📖: Bab 3

14 9 6
                                    

"Iya. Ayo kita segera keluar dari sini."

.

.

.

⋆❀⋆

⭒☆━━━━━━━☆⭒

"Bagaimana kalau kita melanjutkan diskusinya di rumahku?" usul Noi lalu mengeluarkan crystalpoint miliknya.

"Ah iya, aku jadi kepikiran. Apa menurutmu aku juga harus membeli rumah di sini?" Lune bertanya sembari memegang pangkal rambutnya.

Jika Noi mengatakan bahwa ia lebih baik membeli rumah, gadis itu akan segera mencari pekerjaan. Sebelum membeli rumah, tentu saja ia harus memiliki uang terlebih dahulu.

"Kalau Lune mau, silahkan. Tapi aku tidak masalah jika Lune tetap tinggal denganku," jawabnya masih mengutak-atik crystalpoint. "Ah, aku sudah selesai mengatur titik koordinatnya."

"Tunggu apalagi? Ayo kembali! Kuharap aku tidak akan merasa pusing seperti tadi," ucap Lune yang nada bicaranya semakin memelan sambil memegang kepalanya.

Noi menggenggam tangan Lune agar mereka berdua bisa teleportasi bersama.

Tak lama kemudian, ia merasakan sensasi yang mirip sewaktu mereka baru akan bertemu dengan penjaga kedai. Sensasi seperti tubuh yang mengecil hingga semua indra terputus sementara.

.

.

.

"Kita sampai." Noi menyimpan crystalpoint dalam riteinfor.

Semua item yang di dapat, akan secara otomatis terdata di riteinfor sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan atau disimpan kembali. Apabila item tersebut sudah habis terpakai, maka penggunaannya tidak akan dapat dilakukan. Namun, data dari item tersebut akan tetap tersimpan. Jadi memudahkan bagi player untuk membeli atau mendapatkan kembali item yang sudah habis.

Lune terduduk di dekat rumah Noi. Awalnya ia ingin langsung masuk ke dalam, tapi rasa pusing itu menahannya-walau tidak sepusing sebelumnya. Mungkin tubuhnya sudah sedikit terbiasa. Sembari duduk, matanya menerawang ke langit di atasnya.

"Langit itu hanya ilusi kan?"

Noi ikut mengangkat kepalanya. Langit biru luas terlihat olehnya. Sangat natural, mirip dengan yang ada di dunia nyata. Namun, jika diperhatikan lebih detail, terdapat banyak garis-garis tipis yang membentang dari ujung ke ujung.

"Iya. Semua hanyalah sistem yang sudah di program. Bahkan matahari yang kita lihat saat ini juga sama," jelas Noi masih memandang langit. Ia menyipitkan matanya karena cahaya matahari cukup terik saat itu.

Angin berhembus dengan pelan. Membuat rambut kedua gadis itu ikut bergerak mengikuti arah angin bertiup.

"Tadi pagi kau bertanya 'apa aku tidak takut untuk mendapatkan kembali ingatanku?'. Well, sejujurnya aku takut. Tidakkah lumayan mengejutkan bagimu jika kau tiba-tiba bangun di suatu tempat yang tidak kau ketahui? Ditambah lagi kau tidak tahu alasanmu berada di tempat itu," jelas Lune masih memandang ke atas.

Noi hanya diam mendengarkan kata-kata Lune. Mungkin ia ikut membayangkan jika hal tersebut juga terjadi padanya atau mungkin ia sedang memikirkan sesuatu yang lain.

"Bagaimana jika alasanku ada di sini tidak sesimpel yang kupikir? Bagaimana jika ada faktor lain yang menjadikanku berada di sini?" lanjutnya dengan nada yang terdengar sedih.

"Itu ... bisa saja menjadi salah satu kemungkinan," ungkap Noi.

"Tapi aku sudah memutuskan untuk menerima kenyataan di balik semua ini, jadi pada saat ingatanku kembali, aku sudah siap." Senyum terukir di bibir Lune. Dari raut wajahnya, tak terlihat adanya keraguan.

Retrouvaille (END | TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang