somewhere...

271 14 2
                                    

Terbangun dalam sebuah tempat yang teramat gelap sangat menakutkan bagi seorang Deca.

Serius, tempat ini gelap sekali. “Hoi…” suaraku terdengar bergema di tempat ini. Dimana ini?

“Wah, kali ini kau. Salam kenal Deca, aku Ivan.”

Aku menoleh ke belakang, sesosok pria yang tampan. Suaranya bening seperti air dan memancarkan cahaya putih yang tak menyilaukan mata. Aku terus memandanginya, terkesima. Ia bagai malaikat!

“Aku dimana?”

“Dimensi Waktu yang Terbuang. Tanya apapun padaku, Deca.”

“Kenapa tempat ini mengerikan? Kau tahu aku claustrophobia? Untung aku tak kejang-kejang.”

“Hahaha. Waktu ini terpisah dari tempatnya.”

“Terserahlah. Lalu, kenapa aku bisa di sini?”

“Sementara kau dipindahkan ke sini. Terjadi kesalahan teknis.”

“Aaargh aku nggak mau tahu. Terus apa yang mestinya kulakukan di tempat ini?”

“Tertarik melihat apa yang sedang mereka lakukan?”

Aku menelan ludah, mengangguk semangat. Ayo cepat cepaat! Apa yang akan digunakannya? Semancam bola sakti?

Ia jongkok, kemudian merentangkan jarinya dan menempelkannya di atas sebuah permukaan tak kasat mata. Seketika siluet-siluet muncul dan lambat laun membentuk sebuah cermin yang merefleksikan kegiatan mereka. “Aku ingin Kak Alice, kemudian Lisa, Ryan, Asher, Ian dan Hill.”

Tanpa babibu, Ivan menggerak-gerakkan telunjuknya – semacam gerakan berputar-putar. Bayangan cermin mengikuti gerakan tangan Ivan. Tak lama, Ivan menepuk-nepuk dan saling menggesekkan kedua tangannya – seperti habis membersihkan sesuatu yang berdebu.

“Kau tahu arah mata angin, kan? Arahkan jarimu ke Barat untuk Alice, Selatan untuk Hill, Timur untuk Lisa, Utara untuk Ryan, berputar searah jarum jam untuk Ian dan sebaliknya untuk Asher.”

Aku menggaruk-garuk kepala. Ivan menghela nafas. “Ingatlah cara memakai sebuah smartphone berlayar sentuh.”

Sebuah lampu terang benderang mencuat dari otakku. Baru aku mengerti sekarang. “Ohya, apakah aku bisa berbaring?”

“Berbaringlah.”

Perlahan aku merebahkan tubuh, terasa seperti sesuatu menahanku agar tak jatuh. Sebuah permukaan yang empuk seperti tempat tidur. “Kalau aku berbaring, apa cermin ini bisa ada di atasku?”

“Tinggal angkat, nggak berat, kok.”

Wah, benar. Cermin ini tak berat.

Aku bisa melihat apa saja yang dikerjakan Kak Alice… Hehehe…

Aku menggerakkan ke arah barat. Dan pemandangan itu membuatku terkesiap, wajahku memerah dan aku berteriak kegirangan, melonjak-lonjak. WAA WAA WAAAAA!

Barat, Selatan, Waaaa! Timur!! Putar kanan…

----------------------------------------------------------------------------------------

Kalian tahu apa yang Deca lihat? Hihi. If u know what I mean.

X kali ini saya edit, maaf jika yang telah diedit menjadi kurang seru. Tapi saya tetap akan melanjutkan sampai Z!! Fighting!!

Ohya, bagi yang udah lihat yang udah diedit, maaf untuk sementara saya meniadakan eXtra part. Kalau konsep berkenan (?) akan saya tambahkan eXtra-nya.

Thanks for the comments and stars…

K, C U!

X -A World Project-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang