" 𝓡𝓲𝓭𝓮 "

2.6K 561 96
                                    

𝓝𝓪𝓲𝓴

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝓝𝓪𝓲𝓴

Hari ini, Sanzu tidak mempunyai perkumpulan geng-nya lagi. Entah bagaimana, (Name) mulai belajar dengan giat dan itu membuat Sanzu bingung.

Apa kabar dengan teman-nya ini? 

Apakah dia korslet sehingga dia mau menjadi pintar?

Kok teman sekamar-nya sering beli buku tentang sekolah di luar negeri?

'Cih, temen gue ini otak-nya lagi horizontal ya?' Sanzu mengerutkan alis-nya, sudah capek dengan grasak grusuk kertas. 

Tetapi di dalam hati-nya, dia tahu bahwa dari sisi manapun, ini sudah sangat jelas bahwa (Name) akan sekolah ke luar negeri dan Sanzu belum siap untuk melepaskan (Name). Dia tidak akan pernah siap untuk melepaskan (Name).

Sanzu pun keluar dari tempat tidur-nya dan ingin mengambil kopi agar dia tidak bosan. Tetapi saat dia membuka pintu kamar, dia langsung melihat kertas-kertas berantakan bertumpukan di sebelah (Name). Keadaan (Name) pun tidak kalah berantakan dengan keadaan sekarang. Rambut-nya tidak rapi, baju-nya bekas kemarin, dan piring makanan sisa 2 hari yang lalu.

Dari semua hal yang Sanzu bisa lakukan dia hanya menatap (Name) dengan tatapan jijik. Sungguh teman yang aneh tapi mau gimana lagi? Itulah sifat Sanzu.

'Apa gue harus lakuin sesuatu atau gak usah?' Sanzu masih memasang muka jijik.

"Oh, ohayou, Haru-kun." (Name) menghadap ke Sanzu dengan senyuman-nya.

"Ini udah sore, woi!" Sanzu kaget saat (Name) udah kehilangan hitungan hari.

"Oh, gomen." Ucap (Name) terus dia kembali lagi mengerjakan tumpukan kertas itu.

Sanzu meminum kopi-nya, berpikir keras untuk melakukan sesuatu supaya (Name) bisa releks.

'Apa yang harus kulakukan?'

'Bunga? Enggak, terlalu aneh.'

'Boneka? Udah pernah.'

'Makanan gratis? Gak bisa masak.'

'...Ah! Punya ide!' Akhir-nya Sanzu tersenyum tipis, sudah mempunyai ide.

"Urgh, 24x2+25x−47=(−8x−3)(ax−2)−53? Um-!" (Name) menegang saat Sanzu meneriaki nama-nya.

"Oi (Name)! Ayo, kita bakal keliling kota." Ujar Sanzu sambil mengambil kunci motor.

"Eh? Tumben lu ngajak." (Name) mengangkat kepala-nya dari buku sekolah.

"Oh ya? Yaudah gak jadi." Sanzu sudah berjalan keluar dari rumah.

"Canda! Ikut, Haru-kun!" (Name) menutup buku dan mengejar Sanzu agar dia tidak ketinggalan.

Mereka pun keluar dan menaik-kan motor Sanzu yang bisa dibilang mahal dan cepat karena dapat dari uang illegal. Karena (Name) orang-nya udah biasa dan udah kena mental, dia jadi gila sama kayak Sanzu.

"Siap?"

"Engg-!"

"Siapa yang nanya." Sanzu langsung mencepatkan kecepatan motor sampai tidak memberi (Name) waktu untung berpegangan erat ke Sanzu.

"Sanzu! Pelan kek!" Akhir-nya (Name) dapat memeluk tubuh Sanzu erat-erat.

"Gak." Sanzu tersenyum tipis saat merasakan tangan (Name) yang melingkari tubuh-nya. Sanzu mempunyai sifat Tsundere yang berlebihan jadi kalau mereka dalam hubungan, mungkin bisa di bilang akan menjadi hubungan toxic.

Mereka pergi ke tempat jalanan yang sepi dan mendapati pemandangan kota dari jauh yang sempurna. Sanzu pernah ke sini sendirian saat dia tahu bahwa 'Mucho' mengkhianati Toman. 

Sudah setengah jam sejak mereka mengendarai motor dan hari pun berubah menjadi malam dengan cepat. Bintang-bintang menghiasi langit di iringi dengan lampu motor untuk menunjuk jalan yang gelap. 

Selama perjalanan pun tidak ada dari mereka yang berbicara karena Sanzu tahu bahwa (Name) sekali-kali membutuhkan ketenangan dalam hidup-nya.

"...Jadi, apa masalah-nya dengan tumpukan kertas?" Sanzu bertanya sekalian berhati-hati tidak ingin membuat (Name) stress lagi.

"Gak apa-apa kalau tidak mau memberi tahu." Ucap Sanzu lagi. Entah kenapa, kata-kata tersebut membuat (Name) menghela nafas lega.

"Gak kok-!"

"Jangan jawab sama 'Gak apa-apa kok'. Udah jelas dari muka-mu kalau ada masalah." Sanzu berhenti tepat di lahan yang luas, turun dari motor dan menghadap ke (Name) dengan tatapan tajam.

"Uang." (Name) menatap arah lain. Tidak terlalu berani untuk menatap tatapan Sanzu.

"Hm? Jawab yang jelas, (Name)." Sanzu menggunakan tangan-nya untuk mengangkat dagu (Name) dengan pelan.

"E-Em, aku... butuh uang buat ke universitas luar negeri." Suara (Name) sangat kecil tetapi Sanzu mendengar-nya sangat jelas seperti suara tembakan.

Tentu saja Sanzu sudah tahu tentang ini, tetapi kalau dengar langsung dari mulut (Name), dia langsung menegang dan tidak tahu harus bergerak seperti apa. Soal-nya dia belum siap untuk melepaskan

"Oh." Hanya itulah kata-kata yang bisa di keluarkan Sanzu.

"Oh?" (Name) memiringkan kepala-nya, bingung.

"Oh, yaudah. Gue kasih uang-nya." Sanzu melepaskan tangan-nya dari dagu (Name).

"Gak usah! Aku udah mau mengambil kerja sambilan!" (Name) bercucuran keringat.

"Tenang. Gue juga bakal kerja sambilan kok. Gak pakai uang illegal." Sanzu tersenyum tipis melihat muka (Name) yang tersipu malu.

"Kalau gitu... Janji?" (Name) mengeluarkan janji kelingking-nya dan memasang muka serius.

"Janji." Sanzu mengaitkan janji kelingking-nya ke milik (Name).

Apakah janji-nya akan dipegang oleh Sanzu? Mana gue tahu. 

𝓮𝓷𝓭

𝑪𝒉𝒊𝒍𝒍 ↪ 𝑨. 𝑯𝒂𝒓𝒖𝒄𝒉𝒊𝒚𝒐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang