Icha semakin tak mengerti, kenapa semenjak dirinya menjalani program hamil di dokter spesialis kandungan, sikap Bu Ajeng berubah 180 derajat. Satu kesalahan kecil saja bisa berimbas dia mendapatkan omelan panjang tak berkesudahan, terlebih jika tak ada Pampam di samping Icha. Namun hal yang sangat berbeda akan Bu Ajeng pertunjukkan jika di hadapan Pampam, laksana ibu yang sangat perhatian dan penuh kasih meski Icha hanya seorang menantu.
Jadi percuma juga Icha menceritakan sikap Bu Ajeng jika mereka hanya berdua, Pampam tak akan pernah mempercayainya. Salah-salah justru akan timbul pertengkaran baru di antara Icha dan sang suami. Hanya kepada kedua orang tuanya Icha bisa berkeluh kesah, sedikit meluapkan apa yang menjadi beban pikirannya. Panggilan telepon untuk menghubungi kedua orang tuanya pun hanya bisa dilakukan di sela-sela jam istirahat di hotem tempatnya bekerja sebagai staff purchasing.
"Sabar, Nduk. Itu yang namanya mengabdi ke orang tua, tidak pantes kalau kamu membantah ucapan yang dilontarkan Bu Ajeng," nasehat sang bapak yang dihubunginya melalui panggilan video.
"Iya, Nduk, apalagi kamu sedang berdoa agar Allah mengijabah kalian bisa diberikan momongan, harus sering-sering bikin hati mertuamu senang. Anggap saja beliau itu sedang menempamu untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tak cengeng," imbuh sang ibu yang duduk tepat di samping bapaknya Icha.
Ada sebuah rasa syukur dalam hati Icha, kedua orang tuanya begitu bijak menyikapi setiap keluhannya. Tak adil rasanya jika setiap persoalan yang dihadapi selalu dikeluhkan, kedua orang tuanya di jawa sudah semakin sepuh apa tidak sebaiknya dirinya bercerita hal-hal yang membahagiakan saja.
"Mohon doa dan restu dari bapak dan ibu ya, semoga program kehamilan yang sedang Icha jalani bisa berhasil." Ujar Icha sambil mengakhiri panggilan videonya.
Icha merasa masih cukup bersyukur, dirinya memiliki pekerjaan sehingga tak perlu setiap saat mendengarkan omelan dan cibiran pedas dari Bu Ajeng. Setidaknya saat di tempat kerja dan bertemu dengan teman-teman, dia bisa mendapatkan energi positif baru untuk terus menjalani hidup dengan penuh syukur.
***
Pagi ini Icha bangun dengan perasaan yang sedikit berbeda dari biasanya. Payudaranya terasa mengencang dan nyeri lazimnya saat dia sedang menstruasi. Kesibukannya di tempat kerja membuatnya tak begitu memperhatikan kalender, terlebih Pampam yang biasanya paling cerewet menanyakan jadwal haidnya sedang dinas luar kota membuat Icha benar-benar lupa kalender.
"Ya ampun sekarang sudah tanggal 10! Padahal biasanya aku sudah haid setiap akhir bulan," pekik Icha tertahan dengan tubuh bersandar pada kepala ranjang.
Tiba-tiba Icha merasa salah tingkah sendiri, meski dirinya sudah membaca banyak artikel terkait ciri-ciri perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil, tetap saja pengalaman kali ini menjadi satu hal baru yang cukup menegangkan. Terlebih sang suami yang selalu mendukungnya, sedang berdinas luar kota dan baru akan pulang pada akhir pekan.
Tak disadari sebutir air mata bahagia menetes di wajah ayu Icha. Tangannya memegang lembut perut, berhasilkan obat-obat yang diresepkan Dokter Imelda menstabilkan hormon dalam tubuh sehingga kali ini sebuah janin benar-benar bersemi di dalam rahimnya. Akankah benar Tuhan wujudkan mimpinya selama ini. Begitu banyak tanya yang tiba-tiba saja menyeruak dalam angan.
Tangan Icha meraih ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Baru saja dirinya bermaksud untuk mengabarkan hal ini kepada Pampam, tetapi segera diurungkan. Wanita cantik itu tak ingin membuat harapan palsu dalam benak laki-laki yang begitu dicintai, setidaknya sampai Icha berhasil membeli alat tes kehamilan.
Meski hampir sekujur badan terasa lemas seolah tak bertenaga, tetapi Icha berusaha untuk menyembunyikan dan berlaku sebagai mana mestinya. Dia sudah cukup kenyang dengan caci maki dan cibiran pedas yang begitu mudah terlontar dari mulut Bu Ajeng jika dia merasa sang menanntu hanya bermalas-malasan. Pada kondisi seperti ini Icha tak sabar ingin cepat-cepat berangkat kerja, terlebih hari ini dia sudah bertekad akan membeli alat tes kehamilan sepulang dari tempat kerja agar esok pagi semua ganjalan dalam hatinya mendapatkan kepastian jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merindu Amanah-Mu (TELAH TERBIT)
RomanceRaisa Salsabila atau yang biasa dipanggil Icha, sangat merindukan hadirnya buah hati yang tak kunjung datang meski usia pernikahan dengan Pambudi telah menginjak tujuh tahun. Cibiran dan kata-kata pedas yang selalu terlontar dari mulut sang mertua...