Aku masih menarik dan mengembuskan napas, berusaha menetralkan pikiranku. Apa benar seseorang baru saja mati tertembak di rumah ini? Aku yakin apa yang baru saja terjadi bukanlah mimpi. Teriakan, seruan, dan suara tembakan yang bersahut-sahutan terdengar begitu nyata.
Indra penglihatanku pun tidak mungkin menipu. Di sudut ruangan Nelson yang masih dengan penyamaran terlihat layu. Wajahnya babak belur, dipenuhi lebam yang membiru. Bahunya naik turun seiring dengan napas yang memburu. Tangan kanannya masih memegang pistol Belgia, hadiah barunya itu.
Nelson menatapku dengan mata yang sayu. "Kau tidak apa-apa?"
Aku yang masih tersandar di dinding pun mengangguk. "Terima kasih," ucapku kelu.
"June Sayang!" Itu adalah sebuah suara yang kukenal pemiliknya. Bibi Hawkins menghampiriku dengan penampilan yang seperti biasanya一rambut disanggul tinggi, menggunakan gaun mewah dengan potongan leher terbuka yang kali ini berwarna ungu, serta kipas bulu yang berwarna senada ikut serta walaupun udara sedang dingin mengigit一kehadirannya diikuti beberapa polisi Scotland Yard一juga Daylan dan anjingnya Spancer一pria itu sempat beradu pandang denganku sebelum akhirnya mengamati ruangan ini dengan alis bertaut.
"Apa kau tidak apa-apa, June? Apa kau terluka? Semuanya baik-baik saja?" Bibi Hawkins melontarkan pertanyaannya berturut-turut seperti buah apel yang runtuh dari pohonnya.
"Aku tidak apa-apa walaupun cengkeramannya masih terasa di leherku, Bibi," jawabku sambil melihat ke bawah. Sang pelaku telah rebah di lantai, berlumuran darah pada bagian dada dan perutnya. Mata hijaunya terbelalak, mulutnya pun mengeluarkan cairan merah segar.
"Syukurlah kau tidak apa-apa, Sayang." Bibi Hawkins merapikan rambutku, "Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika kau diapa-apakan. Apa yang akan kukatakan pada orang tuamu nanti?"
Kulihat cairan bening membasahi kelopak matanya, membuatku ikut sedih entah karena apa. "Terima kasih karena sudah memikirkanku, Bibi." Aku menghamburkan tubuh pada pelukannya.
"Sudah kuanggap kau sebagai anakku sendiri, June." Bibi Hawkins melepaskan pelukannya.
"Terima kasih sekali lagi. Maaf juga karena itu." Aku menunjuk gaun biru elegannya yang sudah bernoda darah akibat berpelukan denganku.
Pandangan Bibi Hawkins mengikuti arah ke mana tanganku menunjuk. Ia tampak sedikit kaget tapi lalu tertawa. "Itu tidak apa-apa, June. Itu hanya noda darah," ujarnya sambil tersenyum, terkesan dipaksakan.
"Apa kau yang memanggil polisi?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Aku melangkah mendekati tempat duduk ternyamanku, tidak enak juga mengobrol di depan mayat. Bibi Hawkins mengikuti.
Kuamati Daylan yang sedang berbicara dengan Nelson. Sepertinya pria berahang tegas itu sedang menanyakan beberapa hal pada Nelson.
"Polisi Scotland Yard sangat cekatan. Mereka tidak menganggapku sebagai orang gila tua saat aku melaporkan bahwa sebuah pembunuhan mungkin saja terjadi di rumah tetanggaku."
"Oh ya? Apa yang membuatmu yakin kalau ada pembunuhan di sini?"
"Aku hanya berjaga-jaga, June. Kudengar suara tembakan dari arah sini. Lalu aku mengintip dari jendela, dan benar saja."
"Lalu?"
"Kemudian aku bergegas ke White Hall untuk meminta pertolongan."
Aku mengangguk-angguk. "Kau sangat berjasa untuk ini, Bibi."
Bibir tipis merah Bibi Hawkins mengulum senyum. "Kau sudah dengar berita tentang Sevastopol? Aku pikir pacarmu akan pulang segera."
"Ya. Aku sudah membacanya," jawabku singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri: Shake a Flannin
Mystère / ThrillerJune Oliver bekerja di rumah keluarga Earl William Whitlock sebagai dokter yang merawat Margaret Whitlock一istri sang Earl. Suatu hari, terdengar suara ketukan pintu dari dalam lemari pakaian pasiennya itu. Ada orang asing! Keadaan menjadi semakin ru...