DMS : 08

355 22 4
                                    


"Jung bisakah kau belikan aku baju ini?"

"Tentu, sayang. Pesan saja."

"Ah, aku semakin mencintaimu!"

Jungkook tersenyum lembut kearah Lisa yg sibuk berkutat layar ponselnya

Entah kenapa sikapnya semakin membuat Jungkook miskin.

Jungkook kembali meminum Tiramisu Latte yg sempat ia pesan dua menit yg lalu, pikirannya tak sama sekali mengingat bahwa Nayeon saat ini masih terkurung dalam kamar atau bahkan sudah bisa mendobrak sendiri pintu kamar yg telah ia kunci. Menatap sekilas kearah Lisa yg semakin memekik senang memasukan beberapa baju yg berharga mahal itu ke keranjang dan memesannya secara online.

"Sayang," panggil Jungkook kepada Lisa

Lisa menoleh, kembali menatap layar ponsel. "Kenapa sayang?"

"Boleh ku pinjam ponselmu?"

Kegiatan Lisa terhenti, menatap sepenuhnya kepadanya.

"Untuk apa? Apa kau meragukanku?" tanya Lisa sedikit gemetar, takut jika Jungkook melihat lihat seisi ponselnya.

Jungkook mengkerutkan keningnya jelas, kenapa Lisa berbicara seakan akan ada sesuatu yg ia sembunyikan?

"Meragukanmu? Sayang, aku tidak pernah meragukanmu." Ia membantah perkataan Lisa

"Lalu untuk apa?"

"Aku akan melihat lihat keranjang olshop mu, sayang. Apa aku menyinggung perasaanmu?"

Lisa diam diam menghela nafas lega.

"A-ah maaf sayang, boleh kok. Kau boleh melihat lihat keranjang shoppingku." Balas Lisa lembut, menyerahkan ponselnya kepada Jungkook.

"Terimakasih, sayang, sebentar ya?" Lisa mengangguk dan memilih meminum es latte yg terbiarkan sejak Jungkook datang menemuinya.

Jungkook bukannya melihat isi keranjang olshop milik Lisa, ia memasang alat penyadap suara yg bisa membuatnya mengetahui Lisa berbicara dengan siapa dan dimana keberadaannya.

Kena kau.

Jungkook mengembalikan ponsel milik Lisa.

"Semua barangmu akan tiba besok lusa, itu sudah paling cepat." Ucap Jungkook membuat senyum Lisa melebar

"Benarkah?! Ah, aku tidak sabar menunggunya—Sayang, bagaimana jika kita jalan jalan? Aku ingin ke mall." Ajak Lisa senang, berharap Jungkook mau menuruti kemauannya.

Jungkook menggeleng. "Maaf sekali sayang—" mengusap lembut rambut Lisa sembari tersenyum lembut. "Aku ada rapat setelah ini, bagaimana jika Minggu besok? Aku tidak ada pekerjaan apapun hari itu." Lanjutnya.

Lisa jelas sedikit kecewa, mengenggam tangan Jungkook yg membelai rambutnya lembut. Berusaha tersenyum dan merelakan hari ini tidak bisa menemaninya pergi.

Tak apa lah, jika aku melarangnya nanti aku hidup pakai uang siapa.

Lisa mengangguk. "Tidak apa apa, kita bisa lakukan itu lain waktu."

Jungkook beranjak akan siap siap pergi. "Aku pergi, aku sudah memberitau salah satu pengawalku untuk mengantarmu kemana saja yg kau mau."

"Dan itu tanpa mu?"

"Ya. Aku pergi, jaga dirimu baik baik!" ucapnya langsung meninggalkan Sunny Sky Cafe yg ia datangi.

Jungkook menarik sudut bibirnya tersenyum sinis sembari keluar dari cafe.

.

.

.

"Ada apa? Kau bisa menceritakannya padaku, jelaskan kenapa kakak bisa terkunci dalam kamar. Apa pintu itu rusak?" tanya Jihyo seusai Nayeon meneguk segelas teh hangat.

Jangan pernah.

Nayeon menatap kearah Jihyo seolah baik baik saja, hatinya menjadi hangat karena ucapan itu. "M-maafkan aku, hyo. A-aku memang bodoh, sudah tau ganggang pintu itu rusak dan aku tetap menutupnya tadi." Sedikit tertawa meratapi bodohnya dirinya.

"Tapi, untung saja kau datang menyelamatkanku. Aku berhutang banyak kepadamu." Ucapnya sembari mengenggam lembut tangan Jihyo.

Jihyo menatapnya kurang puas, tidak- ia tidak ingin mendapatkan jawaban itu. Nayeon pasti dikunci, bagaimana bisa ia terkunci didalam sementara kuncinya sendiri ada di depan? Oh tolong katakan sejujurnya, nay.

"Apa kakak di kurung oleh suamimu?"

Di kurung.

"Tidak aku terkunci, kau lihat kan? Kunci itu ada didepan, dan pintu itu sudah lama rusak—jadi bodohnya aku melupakan tentang hal itu." Nayeon membantah tebakan Jihyo. Tapi itu bukan tebakan, Jihyo mengangguk percaya. Bisa jadi seperti itu, atau dia yg sedang dibuat percaya?

"Baiklah aku mempercayaimu, bagaimana kau bisa masuk kedalam?"

"A-aku ingin membersihkan kamar itu, sepertinya aku harus menyuruh asissten rumahku untuk membersihkannya saja."

Jihyo setuju dengan ucapannya, Jihyo mendorong tas yg sempat ia bawa.

"Aku membawa ini untukmu, aku membuat kimchi lobak dan gimbab, aku baru mencoba memasaknya untuk pertama kali. Kupikir aku harus meminta nilai dari kakak."

Nayeon menatap kearah tas yg didorong Jihyo, dengan sigap ia membuka isi tas itu dan mengeluarkan nya satu satu dan membukanya.

Aroma nya sangat menguar lezat.

"Wah baunya saja sudah enak—sebentar ya, aku ingin mengambil peralatan makan untuk dimakan bersama sama."

Jihyo sontak menolak. "Tidak tidak, aku sudah memakannya sebelum kemari. Kau makanlah bersama suamimu kak, aku meninggalkan Hera dirumah masihan. Maaf kak,"

Suami ya?

Nayeon terduduk kembali, "Begitu ya? Lain kali ajak saja anakmu kesini, aku ingin melihat anakmu hyo."

Jihyo tersenyum kemudian mengangguk. "Iya kak lain kali aku akan membawanya ikut bersama ku, aku pamit—" Jihyo sudah berdiri diikuti Nayeon.

"Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa datang kerumahku, rumahku akan selalu terbuka untukmu kak."

Ucapan Jihyo membuat Nayeon tertawa kecil.

"Ah aku semakin berhutang banyak kepadamu—terimakasih banyak untuk semuanya ji." Nayeon memeluknya, Jihyo menepuk beberapa kali punggungnya.

"Baiklah, aku pulang."

"Hati hati!!"


TBC

DEVIL MY HUSBAND ; END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang