Azan subuh belum berkumandang, orang yang biasanya ramai berlalu lalang di jalan depan rumah pun tampaknya masih enggan keluar rumah. Hanya sesekali terdengar tiang listrik yang dipukul oleh satpam komplek yang sedang berkeliling untuk memastikan keamanan lingkungan yang menjadi tanggung jawabnya.
Pambudi Wiryawan atau yang biasa dipanggil Pampam terlihat pulas dalam pelukan selimut tebal yang terlihat lembut dan hangat di kamarnya nan nyaman. Dadanya tampak naik turun dengan teratur seiring tarikan napasnya. Kumis dan jambang tipis yang belum sempat dicukur, justru menambah kemaskulinan dan ketampanan sang pemilik wajah.
Cukup lama Icha, nama panggilan untuk Raisa Salsabila menatap wajah sang suami yang pulas di sampingnya. Rasanya baru kemarin dirinya secara tak sengaja bertemu dan berkenalan dengan laki-laki berpostur tinggi besar dan kulit sawo matang yang bernama Pampam, ternyata laki-laki itu pula yang berhasil memiliki hati dan dirinya seutuhnya.
Sebagai primadona di kampus, tak sedikit laki-laki tampan, populer sekaligus kaya raya yang berlomba-lomba untuk mendekati Icha. Tubuh tinggi semampai, dengan kulit yang bersih serta rambut lebat sebahu tampak begitu mencolok perhatian setiap kali dirinya berjalan melewati koridor kampus. Belum lagi hidung mancung serta sepasang mata yang selalu memancarkan semangat serta tekad kuat, membuat wajah tirusnya semakin paripurna.
Sebuah senyum kecil tak disadari terkembang di wajah Icha kala menyadari kekonyolannya kala pertama kali bertemu dengan Pampam. Tangannya lembut mengusap wajah sang suami, menyingkirkan anak rambut yang menjuntai menutupi keningnya. Betapa beruntungnya Icha bersuamikan laki-laki bertenggung jawab seperti Pampam, meski tak ada manusia yang terlahir sempurna, tetapi setidaknya Pampam tak pernah lelah untuk terus berusaha menjadi suami terbaik.
Icha mencium kening Pampam, ada sebuah sensasi tersendiri ketika bisa menghirum aroma tubuh sang suami yang bercampur dengan wangi shampo yang dipakainya. Andaikan bisa, ingin rasanya waktu terhenti saat ini, setidaknya Icha tak perlu merasakan ketakutan akan ada wanita lain yang merebut Pampam dari sisinya. Termasuk sikap permusuhan yang jelas ditunjukkan Bu Ajeng, yang tak lain mama kandung Pampam atau mama mertua Icha.
Baru saja Icha akan beranjak dari ranjang, sensasi nyeri yang teramat sangat terasa dari perut bagian bawahnya. Seolah ada tangan dengan kekuatan yang luar biasa meremas-remas perutnya. Dinginnya udara yang berhembus dari pendingin ruangan tak mampu menghilangkan bulir-bulir keringat yang mulai membasahi dahinya.
"Aduh ...!" rintih Icha pelan saat dirinya mengurungkan niat ke kamar mandi dan lebih memilih kembali bergelung di ranjang.
Icha mencoba mengatur napas. Menarik dan menghembuskan perlahan untuk mengurangi rasa panik yang tiba-tiba menyergap. Alih-alih mereda, rasa nyeri yang dirasakan Icha justru semakin hebat dan tak tertahankan lagi.
"Tolong aku, Mas," erang Icha lirih sambil mencoba meraih tangan Pampam yang tertidur di sisinya.
Pampam bergeming tak mendengar erang kesakitan serta kondisi sang istri. Tidurnya sangat pulas, bisa jadi karena hampir semalam suntuk dirinya lembur mengerjakan program komputer baru yang harus segera selesai sebelum rencana ekspansi kantor cabang baru dilakukan.
Sejak pindah dari divisi pemasaran, Pampam bertanggung jawab penuh di bagian technical sekaligus terlibat aktif pada divisi riset dan pengembangan perusahaan. Meski lebih menyita pikiran, waktu dan tenaga, tetapi Pampam lebih nyaman berada di divisi barunya. Setidaknya dirinya bisa menghindari kewajiban untuk menemani dan memberikan hiburan yang perusahaan berikan kepada para rekan bisnisnya.
"Sakit, Mas!" Icha kembali mengerang sambil mencengkeram tangan Pampam lebih kuat.
Pampam tersentak, bagai terkena aliran listrik ribuan volt. Adrenaline mengalir deras ke seluruh tubuhnya, mata yang semula terasa enggan terbuka seketika terbelalak kala mendapati tubuh sang istri bergelung di atas tempat tidur dengan keringat membasahi hampir sekujur tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merindu Amanah-Mu (TELAH TERBIT)
Storie d'amoreRaisa Salsabila atau yang biasa dipanggil Icha, sangat merindukan hadirnya buah hati yang tak kunjung datang meski usia pernikahan dengan Pambudi telah menginjak tujuh tahun. Cibiran dan kata-kata pedas yang selalu terlontar dari mulut sang mertua...