berjajar dengan rapi di atas meja, siap untuk dipanggang.
".. wahh asiikkk makan-makann..."
"heh heh hushh jangan dimakan dulu ini masih mentahh" canda Minho.
"dih aku juga tau kali, pokoknya aku akan tunggu sampai matang satu per satu" >:(
"hahaa... Louis, bagaimana kalau kau bantu cuci buah daripada nunggu dagingnya matang.. biar gak berasa nunggunya lho" entah kenapa Sky, seperti orang tua yang sedang membujuk anaknya.
"ah iya benar juga"
"aku ikut bantu ya"
"boleh Jeongin.."
Louis dan Jeongin dengan semangat mencuci dan memotong-motong buah yang Sky bawa dari Nereida. Semangka, jeruk dan melon menebar aroma manis ketika dikupas dan ditata di atas piring. Di sisi lain, Sam dan Sky mengeluarkan satu per satu botol soda dari kotaknya, memastikan tak ada botol soda yang pecah atau rusak selama penerbangan.
"oii Chris, kau bawa es?" tanya Sam yang sibuk dengan botol soda di tangan kanan dan kirinya.
"bawa.. es? untuk apa?" Chris yang rambutnya masih basah oleh air laut pun balik bertanya.
"... kau gak bawa es?? hambar donk soda-soda ini kalau tidak dingin :( "
"oohh... es untuk soda.. kenapa harus bawa??" Chris memutar pergelangan kedua tangannya. Sebongkah besar es pun muncul begitu saja. Tentu saja membuat bongkahan es hanyalah hal biasa baginya.
"AHAHAHAHAHA..... OH IYA YA.. maaf Chris, bisa-bisanya aku lupa"
"mau sekalian botol-botolnya ku dinginkan juga gak masalah.. sini.."
"..... kalau Chris bisa, berarti Jeongin..." termangu melihat Chris, Felix pun melirik Jeongin.
"kau butuh api? Sini... " Jeongin meletakkan pisaunya dan menghampiri Felix yang berdiri di depan panggangan. Hanya dengan satu hembusan napas, arang di bawah panggangan sudah terbakar api.
Nyiur melambai, terbelai oleh angin sore. Hembusan yang juga menggoyangkan tirai pondok hingga menari-nari. Hanya ada lautan dan langit biru sejauh mata memandang.
"ah.. matahari terbenam.." seketika Sky menunjuk ke pantai, ke arah matahari yang perlahan pamit, tenggelam seolah disembunyikan lautan. Warna langit yang sebelumnya jingga pun berganti menjadi nila-kehitaman yang dihiasi jutaan bintang. Pondok yang terletak agak jauh dari kota membuat bintang-bintang hingga bimasakti terlihat jelas menghampar di langit.
"bagaimana? Tempat yang kupilih ini bagus kan? Apalagi langit cerah tak ada awan.." sebagai orang terpenting di Chaldene tentu Peter memiliki banyak uang untuk membangun beberapa tempat rekreasinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Kids - ENN VASSILI | GO!: the Wings that Protect
FantasyNegeri tempat klannya terlahir, negeri dimana rakyatnya melangsungkan kehidupan, negeri yang mana saat ini ialah pemimpinnya. Tak peduli bila harus kehabisan Magia dan pulang dengan luka di sekujur badan. Samuel akan mempertaruhkan segenap kekuatann...