5. Kertas Ujian

14 3 0
                                    

~

Bel berbunyi menunjukkan Jam mapel ke 5 segera di mulai. Lyra yang sedari tadi bolak balik ngelihatin bangku Dareen karena ya.. hari ini Dareen sudah bolos 2 mapel. Jarrel sama Jeff juga tidak terlihat didalam kelas ini. Hanya ada Samuel dan Cakra yang berada dikelas. Lyra hanya menghela nafasnya dia melanjutkan belajarnya.

KRIETT

Pintu terbuka Tiba tiba datang 3 orang lelaki yang sedari tadi ditunggu tunggu sama Lyra.

Dareen.

Diikuti Jarrel dan Jeff yang membuntuti datang dibelakangnya.

Lyra mengerutkan dahinya dia melihat wajah Dareen. Bukannya sembuh wajah Dareen semakin banyak lebamnya. Dan ada luka yang masih basah juga belum di obatin di wajahya.

Kenapa lagi dia?. Batin Lyra.

Dareen datang datang langsung mendelosorkan kepalanya di atas meja memejamkan matanya. Tidak memedulikan sama sekali keadaan sekitar saat ini.

"gilakk.. gk tobat tobat itu si Dareen" Celetuk Arisha menggeleng gelengkan kepalanya.

"Mukanya udah banyak banget lebam gitu. Apa nggak kesakitan ya?" sambung Arisha.

Lyra tidak menggerubis ujaran Arisha dirinya kembali fokus ke bukunya lagi.

"EH RA ANJIRR GUE LUPA HARI INI NILAI UH FISIKA DIBAGIIN GILAKK" heboh Arisha meninggikan suaranya panik.

Memang benar hari ini ada pembagian hasil UH fisika. Dan Lyra wajib mendapatkan nilai sempurna dari sebelumnya yaitu A+ karena UH fisika minggu lalu Lyra mendapat A- Tentu saja Papanya sangat marah.
Lyra menghembuskan nafasnya memikirkan kejadian saat itu.

Tidak lama guru Fisika datang. tidak lupa membawa tumpukan kertas yang isinya UH murid kelas sini.

Bu Lada, membagikan kertas Ujiannya dari nilai terendah, nilai terendah dipanggil paling awal dan sampai tertinggi dipanggil paling terakhir.

Dareen, Jeffery dan Jarrel selalu dipanggil paling awal awal. Selalu dan selalu. Murid murid di Kelas sini tidak kaget mendengar hal itu. Tetapi Samuel dan Cakra berbeda, Nilai mereka berdua paling baik dari kelimanya.

Kertas yang dibawa Bu lada semakin menipis. hampir semua murid juga sudah mendapatkan kertas ujian harian fisika mereka.

Sampai akhirnya terakhir nama Lyra yang dipanggil.

"Lyra Zemira Amitta" sebut Bu Lada. Lyra yang selalu nomer 1 di kelas. Tidak ada yang bisa menandinginya.

Lyra maju kedepan dan mengambil kertas ujian miliknya itu.

"Kamu Sudah sangat bagus tapi ada sedikit kesalahan di nomer 8 dan 9 ya Lyra terus yang nomer 13 juga" Jelas bu Lada ke Lyra.

Lyra kembali ke tempat duduknya saat mendengar penjelasan itu.

Nomer 8 dan 9 adalah bertentangan dengan Resonansi bunyi dan dia sudah menguasainya saat belajar dirumah. Tapi kenapa masih salah?

Mungkin kurang teliti?. Batin Lyra.

Lyra mendapat nilai A dan bukan A+, dia menghela nafas hanya menundukkan kepalanya Tangan Lyra tremor matanya memanas dia meremas kertas ujiannya, raut wajah papanya selalu terbayang di benaknya. Dia benar benar selalu membuat Papanya marah.

"Eh itu si Lyra kenapa ya? Kok kayak gk terima sama hasil ujiannya" ucap salah satu Siswi yang duduk tidak jauh dengan Lyra jadi Lyra bisa mendengarnya.

"Alay banget"

"Iya nggak bersyukur banget, nilai A sudah bagus banget padahal" ujar yang disebelahnya menyauti.

