-Happy reading-
Don't forget to Vote and Follow me.Lemparan bola kertas dari teman-teman sekelas nya membuat Dinda menunduk.
Dinda menautkan jari telunjuknya di atas meja.
Hal seperti ini sudah biasa terjadi di hari-hari sebelumnya, namun tidak dengan perasaan Dinda.Mereka terus melempar gumpalan kertas beserta cacian pada Dinda.
Dinda tidak mengerti, dimana letak kesalahannya pada mereka?"Rasain lo.Lagian sih jadi orang caper banget sama guru."
"Cih kok bisa cewek kampungan kayak gini ada disini?."
"Nunduk doang lo bisanya. Gak punya nyali?."
"Kacamata gede banget gak kayak nyali lu."
"AHAHHAHAHA"
Lontaran kata-kata jahat diringi tawa dari teman-teman sekelasnya makin membuat air mata Dinda mengalir.
Kepalanya setia menunduk menatap meja yang juga bercoretkan makian yang ditunjukkan untuknya.
Dinda sudah biasa diperlakukan seperti ini.
Dari ia duduk di bangku Sekolah dasar sampai SMA, perlakukan itu sudah menjadi santapan sehari-hari bagi Dinda.Namun apa boleh buat, Dinda bukanlah anak pemberani yang mampu membela diri ketika di injak-injak.
Dinda berlari keluar kelas.
Ia sudah tidak tahan dengan suasana mengerikan di kelas nya.
Kelas yang ia pakai untuk mencari ilmu itu terasa seperti neraka sekarang.Matanya yang ber air membuat pandangan Dinda buram.
Dinda tidak memperhatikan sekitarnya sampai Ia tidak sengaja menabrak bahu seseorang.
Dinda terjatuh.
Seseorang yang Dinda tabrak hanya memberikan tatapan tajam.
Tidak ada niat untuk membantu Dinda yang terduduk di lantai."Buset van, jatoh dia. Tolongin nape?"
Ucap laki-laki bertubuh agak besar.Satria. Laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Dinda.
Dinda menerima uluran tangan Satria.
Ia lalu membersihkan rok nya lalu kembali menunduk."M..maaf ya"
Mata Dinda dan Bevan bertemu.
Hanya sekitar lima detik sebelum akhirnya Bevan memutus kontak mata mereka.Bevan melengos meninggalkan Dinda yang masih terdiam.
Disusul oleh Rey dan Rion.
Sedangkan dua orang lagi masih setia berada di depan Dinda sambil memanggil ke tiga temannya yang mulai menjauh.
"Woi anjing ditinggal"
Dinda yang mendengar Satria mengumpat menolehkan pandangannya ke Satria dan temannya.
"Eh lu gak kenapa-kenapa kan?"
Dinda menggeleng.
"Makanya neng lain kali tu kalo jalan liat-liat elah, noh boss gue pergi."
Bukan Satria yang berbicara, namun itu Aji.
Laki-laki dengan tubuh agak kurus serta rambut nya yang agak ikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA||On Going
Teen FictionCerita tentang Adinda Rosarie. Gadis dengan sejuta kenangan pahit dan menyedihkan. Gadis yang tidak pernah mengenal apa itu Cinta. Hingga akhirnya ia datang, memberi warna pada kehidupan Dinda yang abu-abu. - Cover cr°pinterest.