𝓣𝓪𝓴 𝓭𝓲𝓽𝓮𝓻𝓲𝓶𝓪
Seperti hari yang lain, mereka berdua memilik semua waktu yang berada di dunia ini. Tetapi entah kenapa, (Name) merasa bahwa waktu akan segera habis. Mungkin karena dia deg-degan dengan hasil tes untuk masuk universitas. Sanzu juga berada ada di sana untuk menemani (Name) atau lebih tepat-nya menenangi dia.
"Oi, kau sudah terima uang-nya?" Sanzu melirik ke arah (Name) yang dari tadi merasa gelisah.
"Hah? Oh, um. Udah kok. Tenang aja." (Name) memutarkan pensil mekanik di jemari-jemari tangan-nya.
"Kalau gitu jangan gelisah, bodoh." Sanzu mengambil pensik mekanik-nya.
"H-Hey!" (Name) kaget saat Sanzu mengambil-nya.
"Apa yang kau khawatirkan?" Sanzu tetap mengangkat pensil-nya agar (Name) tidak dapat mengambil-nya.
"Gak ada." Muka (Name) sangat jelas bahwa dia sedang gelisah.
"Hm, bohong." Sanzu tetap menatap (Name) dengan tajam.
"Kalau aku kasih tahu, kamu bakal balikin tuh pensil. Deal?" (Name) duduk kembali dengan muka cemberut.
"Ehehehe, deal." Sanzu tertawa jahil.
"Oke, jadi aku takut dengan hasil-nya karena menurut-ku aku gak mengerjakan-nya maksimal! Dan mungkin uang-nya akan nambah?!" (Name) mengeluarkan semua perasaan-nya ke Sanzu.
"Woah, pelan-pelan, sayang. Aku bukan seorang ahli terapi." Sanzu memutar mata-nya, melihat muka (Name) yang makin lama makin merah.
"Yaudah! Aku gak mau kasih tahu! Jahat banget njir!" (Name) memukul perut Sanzu. Untung saja, Sanzu menahan tangan-nya.
"Hufft. Sabar aja, nanti hasil-nya bakal bagus kok." Sanzu mengelus kepala (Name) di ikuti oleh senyuman tipis.
"Hm, serah." (Name) memalingkan muka-nya.
Tidak lama dari kejadian ini, suara sepatu semakin mendekat ke arah mereka. Dan saat pintu di buka, muncul-lah laki-laki dengan pakaian jas mengumumkan nama yang akan di panggil.
"Dengan nama (Last Name) (Name) dan wali-nya, Sanzu Haruchiyo bisa masuk ke dalam." Ucap lelaki itu dengan tegas.
"I-Itu aku ya?!" (Name) lansung panik, ke sana kemari mencari pertolongan buat kabur.
"Panik gak? Panik gak? Panik lah! Masas enggak!?" Sanzu tertawa terbahak-bahak melihat reaksi (Name).
"Um, permisi, nona (Name), tuan Sanzu. Kalian sudah di panggil dan mohon untuk tidak berisik." Laki-laki itu membungkuk-kan badan.
"A-Ah! Iya. Maafkan kami." (Name) bergumam, langsung memasuki ruangan dengan Sanzu.
𝓣𝓲𝓶𝓮 𝓢𝓴𝓲𝓹
"Kami melihat ada beberapa masalah dengan keuangan pendaftaran-mu, (Last Name)-san." Kepala pengurus, Don, menatap mereka berdua dengan tajam.
"Um, maksud ibu apa ya?" (Name) bercucuran keringat.
"Maksud-ku adalah ada uang illegal yang masuk ke dalam keuangan pendaftaran-mu." Don menaruh selembar kertas dengan lembut agar mereka berdua bisa melihat.
"T-Tidak mungkin, bu! Saya sudah memastikan bahwa semua uang yang ku beri adalah uang legal. T-Teman saya yang ada di sini bisa membuktikan-nya." Tubuh (Name) bergetar, tidak ingin kehilangan kesempatan agar dia bisa mencapai masa depan bagus.
"Iya, bu. Aku dan dia sudah memastikan bahwa ini semua uang legal." Muka Sanzu terlihat menyakinkan.
"Hm, kalau kalian berdua sangat yakin. Akan-ku kasih kesempatan untuk menggantikan uang ini. Polisi sudah tahu tentang hal kesempatan kedua ini jadi tidak apa-apa. Kalau kalian tidak menggantikan uang-nya, akan ku bunuh dengan tangan sendiri." Untung saja, kepala pengurus-nya baik atau enggak mereka semua akan mati.
"Sekarang kalian sudah di persiapkan untuk meninggalkan ruangan ini." Don tersenyum ramah.
"Bagaimana dengan-?"
"Nilai-mu sempurna, (Last Name)-san. Tidak perlu mengkhawatirkan hal ini." Lagi dan lagi, Don menunjuk-kan muka ramah.
"T-Terima kasih, bu." Sanzu dan (Name) akhir-nya membungkuk dan pergi ke luar ruangan dengan tubuh tegang.
𝓣𝓲𝓶𝓮 𝓢𝓴𝓲𝓹
"AGH! MANA MUNGKIN UANG GUE ILLEGAL! IYA KAN, SANZU?!" (Name) memaini pisau tajam sambil marah-marah di tengah hutan.
Sanzu tidak menjawab, dia hanya tercengang dengan ini. Terakhir kali (Name) seperti ini adalah waktu mereka sedang melihat anak kecil di labrak sama kakak kelas.
Dan (Name) memanggil dia dengan 'Sanzu'? Sungguh membuat Sanzu tegang.
"SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MENGAMBIL KESEMPATAN-KU UNTUK MENDAPAT MASA DEPAN YANG BAGUS?!" (Name) melempar pisau-nya, lagi dan lagi. Kemarahan membuat diri-nya meluap sampai membuat dia mirip seperti perilaku monster.
'Gomen, (Name). Aku tidak ingin kamu pergi dari sini. Aku belum siap.' Batin Sanzu meremas, melihat mata (Name) yang berkaca-kaca.
"...(Name), sebaiknya-!"
"Kau! Jangan dekat-dekat. Akan-ku cari siapa pelaku-nya. Akan kulakukan hal itu, Haru-kun. Dan akan ku remaskan dia dan menghancurkan hidup-nya. Sampai keturunan-nya akan ku bunuh." Muka (Name) tertutup dengan rambut-nya yang sudah acak-acakan.
"(Name) terakhir kali kau kayak gini kamu-" Sanzu melihat tubuh (Name) yang terjatuh dengan sendiri-nya. Dia pun hanya beraksi dengan helaan nafas yang panjang, "Pingsan."
'Akan-ku pastikan masa depan-mu cerah tanpa perlu pergi ke luar dunia sana.' Sanzu menggendong (Name), mencoba untuk tidak menjatuhkan-nya.
'Gomennasai, (Name).'
𝓮𝓷𝓭
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑪𝒉𝒊𝒍𝒍 ↪ 𝑨. 𝑯𝒂𝒓𝒖𝒄𝒉𝒊𝒚𝒐
Фанфик❝ I might never be your knight in shinin' armor I might never be the one you take home to mother And I might never be the one who brings you flowers But I can be the one, be the one tonight... ❞ ▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂ ...