Matahari hari ini tengah bersinar terang sekali, disertai sinarnya yang terasa sangat panas tak karuan. Ajeng pun tak kuasa menahan panas di tubuh serta kulitnya yang terasa kering karena sengatan panas dari sinar matahari.
Gadis itu terus mengipasi tubuhnya menggunakan sobekan kardus, tak peduli pada kedua lengannya yang terasa sangat pegal karena digunakan secara bergantian untuk mengipasi tubuhnya. Padahal cuaca kemarin berawan menuju mendung, namun hari ini malah kebalikannya dan tidak ada tanda-tanda akan hujan sama sekali. Ditambah kini dirinya duduk tepat di samping jendela bus, yang langsung menghadap pada matahari.
Ya, Ajeng kini tengah berada dalam bus arah Pamulang, yaitu kampung halaman Utari sekaligus tempat lahirnya Ajeng. Bus kini belum juga berangkat di karenakan jam belum menunjukkan waktu keberangkatan seperti yang tertera pada tiket bus, yaitu pukul 10:00 WIB.
Ajeng merasa semua urusannya disini sudah selesai, tidak ada lagi yang perlu diurus, terkecuali masa lalu nya. Makannya dia segera memutuskan untuk menghampiri Utari dan ada kemungkinan untuk menetap disana.
Tak lagi kuat menahan sengatan panas, Ajeng segera menggeser bokongnya pada kursi disamping nya yang sama sekali tidak terkena sinar matahari.
"Mbak mohon maaf, kursi ini udah dipesan, jadi jangan pindah tempat duduk sesuka hati, ya." ucap sang kenek bus yang tiba-tiba saja berdiri di samping Ajeng.
"Iya mas, bentar doang kok. Nanti kalau pemilik kursi datang, saya pindah ke kursi saya " jawab Ajeng.
Kenek itu tak mempermasalahkan, tahu bahwa alasan Ajeng pindah untuk menghindari sengatan panas. Setelah menerima jawaban kooperatif Ajeng, sang kenek pun pergi.
Ajeng terus menatap secara bergantian, antara jam tangannya juga pada orang-orang yang mulai memasuki bus, kemudian mendengus kesal karena orang orang berjalan sangat lambat padahal waktu keberangkatan bus sebentar lagi.
"Wow." celetuk Ajeng begitu netranya melihat 2 orang pria yang memasuki bus.
Berbadan tinggi besar serta tegap, bahu lebar, sedikit berjambang dan salah satunya memiliki wajah manis, tipe yang tidak akan pernah bosan untuk dipandangi. Sedangkan pria satu lagi memiliki wajah tampan, tipe tipe yang disukai oleh orang para penikmat keindahan.
Ajeng menoleh dengan canggung begitu salah satu dari mereka melambaikan tangan tepat didepan wajahnya.
Ajeng menahan nafas saat keduanya menyimpan barang bawaan mereka pada bagasi tepat diatasnya. Entah kenapa Ajeng merasa tengah dipeluk, hehe.
Kembali tersadar begitu pria lain melambaikan tangan di depan wajahnya, Ajeng pun dengan segera menggeser bokongnya pada tempat duduk miliknya sendiri, sadar bahwa bangku yang tengah di pinjamnya, milik kedua pria dengan keindahan berbeda itu.
Ajeng merasa wajahnya sangat panas, begitu mendengar kedua pria itu terkekeh, sepertinya menertawakan ke tolol'annya. Segera Ajeng menolehkan kepalanya keluar jendela sembari menutupi kepalanya menggunakan sweater, guna menghindari melakukan hal konyol lagi ketika melihat dua pria disampingnya.
Mungkin semua penumpang sudah menaiki bus, tak lama Ajeng merasakan bus secara perlahan mulai melaju meninggalkan terminal.
Kondisi didalam bus tidak lagi bising seperti sebelumnya. Ajeng mendengar nafas orang orang yang stabil, bahkan beberapa diantara suara nafas nafas itu, ada suara ngorok yang saling menyaut namun tidak mengganggu tidur nyenyak penumpang lainnya.
Ajeng menghela nafas lega karena tidak harus mendengar suara banyak orang dan juga tangisan anak anak, macam drama di dalam bus yang biasanya sering terjadi. Tidak juga mendengar atau mencium bau muntahan.
Dirinya paling tidak bisa mendengar atau mencium bau muntah, atau hal buruk akan terjadi menimpa nya. Ya, dia tentunya akan ikut muntah seperti mereka.
Ajeng bukan pemabuk darat, namun jika ada hal hal yang merangsang lambung nya seperti bermain handphone di dalam mobil, atau mendengar suara orang muntah atau mencium bau muntahan, lambungnya secara otomatis akan mengeluarkan isi nya.
Tidak ada yang mau seperti ini, oke. Ajeng pun mencoba menghindari semua itu supaya tidak muntah di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
tidak sempurna
RomanceTidak ada manusia yang sempurna di dunia ini dan Ajeng tahu itu. Tapi mengapa ketidak sempurnaannya harus yang sulit di terima kebenarannya.? Apa dirinya tidak berhak untuk bahagia dan memikul ketidak sempurnaannya bahkan ketika dirinya masih berada...