2 orang telah menjadi korban untuk sesuatu yang misterius ini.
Hanya tersisa Alice, Deca, Ryan, Ian dan Asher yang akan mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi.
Banyak yang akan mereka selidiki. Penyebab Hill ditusuk jarum berbisa ular, penyebab Lisa ditusuk jarum karena berbicara tentang orang-orang dibalik Kakek dan apa kemauan Kakek yang sebenarnya.
------------------------------------------------------------
Pagi menyabut mereka. Sinar fajar menyinari melalui kisi-kisi jendela super besar itu. Alice tampak berdiri di kaca itu, mengamati pemandangan di bawah.
Di bawah terlihat hamparan taman yang indah dengan anekaragam ribuan bunga warna-warni yang bermekaran, puluhan kursi taman dan sebuah air mancur besar di pusatnya. Benar-benar indah. Wajahnya tampak berseri-seri.
Alice membuka 2 jendela yang dekat dengan kasurnya. Angin sepoi-sepoi membelai rambut ekor kudanya yang panjang dan hitam itu.
Suasana pagi yang sangat jarang kita temui di perkotaan.
"Sudah bangun?" sapa Ryan tiba-tiba. Membuat Alice terkejut.
"Ngagetin!" kata Alice geram.
"Aku sudah bangun sejak pukul setengah 6." Alice menghela nafas kemudian tersenyum. "Jadi ingat rumah. Pada pukul ini Mama mengetuk pintu kamarku kemudian membangunkanku. Padahal alarm sudah terpasang dan diletakkan persis di sebelah bantalku. Tapi Mama menganggap cara itu tak pernah berhasil. Tapi entah kenapa semalam aku bermimpi Mama membangukanku kemudian menangis." Alice menoleh ke Ryan.
"Menurutmu maksudnya apa?" sambungnya.
"Hmm. Mungkin itu yang terjadi di dunia nyata sekarang." jawab Ryan, dan kata-kata itu membuat Alice tertegun. Alice merunduk, kembali menatap keindahan taman
Alice menangis dalam diam, sambil menggigit bibirnya.
"Semuanya masih terlelap, ya. Bahkan Ian dan Asher masih dalam dunia mimpi." kata Ryan. Alice terkekeh.
"Kau menangis?" sambung Ryan.
"Wajar aku menangis." katanya, sambil tersenyum.
Ryan menepuk pundaknya. "Sudahlah. Kita jalani saja dulu. Jika kita sudah mendapatkan obat untuk menyembuhkan Lisa dan Hill, kita bisa melarikan diri dari sini. Kita tak perlu habisi Kakek dan mungkin konco-konconya. Curi obatnya, pulang ke rumah." kata Ryan. Ryan tersenyum dan membuat Alice ikut tersenyum. Alice mengusap air matanya.
Kata-kata itu, membuat Alice membara-bara.
Curi obatnya, melarikan diri. Selesai.
Tapi mungkin tak semudah yang ia katakan.
----------------------------------------
Tampak Ryan keluar dari kamar mandi dengan segayung air. Alice berlari-lari kecil mendekatinya.
"Buat apa?" tanya Alice.
Ryan tersenyum licik. Alice penasaran, dan mengikutinya.
Ryan berjalan ke kasur Ian. Menciprat-cipratkan air ke wajahnya. "Rasakan ini! Ludah zombie! Bangun! Bangun!"
Ian duduk secepat kilat dengan pedang di tangan kanannya. Pedang itu tepat di dagu Ryan. "Beraninya kau mengganggu tidurku." Ian menatapnya tajam, seperti ingin membunuh.
"E..hehehe.." Ryan nyengir. Alice melangkah mundur dan terkekeh. Ian kembali mengurung dirinya dibalik selimut. Pedang itupun tak di tangannya lagi. Ryan menghela nafas lega.
"Masih berani mencipratkan ludah zombie? Kali ini cipratkan ke Asher." kata Alice, memanas-manasi Ryan. Ryan mendengus sebal, menggeleng.
"Nggak ah. Kalau hal itu kulakukan, maka akan lahir peribahasa baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
X -A World Project-
Ciencia Ficción(Dalam proses edit, beberapa bagian sengaja dihilangkan) "Malam itu aku membuka e-mail yang berisi kata sandi dan nama yang harus kumasukkan ke sebuah situs. Namun ternyata semua itu hanya kebohongan." - Al "Aku tidak tahu kenapa semua ini begitu me...