Sepasang kekasih berjalan berdampingan dengan raut gembira yang tidak dapat disembunyikan, membuat para pengunjung di pusat perbelanjaan yang melihatnya pun ikut merasakan kebahagiaan kedua pasangan muda tersebut.
Jelas saja keduanya bahagia, tak lama lagi mereka akan melangsungkan pernikahan. Tak akan ada lagi penghalang untuk keduanya bermesraan.
Calon pengantin wanita itu bernama Diajeng Purnama, sedangkan calon suaminya bernama Diantara Putra.
Mereka berdua baru saja mengambil kebaya dan gaun yang sudah dipesan sejak lama. Mengabaikan petuah para orang tua zaman dahulu bahwa kedua calon pengantin tidak diperbolehkan bertemu secara langsung sebelum hari pernikahan tiba atau yang disebut juga sebagai pingit.
Dilakukannya tradisi pingitan sendiri bertujuan memberikan waktu pada calon pengantin untuk mempersiapkan dirinya menuju pernikahan. Saat dipingit, ia dapat beristirahat dan merawat dirinya sendiri dalam menyambut hari bahagianya. Dengan begitu, calon pengantin terlihat lebih sehat dan segar di hari pernikahannya.
Ada juga yang berkata bahwa dilakukannya tradisi pingitan adalah untuk memupuk rindu antara kedua mempelai. Namun sepertinya hal ini sama sekali tidak berlaku untuk kedua pasangan tersebut.
Ajeng menutup pintu mobil, matanya terus menatap Diantara atau yang biasa dipanggil Dian dengan penuh Cinta.
Semua keluarganya tahu betapa cintanya Ajeng pada Dian, begitu pun sebaliknya. Meski keduanya baru menjalin hubungan selama satu tahun, hal itu sama sekali tidak membuat Dian untuk terus berlama lama pacaran.
Karena rasa cintanya, Dian segera melamar Ajeng begitu menemukan banyak kecocokan dengan wanita itu.
Tanpa ingin segera meninggalkan parkir yang sepi, Dian menggenggam tangan Ajeng penuh cinta.
Dielusnya lembut wajah Ajeng, sementara matanya terus menatap mata Ajeng seolah-olah ketika Dian berkedip, Ajeng akan menghilang dari pandangannya.
"Tiga hari lagi kita menikah." Ujar Dian mengawali pembicaraan setelah sebelumnya saling menatap seperti orang bodoh.
Ajeng tersenyum lebar, "iyaa, nggak sabar ya. Aku deg degan masa, tapi kamu pasti lebih deg degan karena bakalan ngucapin ijab kabul di depan banyak orang." Balasnya.
"Kamu kenapa sih liatin aku terus.?" Tanya Ajeng kemudian sembari tertawa.
"Aku juga nggak sabar nikah sama kamu. Sayang banget sama kamu pokoknya."
"Alay." Meski berkata begitu, mendengar kata manis dari pasangan yang di cintai tentu saja membuat Ajeng amat bahagia.
Jangan percaya pada mulut wanita, karena apa yang diucapkan selalu berbeda dengan apa yang dirasakan oleh hatinya.
Ajeng memeluk erat tubuh Dian, "aku juga sayang banget sama kamu." Meski malu, Ajeng tetap saja membalas ucapan sayang Dian.
Dian juga membalas pelukan Ajeng tak kalah eratnya.
"Cium.?" Tanya Dian, melepas pelukan keduanya.
Ajeng melotot, "apaan sih, malu Dian. Nanti aja kalo sepi. Sekarang kita pulang aja, mamah tadi nelpon suruh cepet pulang karena nyuruh kamu buat ikut makan malam."
"Iya deh. Pasang sabuk pengaman nya, kita pulang sekarang."
-Tidak sempurna-
Mereka berdua sudah sampai beberapa menit yang lalu, namun ketika Ajeng akan turun dari mobil, Dian malah menagih janji nya untuk mencium pria itu ketika keadaan telah sepi.
"Ayo dong sayang, kita kan bentar lagi bakalan nikah. Mulai sekarang kamu harus terbiasa buat nyium aku, nggak ada bantahan pokoknya." Dian menatap Ajeng penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
tidak sempurna
RomanceTidak ada manusia yang sempurna di dunia ini dan Ajeng tahu itu. Tapi mengapa ketidak sempurnaannya harus yang sulit di terima kebenarannya.? Apa dirinya tidak berhak untuk bahagia dan memikul ketidak sempurnaannya bahkan ketika dirinya masih berada...