Dareen, Jarrel, Cakra, Samuel dan Jeff bisa mendengar ujaran para siswi itu juga. Dareen hanya mengamati dari jauh, dirinya bisa melihat raut wajah Lyra yang berubah menjadi sedih dan takut.

Arisha melihat kertas ujian milik Lyra yang diremas remas olehnya. "Hey..are you okay? kenapa?" Tanya Arisha mendekat kearah Lyra.

Lyra yang melihat Arisha mendekat kearahnya langsung cepat cepat menyembunyikan tangannya yang berisi remasan kertas ujian itu. Lyra senyum kearah Arisha dan langsung menggeleng cepat "Gapapa Rish, kenapa emang?"

"Gamau cerita sama gue ya?" tanya Arisha.

"Gabisa Rish maaf ya" ucap Lyra.

Tidak ada yang tau sama sekali tentang latar belakang keluarga Lyra.. kenapa? Ya karena Lyra se tertutup itu mengenai keluarganya, dia tidak mau Latar belakang dan Papanya yang seperti itu di ketahui oleh teman temannya apalagi Arisha.. Belum siap tentunya.

~

Dari jauh Lyra melihat Dareen tiduran di bawah pohon dekat lapangan. Lyra yang kebetulan lagi nyari Dareen langsung mehampirin doi.

Saat sudah dekat Lyra melihat Dareen yang masih terlelap. Lyra langsung kaget saat melihat ujung kepalan tangan Dareen yang juga terluka.

"Dareen" panggil Lyra.

Dareen yang mendengar Namanya dipanggil pun langsung membuka matanya. Dia langsung mendudukkan badannya saat melihat jika Lyra yang ada di hadapannya itu.

"Kenapa?" tanya Dareen.

"luka luka di wajah sama Tangan lo itu obatin dulu" suruh Lyra menyodorkan Betadine.

"taruh disitu aja obatnya" kata Dareen menyuruh Lyra menaruh obatnya di sampingnya.

Lyra menaruh obat nya "yaudah. Gue ke kelas dulu ya" Pamit Lyra dan langsung membalikkan badannya. hendak melangkahkan kakinya. Dareen dengan cepat meraih memegang lengan Lyra menahannya untuk pergi.

"Obatin gue" pinta Dareen. Lyra kaget saat Dareen menahan tangannya.

Lyra membalikkan badannya dan duduk di sebelah Dareen. "Sini obatnya" Dareen memberikan obat itu ke Lyra.

"Udah sering ya kayak gini?" Tanya Lyra  mengobati kepalan tangan Dareen.

"Udah biasa kok namanya juga atlet" jawab Dareen.

"Nggak sakit?"

Dareen menggeleng "Nggak sih, udah kebal soalnya"

Lyra berganti mengobati wajah Dareen yang basah. "Emang Taekwondo sampai separah ini ya lukanya?" tanya Lyra.

Dareen mengangguk "Iya"

Lyra hanya bisa percaya dan lanjut mengobati. Saat mengobati luka sebelah mata Dareen, tidak sengaja kedua mata  mereka bertemu bertatapan yang membuat detak jantung keduanya berdetak memburu.

Lama mereka bertatapan dan hening. Lyra memilih segera membuyarkan keheningan dan kecanggungan ini.

"Udah selesai, gue ke kelas dulu" ucap Lyra lalu pergi meninggalkan Dareen yang masih duduk diam.

"Makasih ya Ra!" teriak Dareen dari jauh yang masih bisa di dengar Lyra.

"Waduhh apa nih makasih makasih" goda Jeff yang tiba tiba datang mendekat kearah Dareen diikuti Jarrel, Samuel dan Cakra.

"Kiw kiw waduhh, habis ngapain nih!" timpal Cakra.

"Jadian lo Ren?" Tanya Jarrel menggoda.

"Iya gue jadian" singkat Dareen.

"Njir sumpah lo?" tanya Jeff kaget.

"Beneran lo Ren?" Samuel memastikan perkataan temannya.

"Bercanda" Dareen.

"Yaelah Ren bercanda ternyata" kata Jeff.

"Gue kira beneran njir, udah seneng padahal tadi gue" ujar Cakra.

"Iya 2in, couple yang ditunggu tunggu" kata Jarrel.

"Setuju"

^^

DAREENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang