5. Darah Pertama ⚠

8.6K 1K 180
                                    

Jaemin menaiki kasur kakak keduanya dan mendusalkan wajahnya pada perpotongan leher Yena yang fokus menonton drama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menaiki kasur kakak keduanya dan mendusalkan wajahnya pada perpotongan leher Yena yang fokus menonton drama. Aroma manis khas vanilla menyeruak masuk ke hidung Jaemin. Tangan Yena lantas terulur untuk membelai rambut si bungsu dengan lembut.

"Kenapa, hm?"

"Mau manja sama Teteh."

Yena terkekeh. "Bosen ya?"

Jaemin mengangguk. "Pada sibuk semua, nggak peduli lagi sama Dedek."

Yena tertawa cukup keras. Drama di televisi sudah tidak lagi menarik karena atensinya tertuju penuh pada Jaemin. Tangan si kakak menguyal pipi penuh lemak sang adik bahkan menggigit ujung hidungnya karena terlampau gemas.

"Mana ada! Dedek tuh kesayangan semua orang, nggak mungkin lupa sama Dedek." Yena melingkarkan tangannya pada leher dan punggung Jaemin hingga keduanya semakin rapat. Tangan Jaemin juga melingkar di perut sang kakak dengan kepala yang bersandar di bahu sehingga rambutnya sedikit menggelitik Yena.

"Tapi sibuk sibuk ih!"

"Ya kan lagi turun misi semua Dek." Yena tersenyum sembari menepuk punggung Jaemin, berusaha memberi pengertian pelan-pelan. "Inget nggak kata Ayah waktu sarapan? Hari ini hampir semuanya turun, bahkan Kakak yang jarang kena misi aja juga disuruh ikut buat bantuin Mbak."

"Tapi Teteh disini tuh?"

Yena tertawa kecil. "Ya Teteh kebagian piket jagain kamu. Kalau semua pergi, nanti kamu sama siapa?"

"Suruh Jiji, Juju, sama Jeje kesini aja!"

"Lah, mereka juga turun misi lho."

Jaemin menaikkan kepalanya dan menatap sang kakak dengan serius. "Ih beneran?! Kok Dedek nggak sih?!"

Yena memutar bola mata dan mengacak rambut sang adik dengan gemas. "Ini tuh misi penting buat nangkap musuh, bukan nangkap kelinci."

"Tapi Dedek kan mau ikut!"

Jaemin memanyunkan bibir dan merubah posisinya menjadi duduk. Setelah mendengar bahwa tiga sepupunya bahkan ikut menjalankan misi, Jaemin mendadak kesal dibuatnya. Kenapa hanya dirinya yang tidak diperbolehkan ikut? Padahal Minju yang notabene seumuran saja diizinkan mengikuti misi!

Jaemin kan bukan anak kecil lagi!

"Kamu masih kecil," Yena memasang wajah meledek. "Masih bayi, nggak boleh ikut dulu. Anak kecil tuh duduk manis aja di rumah, minum susu sama makan biskuit."

"Tapi Minju aja boleh ikut kok!"

"Minju kan penerus yakuza Miyawaki, justru kegiatan kaya gini dia wajib ikut buat ngasah skill." Yena mengerling. "Kalau kamu kan penerus Bapak RT yang wajib dilindungi."

"Dih, maksudnya kalau Dedek dah gede, jadi Pak RT gitu?!"

"Ya gapapa."

"Nggak mau! Nggak keren!" Jaemin bersedekap dengan mata memicing tajam dan bibir yang semakin maju. "Dedek tuh mau keren kayak Bang Mark sama Teh Yena! Mau sadis kayak Mas Jen dan A' Echan! Mau pinter kayak Kak Kath dan Mbak Jean! Pokoknya mau jadi mafia yang ditakutin seluruh orang karna mukanya galak!"

Calief AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang