Sengatan dingin dan berair menyadarkanku. Baru saja membuka mata, aku langsung mendapati seorang pelayan berambut pirang tersenyum sambil meletakkan sehelai handuk di dalam timba berisi es. Sudah pasti es itu didapat dari penjual es krim Carley Gatti, siapa lagi penjual es di Inggris selain dia?
Bibirku tertarik, membalas senyumnya tapi kemudian rasa sakit menyambar hidungku, membuatku langsung menyingkatkan senyum.
“Syukurlah Anda sudah sadar, Nyonya,” kata sang pelayan.
Aku mengangguk. "Terima kasih," balasku tulus.
“Baiklah, Nyonya. Ini es dan handuk Anda. Saya akan meninggalkan Anda bersama dengan Inspektur Daylan dan Tuan Whitlock sesuai perintahnya.” Pelayan itu pun akhirnya membungkuk kemudian pergi.
Segera sesudah wanita itu keluar, Tuan Whitlock dan Daylan Dawson muncul dari ruangan kerja sang Earl. Aku berdiri kemudian membungkuk dengan responsif. Perlu diingat, aku tidak membungkuk untuk Tuan Dawson. Bahkan jika dia tidak menjengkelkan pun, aku tidak berkewajiban untuk hormat kepadanya.
Kami berada di ruangan tengah sebelum kamar Countess. Ruangan ini memiliki banyak jendela besar berpatri mengelilingi dinding yang berbatasan dengan halaman hijau luas di luar rumah megah ini. Terdapat lemari buku yang sangat tinggi一tiga kali tinggiku一berjajar di dinding yang berbatasan dengan ruang menerima tamu. Ada sebuah tangga di ujung ruangan yang mungkin digunakan ketika ingin mengambil buku yang tinggi. Di tengah ruangan terdapat tiga kursi dan sebuah meja bergaya Norman dan ada sebuah perapian di dekat kursiku.
“Nona, apa kau baik-baik saja?” tanya Tuan William.
“Tentu saja, Tuan,” jawabku disertai anggukan, berusaha untuk tidak tersenyum karena hal itu akan merusak ekspresiku dan memberi keraguan tentang jawabanku.
“Senang mendengarnya, Nona.” Earl menatap pria yang ada di sampingnya, “Untung saja ada Tuan Dawson.” Dia berpaling kepadaku kemudian melanjutkan, “Dialah yang memberi instruksi untuk melakukan semua pertolongan pertama kepada Anda.”
Daylan terkekeh, “Itu bukan apa-apa, Tuan. Lagi pula aku mempelajari itu semua dari Dokter June. Bukan begitu, Dokter?” ucap Daylan diakhiri tatapannya yang terlihat memaksaku agar mengiakan pernyataannya.
“Tentu,” jawabku singkat, tidak ingin memperpanjang percakapan dengan inspektur cerewet ini.
“Baiklah, mari kita duduk dan bicarakan tentang kejadian yang baru saja menimpa Nona Oliver.” Earl menginterupsi.
Kami pun duduk dan aku baru saja menyadari sesuatu, “Maaf, Tuan. Bagaimana keadaan istri Anda?” Aku cemas, hal terakhir yang kudengar adalah teriakannya.
“Dia baik-baik saja, Nona. Dia sedang beristirahat sekarang.” Earl Whitlock tersenyum.
“Syukurlah.” Aku menyapukan tangan di dada.
“Inspektur, silakan melakukan tugas Anda,” ucap Earl.
Daylan melepaskan topi tingginya lalu membuka koper yang berisi benda-benda detektifnya. Rahangnya yang lebar itu semakin lebar ketika dia tersenyum ke arahku.
Keningku mengerut, “Apakah ada yang salah, Tuan Dawson?”
“Tidak, aku hanya kagum denganmu, June. Kau telah melindungi Nyonya Margaret dan dirimu sendiri dari kejahatan tingkat tinggi ini. Penyusupan terhadap keluarga aristokrat sangat jarang terjadi.” Ia tetap santai sambil membuka koper yang dibawanya, ada beberapa alat detektif di dalam sana, seperti koran-koran lama, beberapa buku, pensil, dan kaca pembesar. “Bahkan setelah diserang pun kau masih terlihat cantik,” imbuhnya lalu diikuti tawa kecil dengan suaranya yang dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri: Shake a Flannin
Misterio / SuspensoJune Oliver bekerja di rumah keluarga Earl William Whitlock sebagai dokter yang merawat Margaret Whitlock一istri sang Earl. Suatu hari, terdengar suara ketukan pintu dari dalam lemari pakaian pasiennya itu. Ada orang asing! Keadaan menjadi semakin ru...