7. Panik

2.4K 273 17
                                    

Sasuke memasuki ruang rawat inap kakeknya dan langsung menjumpai Mikoto yang sedang menyuapkan makanan kepada Madara.

"Sasuke? dimana kakak mu?" ucap Mikoto saat melihat anak bungsunya datang sendirian.

"Kakak sekarang di kantor, menghadiri rapat antar kerjasama dengan perusahaan Babel" Sasuke memasuki ruangan dan berjalan mendekati ranjang kakeknya.

"Kau tidak bekerja?" Mikoto langsung mencecarkan pertanyaan dengan nada yang kurang mengenakan.

"Jangan terlalu memaksakan Sasuke, Mikoto" Madara mulai menengahi sikap keras anaknya, dia tau perlakuan yang kadang bisa dikatakan tidak adil antara Itachi dan Sasuke. Fugaku dan Mikoto akan berubah lebih keras dengan Sasuke dibandingkan dengan Itachi. Ia tau alasannya kenapa, tapi ia masih tidak menyangka jika mereka berdua masih belum bisa memaafkan kejadian tersebut, kejadian yang dimana Sasuke hampir merenggut nyawa kakaknya.

"Aku akan pergi keluar, maaf jika mengganggu waktu kakek dan ibu" Sasuke langsung pamit dan keluar tanpa mendengar jawaban dari kedua orang tersebut. Setelah Sasuke keluar Madara menatap Mikoto tegas.

"Kau masih membeda-bedakan anakmu? kau tidak sadar sudah melukai perasaan Sasuke, Mikoto?" Madara menatap Mikoto nyalang.

Mikoto hanya menghela nafas lelah dan meletakkan mangkuk bubur di atas nakas.

"Jika ayah hanya mengomeli ku lebih baik aku keluar saja, aku masih ada beberapa urusan yang harus diurus"

Mikoto mulai beranjak dari duduknya dan melangkah menuju pintu. Saat akan memutar handle, gerakan Mikoto terhenti karena ucapan Madara.

"Sasuke tidak sengaja dengan kejadian itu Mikoto, harus nya kalian berdua sadar dengan sikap kalian yang masih pilih kasih malah akan melukai perasaan Sasuke. Dia hanya ingin kalian lebih memperhatikannya"

Mikoto mengabaikan perkataan Madara dan langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Astaga, anak itu keras kepala sekali" Madara menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang dan memijit kepalanya perlahan.

***

"Sasuke, kau kenapa? ada masalah?" ucap Naruto yang melihat wajah kelam sahabat dari kecilnya itu.

"Kau tidak ingin menyewa mereka?" tambah Naruto lagi yang sedang menunjuk dengan dagunya ke sekumpulan para wanita cantik yang memakai pakaian sexy disudut meja bar.

Sekarang mereka berdua sedang berada di dalam club mewah yang hanya bisa datangi oleh pengunjung kelas atas saja, tidak sembarangan orang yang bisa mengunjungi club ini. Jika ingin memasuki club tersebut harus menunjukkan kartu member khusus.

"HOI SASUKE" Naruto yang kesal karena diabaikan terus terpaksa berteriak di telinga Sasuke, yang langsung mendapat lirikan tajam dari sang empu.

"Kau ingin ku hajar di sini?" Sasuke yang sedang dalam mode siap membunuh pun sudah menarik kerah baju Naruto kencang sambil menyudutkannya di meja.

"Sa... Sasuke santai lah, aku hanya bertanya tadi" kekeh Naruto takut yang melihat tatapan sahabatnya itu. Dia lupa jika Sasuke dalam keadaan mood yang buruk akan menghajar siapapun, tidak memandang gender Sasuke pasti akan langsung menghabisi orang tersebut.

Sasuke melepaskan cengkraman kerah baju Naruto kasar dan langsung beranjak dari sana. Perasaan Sasuke sedang kacau sekarang, akibat perlakuan ibunya tadi saat ia akan menjenguk kakeknya membuat dia kesal setengah mati. Ia ingin melampiaskan rasa kekesalannya tapi tidak tau ingin melampiaskannya dengan siapa. Ia sudah tidak ingin menyakiti siapa pun karena dia sudah berjanji dengan seseorang.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang