About Madara

1.1K 113 26
                                    

Aku bercinta dengan dosenku sendiri.

Alunan musik yang masih menggema di luar seperti tidak menganggu aktivitas panas ini. Setelah rasa sakit yang mendera, kini hanya rasa nikmat tiada ujung yang ku rasakan.

"Sshhh... Mada-ngghh... Harder!"

Bibirku meracau, melontarkan desahan-desahan laknat tanpa bisa ditahan lebih lama lagi.

Dia menatapku, dengan kabut nafsu di kedua matanya, menangkup payudaraku yang membusung dan memainkannya secara lihai menggunakan lidah. Rasa ini semakin naik hingga ubun-ubun kepalaku.

Temponya perlahan, kemudian berubah menjadi tidak beraturan dan membuat sentakan brutal, aku menjerit memanggil namanya.

"Kau sempit sekali." Sergahnya, dengan nafas memburu seperti tidak ada hari esok untuk bercinta denganku lagi.

Tanganku menancap di punggung kekarnya, menahan setiap dorongan kasar dari pria ini. Seberapapun kerasnya suaraku keluar, tetap akan kalah dengan alunan musik yang masih menyala menandakan pesta masih berlangsung.

Nafsu kami menggelora. Bahkan sesaat aku merasakan pelepasan yang begitu menegangkan, dia kembali menyentakkan kejantanannya setelah membalik tubuhku dengan mudah.

"Ouhh... Ahhh..." Ukurannya besar, membuatku merasakan bagaimana penuhnya rahimku terisi oleh senjata kebanggaannya. Jika Madara tidak menahan pinggangku, seratus persen yakin aku akan terjerembab karena tidak bisa menahan tusukannya yang lebih keras dari sebelumnya.

"Desahkan namaku lebih keras."

Dan aku melakukannya, setiap sentakannya berubah menjadi keras, aku akan meneriakkan namanya.

Seperti tidak cukup dengan pelepasan kedua, dia kembali menghujamku. Kami bercinta dengan berbagai gaya, posisi, dan tempat. Tidak memperdulikan waktu yang bergulir dan keringat yang sudah banyak mengucur.

Lagi, lagi, dan lagi.

Aku akan jadi gila karena sentuhannya, semua menjadi candu bagiku.

Ciumannya, hisapannya, hentakkan nya. Aku menginginkannya terus menerus.

Malam ini, kami menjadi liar.

☘️☘️

Pinggangku rasanya ingin lepas dari tempatnya, tubuhku remuk seperti tertindih ribuan gajah yang kebetulan lepas dari kandangnya walaupun jujur aku tidak tahu bagaimana rasa aslinya. Hanya perumpamaan, abaikan saja.

Aku mendesis pelan ketika ingin menggeser tubuhku yang telanjang dari balik selimut ini. Padahal hanya bergeser pelan, sakitnya bukan kaleng-kaleng.

Tenggelam dalam hanyutan menghayati bagaimana rasa ngilu nya, suara pintu terbuka menginterupsi. Aku bisa melihat Madara dari baliknya masuk dengan kaos hitam melekat di tubuhnya. Lihatlah dadanya yang membusung itu, dan aku merasa menjadi pemenang karena sudah meraba-raba bagian itu. Sepertinya aku harus membanggakan diriku di depan fans garis kerasnya.

"Kau baik?" Aku hampir meleleh mendengarnya mengkhawatirkan diriku.

Hanya sebentar sebelum dia melempar beberapa potong baju dan mengenai kepala atasku, merosot hingga menampilkan wajahku yang jelek dan tidak elit ini. Seperti kau di buat terbang dan dihempaskan ke tanah begitu saja tanpa meninggalkan kasur empuk disana.

Sexy, Free, and Single! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang