Bab 10 - Molar Pregnancy

141 17 4
                                    

Harapan untuk bisa kembali merajut perdamaian dengan Bu Ajeng dengan kehamilan Icha, seolah sia-sia saja. Bu Ajeng yang sempat sangat antusias kala menemani sang menantu ke tempat praktek Aki Salim, sekarang justru terlihat semakin sering uring-uringan, terlebih jika melihat Pampam begitu memanjakan sang istri.

Sejak tahu hasil test kehamilan mandiri yang dilakukan Icha menampilkan dua garis merah, sudah sering Pampam mengajak Icha untuk memeriksakan diri dan kandungannya ke Dokter Imelda. Namun dengan dalih tak mengalami kondisi yang mengkhawatirkan dan feeling seorang ibu tak akan salah membuat Icha menolak setiap ajakan itu.

"Sayang, masih ingat bukan pesan dokter jika kita harus kembali kontrol jika ada tanda-tanda kehamilan, " ujar Pampam sambil membelai dan mengecup puncak kepala sang istri lembut.

"I'm fine, Mas. Lihat deh, aku belum pernah sesehat ini. Di samping itu setiap pagi dan malam aku juga selalu konsumsi susu kehamilan yang kaya akan asam folat juga multivitamin khusus ibu hamil, " berbagai alasan Icha menolak ajakan sang suami.

Icha tak berani jujur alasan yang sebenarnya sampai dia tak berani untuk datang dan periksa kandungan ke Dokter Imelda. "Belum tentu juga di dalam rahimnya ada janin yang tumbuh!" Kata-kata yang pernah terlontar dari mulut Bu Ajeng tempo hari itu masih terus terngiang dan membayangi angan Icha.

Jauh di dasar hatinya, Icha takut hal itu benar terjadi. Padahal saat ini dia masih sangat senang bisa merasakan apa dan bagaimana rasanya menjadi ibu hamil. Tak siap menerima kenyataan jika benar mimpi buruk itu benar-benar terwujud, membuatnya lebih memilih untuk menghindar setiap kali diajak mendatangi tempat praktek dokter.

Pampam mencoba memberikan ruang dan mempercayai setiap ucapan Icha. Setidaknya dia bisa lebih fokus untuk menyelesaikan beberapa target pekerjaan, khususnya persiapan pembukaan kantor cabang baru yang sempat tertunda. Sebagai kepala bagian IT, dia harus memastikan program baru yang akan dirilis saat peresmian kantor cabang telah selesai dan bisa dioperasionalkan sebagaimana mestinya.

"Besok Mas harus dinas luar kota lagi, jangan lupa jaga kesehatan kamu dan anak kita ya," bisik Pampam pelan sambil mengulum telinga sang istri lembut.

"Siap, Bos!" jawab Icha sambil menggeliat geli.

Mendapati sang istri merasa geli, Pampam semakin liar menjelajah setiap jengkal tubuh Icha. Bibir yang saling berpagut, desahan nan berpacu dengan napas yang kian memburu, saling berlomba untuk mencapai puncak bersama. Helai demi helai pakaian yang tertanggal membuat tubuh keduanya saling bertaut tanpa halangan sebelum mereka sama-sama terlelap dalam luapan kasih.

***

Jika sebelumnya Icha sering merasa tertekan dengan sikap Bu Ajeng, saat ini dia sudah bisa mulai berdamai dengan dirinya. Apapun kata yang terlontar tak lagi dianggap sebagai satu siksaan, tujuan Icha hanya satu bagaimana dia bisa menjaga kestabilan mental demi bayi yang ada dalam kandungan.

Kala jenuh melanda, terlebih saat Pampam tak ada di sisi, dihabiskan Icha di dalam kamar untuk sekedar berselancar di dunia maya. Selain membaca perkembangan informasi yang terjadi, sesekali dia tampak membaca artikel tentang kehamilan dan persiapan yang bisa dilakukan sambil menunggu tibanya waktu persalinan. Wanita cantik itu hanya keluar kamar jika dirasa perlu sekedar untuk mengambil makan ataupun minum.

Baru saja Icha melintasi di samping ruang keluarga, samar terdengan suara Bu Ajeng sedang berbincang dengan wanita lain. Sesekali terdengar suara tawa renyah yang pecah di antara keduanya. "Tumben mama bisa tertawa begitu lepas, memangnya siapa tamu yang datang?" pikir Icha sambil mencoba menoleh ke arah sumber suara.

Tampak Bu Ajeng duduk bersebelahan dengan seorang wanita muda dengan rambut pendek yang dipotong model layered bob dan disemir warna burgundy. Dengan baju atasan peplum dan skinny jeans warna gelap sangat kontras dengan kulitnya nan putih bak pualam. Sandal berhak merek ternama yang dikenakan semakin membuat penampilan wanita itu tak ubahnya dengan peragawati papan atas.

Merindu Amanah-Mu (TELAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang