" 𝓐𝓽𝓽𝓮𝓷𝓽𝓲𝓸𝓷 "

3.1K 655 216
                                    

𝓟𝓮𝓻𝓱𝓪𝓽𝓲𝓪𝓷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝓟𝓮𝓻𝓱𝓪𝓽𝓲𝓪𝓷

"Cepetan, Haru-kun! Biarkanlah babu-mu ini bermain di Zonetime!" (Name) menarik-narik tangan Sanzu, walaupun gak guna.

"Gak." Tangan Sanzu masih saja di simpan di dalam kantong celana. Masker-nya menutupi muka Sanzu yang merah karena tangan-nya telah di pegang oleh (Name).

"Plis! Aku udah mau ke sana sejak tahun lalu!" (Name) memohon.

"Gak."

"Nanti gue traktirin Buckstar!" (Name) mencoba untuk menyogok-nya.

"No."

"Atau enggak gue bilang ke Sano-san kalau lu pernah mencoba buat ngegali kuburan adik-nya." (Name) menatap Sanzu dengan tajam, sudah tahu bahwa Sanzu akan merasa terpojok.

"Anjir! Lu tahu tentang itu?!" Sanzu menghadap seluruh perhatian-nya ke (Name).

"Dari semua-nya!" Padahal Sanzu kasih tahu sendiri waktu dia lagi mabuk.

"...Yaudah kita ke Zonetime tapi cuman boleh main satu permainan." Sanzu berjalan duluan ke sana, meninggalkan (Name) tersenyum sendiri.

'Yes! Gue berhasil! Zonetime here I come!' (Name) tertawa sendiri, geli sendiri seperti orang gila ngomong sendiri.

𝓣𝓲𝓶𝓮 𝓢𝓴𝓲𝓹

"Nih tiket-nya. Main sono!" Sanzu mengusir (Name) untuk main seperti anak kecil sementara dia diam-diam mengambil obat-obatan dan meminum-nya dengan kopi Buckstar.

"Ish, emang-nya gue anak kecil?" (Name) bergumam dan langsung pergi ke seberang area.

Saat dia memasuki Zonetime, anak kecil, remaja, dan ada beberapa anak dewasa berada di sana. Bermain mobil-mobilan, Aikatsu, Animal Caesar, dan mungkin mainan-mainan yang lain. 

Tetapi cuman ada satu di mata (Name) dan itu adalah permainan capit. Seksi itu sangat sepi karena biasa-nya orang-orang menyebut itu adalah permainan tipu karena tiap kali mau mencapit, tidak dapat-dapat.

Dia pun berjalan ke sana dan mencari boneka keinginan. Akhir-nya dia ketemu permainan capit yang berisi boneka-boneka lucu dengan warna pastel.

"Ini dia! Yang gue cari!" (Name) memasuk-kan uang mainan dan mencoba untuk mencapit boneka beruang berwarna biru terang.

"AKH-!" 

Tetapi saat dia sudah hampir dapat, ada anak kecil yang mengganggu-nya dengan menginjak kaki (Name).

"Hahh?! Lu mau mati, kusogaki!?" (Name) menggunakan muka Sanzu saat Sanzu sedang mengintimidasi orang.

"Blehh!" Anak itu menjulurkan lidah, tidak mau kalah.

"Hah?! Lu emang-nya siapa?!" (Name) mendekati anak itu dan anak itu pun berjalan mundur, sudah mulai takut.

"Gue O-Oikawa T-Toru! Jangan dekat-dekat atau gue panggil Iwa-chan!" Anak yang bernama Oikawa itu mencoba untuk mencari perlindungan.

"Oh?! Iwa-chan?! Daijoubu! Nanti gue panggil Haru-kun, mampus hidup lo!" (Name) tersenyum sadis, mengambil pensil tajam berpura-pura bahwa itu adalah pisau.

"Hiih! Seremm!! Iwa-chan!! Ada nenek-nenek jelekk!" Oikawa itu pun langsung lari dengan muka malu.

'Mampus! Lu aja takut sama gue. Maka-nya jangan main-main!' (Name) tersenyum menyeringai, bangga kepada diri-nya sendiri.

"Lu seriusan bertengkar sama anak-anak?" Suara yang familiar langsung membuat (Name) tegang.

"A-ah... Haru-kun! Ngapain kau di sini?" (Name) bercucuran keringat, berlari ke permainan capit lagi.

"Gue kecewa, (Name). Lu bertengkar sama bocah? Gue kira lu babu yang punya otak." Sanzu menggeleng kepala-nya.

"Ish, gue teman sekamar, bukan babu." (Name) memasuki uang koin lagi.

"Hm? Kau bilang sendiri kalau kamu babu-ku. Jadi, kau adalah babu-ku." Sanzu mengangkat bahu-nya, masih sibuk minum kopi Americano. Dia pun juga ikut memperhatikan capit itu mencoba untuk mencapit boneka warna biru.

'Boneka warna biru? Ini anak seriusan?' Sanzu memutar mata-nya kecewa bahwa (Name) tidak memilih warna putih.

"Tch, gagal." (Name) bergumam, hampir menghancurkan mainan-nya.

"...Sini gue coba." Sanzu mendorong (Name) pelan. Dia pun langsung mengambil koin-nya dan memasukkan ke dalam.

"Lu bakal bantu, Haru-kun!? Kyaaa!! Arigatou!" (Name) melompat untuk memeluk Sanzu tetapi untung-nya Sanzu menghindar.

"Jangan pernah mencoba-coba buat peluk gue." Sanzu masih saja fokus untuk mendapatkan boneka beruang-nya.

Dia akhir-nya memencet tombol 'Ambil' dan capit tersebut mengambil boneka berwarna putih.

"Nih." Sanzu melempar boneka itu ke arah (Name). (Name) pun menangkap-nya dengan sempurna dan menatap boneka beruang itu.

"Warna putih, ya?" (Name) mengharapkan boneka warna biru tetapi tidak apa-apa. Dia sudah bersyukur kalau Sanzu mau bermain dengan-nya.

"Apaan sih? Orang gue juga mau ambil warna biru." Sanzu memencet tombol 'Ambil' lagi dan mengambil boneka beruang berwarna biru.

"E-Eh?!" Muka (Name) memerah seperti tomat. Sanzu melempar boneka beruang berwarna biru tepat ke jidat (Name).

"Tuh. Yang biru jelek jadi gue kasih lu yang itu. Gue ambil yang putih." Sanzu mengambil yang warna putih dengan cara di sambar dan memegang tangan (Name).

'Heehhh!?' Muka (Name) makin memerah sedangkan muka merah Sanzu sudah tertutup oleh masker-nya.

"Bersyukur gue ambilin itu dua." Ujar Sanzu sambil berjalan ke basement buat ambil motor.

"O-Oke." (Name) mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia sangat mengerti apa yang dikatakan Sanzu.

Inikah cara Sanzu membuat jantung (Name) berdetak kencang?

𝓮𝓷𝓭

𝑪𝒉𝒊𝒍𝒍 ↪ 𝑨. 𝑯𝒂𝒓𝒖𝒄𝒉𝒊𝒚𝒐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang