"Jadi sekian yang bisa saya sampaikan, kalau ada pertanyaan atau saran bisa langsung disampaikan di grup WA ya Bapak-Bapak sekalian."
Para kepala keluarga di RT Doyoung itu mengangguk sembari menuruni tangga. Mereka habis mengadakan rapat untuk acara pelantikan RW baru yang rencananya akan diadakan di GOR milik salah satu warga. Setelah menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk berdiskusi, akhirnya kesepakatan tercapai dan bisa kembali ke rumah masing-masing.
Sebenarnya sih rapat betulannya hanya satu jam, sisa dua jam lagi untuk menyampaikan keluh kesah persambatan mengenai rumah tangga. Tentang istri lah, anak lah, penghasilan lah, selingkuhan lah. Doyoung lebih banyak mendengarkan walaupun sesekali menanggapi dengan julid, memberi saran yang entah berguna atau tidak tapi ia berusaha. Demi kesejahteraan warganya, Doyoung rela menghabiskan waktu dua jam untuk mendengar sambatan bapak-bapak ketimbang cuddle dengan Jaemin di hari Minggu yang mendung ini.
Banyak bapak-bapak yang memuji tentang anak-anak Calief. Begitu pintar, cantik, ganteng, dan yang paling penting adalah berguna. Walaupun duda (dan banyak yang menggoda Doyoung untuk segera mencari istri baru), setidaknya Doyoung memiliki tujuh anak yang dapat membanggakan keluarga.
Hah. Tidak tahu saja mereka kalau minggu lalu Haechan meledakkan dapur dan nyaris membakar seisi rumah. Tidak tahu saja kalau Mark sudah menelepon anak buahnya untuk membuat bendera kuning karena mengira Jeno sudah meninggal. Tidak tahu saja kalau Yena mengeluarkan setengah dari koleksi pisaunya untuk membunuh satu kecoak terbang. Bayangkan banyak pisau yang melayang hanya untuk satu makhluk yang sebenarnya bisa dibunuh dengan sendal jepit atau semprotan khusus serangga.
Mereka juga tidak tahu kalau Jaemin tidak sengaja membuat Leo memakan hidup-hidup tukang kebun mereka.
Sangat membanggakan.
"Kalau begitu kami permisi ya Pak." suara salah satu warga membuat Doyoung tersadar dari lamunannya dan tersenyum. Ia membuka pintu dan membiarkan para tamunya melenggang keluar.
Salah satu kepala keluarga dari Blok B bernama Pak Wonu, berhenti sejenak disebelah Doyoung dan menunggu warga lain keluar. Doyoung mengangkat sebelah alis.
"Pak Wonu, masih ada yang ingin dibicarakan?"
Wonu mengangguk kecil, kemudian berbisik lirih. "Maaf ya Pak RT kalau saya lancang, tapi saya mau nanya sesuatu nih."
"Apa itu?"
"Waktu di ruang buat rapat tadi, saya sempat lihat ada bercak darah di karpet, sama bola putih di dekat lemari. Awalnya saya pikir cuma bola biasa, tapi waktu saya mendekat, kok mirip bola mata ya?"
Doyoung memejamkan mata menahan kesal. Semalam ia memang menghabisi salah satu anak buah di ruangan tersebut, tapi Doyoung sudah menyuruh pelayan untuk membersihkannya. Kenapa bisa kecolongan seperti ini? Apa pelayan itu sengaja meninggalkan jejak karena tahu bahwa ruangan tersebut akan dipakai Doyoung untuk rapat RT?
KAMU SEDANG MEMBACA
Calief Attack
Fiksi PenggemarPunya tiga kakak laki-laki dan tiga kakak perempuan yang berisik dan protektif, terkadang membuat Jaemin ingin menandatangani surat pernyataan mundur dari KK lalu kabur ke belantara Afrika. Tapi niatnya selalu berhasil digagalkan oleh rayuan dan sog...