8 - ITWU Social Gathering

643 72 18
                                    

Beberapa hari sejak Senin di mana Lando dan Dirga datang bagai tsunami, Erika akhirnya sampai di hari Kamis. Atas saran Wawan, salah satu penggagas IT Worker Union atau ITWU, pertemuan hari Selasa depan, dimajukan jadi Kamis minggu ini. Hal itu, Wawan bilang karena ada pembicara yang ingin mengisi social gathering para anggota ITWU yang entah ke berapa—Erika benar-benar tidak menghitungnya, karena acara-acaranya sejauh ini cukup mengasyikkan.

Wawan bilang lagi, kalau si pembicara hanya beberapa saat di Indonesia. Dia adalah salah satu konsultan atau dalam bahasa dunia kerja Erika disebut solution architect atau SA. Dia SA dari penyedia layanan server di Singapura. Namanya Stephann Lauw, dengan dobel N. Ia bule Singapura, pastinya campuran. Wawan bilang sih, Amerika-Hongkong. Hmm, Erika jadi penasaran, karena bahasa bule Singapura itu menarik dengan Singlish-nya.

"Lu bisa datang nggak, Rika?" tanya Wawan di telepon saat Erika sedang makan siang di warung Nasi Gandul Pati daerah Jalan Sabang bersama sobat kental di kantornya.

"Bisa lah. Jam lima nanti kan mulainya?" sahut Erika sambil sesekali menyuap satu sendok penuh nasi yang sudah dipenuhi kuah dan potongan daging serta jeroan sapi.

"Ya gue tahu lu nggak bisa jam lima, jadi jam enam kami baru mulai acara utamanya. Dari jam lima sampai jam enam paling cuma acara networking aja lah. Ada beberapa anggota baru yang bergabung, jadi mungkin bisa untuk memperluas jaringan kerja lu kalau-kalau mereka nggak datang lagi minggu depan," jelas Wawan diakhiri tawa yang tidak Erika pahami.

"Kok ketawa lu?"

"Iya, takutnya mereka nggak datang karena acaranya sering bikin bosen. Acara kita kan emang biasa aja, bukan kayak acara temu para CTO dan para VP. Mereka kelasnya beda sama kita yang cecunguk doang."

Mendengar bahwa karyawan biasa, Wawan sebut cecunguk, Erika tak bisa menahan tawa. Gray, Izza, Tessa, Farda, dan tambahan Dennis yang sejak berangkat makan siang cuma bisa diem-dieman dengan Izza, langsung melirik. Erika lalu menggumamkan W-A-W-A-N tanpa suara untuk memberitahu yang lain tentang penelepon yang hampir membuat ia tersedak jeroan sapi.

Melanjutkan telepon dan sedikit hal-hal remeh soal dunia IT yang sungguh sempit, Erika menutup pembicaraan sebab makanan sudah tandas. Erika dan teman-temannya bermaksud pindah lokasi untuk mencari pencuci mulut di sekitar Jalan Sabang.

"Ke Ragusa aja yuk? Udah buka kayaknya," tawar Gray.

"Ngide banget ah kamu, Sayang! Jauh kaleee!" teriak Tessa kekasihnya.

Oh tentu saja terlalu merepotkan kalau ke Ragusa—es krim legendaris dan murah—di Jalan Veteran, Gambir itu. Arah kantor JajanYuk berlawanan dan kalau jalan kaki ke sana, tentu terlalu lama. Waktu makan siang saja sudah terlalu panjang, apalagi kalau ditambah makan es krim ragusa.

"Ke tukang es cendol aja di situ. Lebih cepat kan?" saran Erika.

Tak ada yang memprotes dan semua menuju tukang cendol.

Erika jadi teringat bahasan tadi, mengenai para karyawan yang hanya cecunguk. Pasti, yang lainnya tertarik mengobrolkan hal ini sambil makan es cendol, atau malah... tidak ya? Apa mungkin malah risi?

"Eh, tadi Wawan kocak deh. Masa dia bilang kalo pertemuan ITWU itu kayak pertemuan cecunguk," kata Erika membuka obrolan.

Gray yang baru saja akan menelan bulatan besar cendol anomali—ya, biasanya adonan cendol kan kecil-kecil, tapi ini besar sendiri—langsung berhenti mendadak. "Jangan ngomongin kecoak dong! Lagi makan nih. Jijik gue ah!"

"Iya, kira-kira dia bilang, acara pertemuan CTO sama VP tuh kan selalu bergelimang makanan dan minuman keras yang ringan. Eh, gimana sih nih ribet banget bahasa gue. Ya pokoknya bir-bir ringan tapi mahal gitu. Tapi, kalau pertemuan alias social gathering kita di bawah naungan ITWU mah, paling jajannya kopi sepeda pas udah selesai acara. Terus gosip lagi di pinggir jalan sambil nunggu kereta rada lowong," jelas Erika panjang lebar.

Not for IT Folks! | ✔ (TERBIT GPU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang