13. Pernyataan Sang Inspektur

9 3 0
                                    

Aku duduk sambil menatap punggung inspektur Daylan Dawson yang dibalut jas hitamnya. Pria itu sedang berdiri membelakangiku, ia menghadap ke arah jendela kaca besar berpatri yang merupakan sumber cahaya bagi ruangan kecil ini. Sementara itu, langit biru berawan samar terlihat dari kaca di depannya.

Tanganku disilangkan di atas meja yang berada di antara aku dan kursi Daylan. Rambutku kugerai. Belakangan ini saraf-saraf di kepalaku terasa tegang sekali. Mereka butuh bernapas, jadi aku tidak mengikat rambutku seperti biasanya.

"Jadi, awal ceritanya adalah surat Phelan McCarthy yang kau terima dari Nelson Whitlock. Apa kau yakin itu adalah tulisan Phelan?"

"Ya, aku yakin. Kami sudah saling mengirim surat sejak perang dimulai. Tulisannya sama persis dengan surat-surat sebelumnya."

"Phelan menyuruhmu pergi ke Scotland Yard dan kau mengikutinya. Itu terjadi pada saat kau dan Nelson yang sedang dalam penyamaran sebagai Colin Smith datang ke sini. Kalian datang sebagai ...." Pria itu berhenti.

Ia membalikkan tubuhnya, sorot matanya tajam dan sebelah bibirnya tertarik.  "Sebagai penipu konyol yang cerdik," lanjutnya.

"Kalian benar-benar sukses membodohiku hari itu." Daylan tertawa.

Aku mengulum senyum. Memang, kalau diingat-ingat, itu sangat konyol. Tapi apakah cukup cerdik? Aku tak berani mengakui itu.  

"Benarkah begitu?" tanyaku.

"Aku rasa begitu. Aku baru sadar bahwa pria yang berjalan santai dari halaman rumah Earl William Whitlock adalah anaknya sendiri setelah laporan perang terbaru hari itu kubaca."

"Sudah kuduga."

Daylan duduk di kursi kayunya. Sekarang kami benar-benar berhadapan. "Lalu, ceritakan kelanjutannya."

"Setelah itu, tidak ada hal yang penting. Kami pergi ke Shackleton Coffee House, di sana kami bertemu dengan bibiku yang kemarin memanggil polisi itu."

"Oh ya, aku ingat. Siapa namanya?"

"Bibi Hawkins."

"Nyonya Hawkins." Daylan membeo. Jarak di antara alisnya menyempit.

"Inti dari masalah ini adalah laporan perang yang tidak sesuai dengan kejadian di sana bukan?" tanya Daylan, kedua alisnya terangkat.

Aku mengangguk. "Ya. Seperti itulah."

"Ini sulit, June. Orang-orang yang bertanggung jawab atas laporan itu adalah para petinggi. Pangkat mereka tinggi. Minimal letnan atau letnan kolonel. Tapi siapa pun dapat merubah beberapa titik pada laporan. Mengingat, butuh banyak orang yang terlibat sampai kita bisa situasi perang di sana. Kau mengerti maksudku?"

"Tentu."

Letnan kolonel. Pangkat itu terpatri di pikiranku. Apakah semua ini ada urusannya dengan Letnan Kolonel Wensley? Ah, tapi bukankah dia sudah cukup berbaik hati untuk meminta para polisi menyembunyikan fakta ini dari para wartawan? Apakah tidak ada wartawan di medan perang?

Oh astaga. Aku mungkin sudah berpikir terlalu jauh. Tapi semua hal mungkin saja telah terjadi. Hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini adalah permainan yang cerdik.

"Kau bilang Letnan Kolonel Wensley yang meminta kalian menyembunyikan berita bahwa Phelan memalukan di medan perang." Aku menatap Daylan, meminta responsnya.

Ia mengangguk. "Ya, dia mengirim surat dengan perintah seperti itu kepada kami. Jadi setiap kali lara jurnalis meminta informasi, kami hanya mengatakan seadanya."

"Menurutmu, laporan itu dipelintir setelah atau sebelum diserahkan pada letnan kolonel itu?"

"Aku rasa sebelum. Seseorang di batalion mereka mungkin telah mengubahnya lalu paman Phelan membacanya dan untuk menutup kekecewaannya dia mengirim suratmitu pada kami. Barangkali untuk menjaga nama baik keluarga. Begitulah spekulasiku."

Misteri: Shake a FlanninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang