10. Cemas

1.7K 218 21
                                    

Ino melamun di cafe sendirian, dia sedang menunggu kedatangan Sai yang mengajaknya makan siang bersama. Ia masih memikirkan perkataan Sakura semalam setelah mereka tiba di apartemen Ino.

“Sakura, kau yakin? Kau tidak sedang berhalusinasikan.” Resah Ino saat Sakura sudah menjelaskan kejadian tadi di club.

“Tidak Ino, aku tidak berhalusinasi. Aku memang melihat Utakata di sana” Sakura memeluk lututnya sambil menunduk lesu.

“Aku takut Ino. Bagaimana dia menerorku lagi? Hidupku sudah damai saat dia lenyap begitu saja dan kenapa sekarang harus muncul lagi” Sakura membenamkan wajahnya, ia takut, rasanya sebentar lagi hidupnya tidak akan aman.

“Tenanglah, ada aku disini. Ada kak Sasori, dan Karin juga. Jangan takut. Kami akan menjagamu selalu, Sakura” Ino memeluk Sakura erat. Dia merasa kasihan dengan hidup Sakura yang tidak bisa merasakan kebebasan, saat kecil pergaulan Sakura sering dibatasi oleh kakaknya, dan saat remaja pun dia juga tidak bisa bebas menikmati masa muda karena ulah Utakata.

“Sayang!” Sai menepuk pundak Ino pelan guna menyadarkan kekasihnya yang melamun, dia sudah memanggil Ino beberapa kali dan tidak ada respon sama sekali

Ino yang langsung tersadar, menatap ke depan dan mendapati kekasihnya sudah duduk di kursi cafe.

“Sai, maaf. Aku melamun” Sesal Ino memegang tangan Sai lembut.

Sai membalas genggaman tangan ino tidak kalah eratnya seolah mengatakan ‘tidak apa-apa’ setelah itu Sai memesan minuman kepada pelayan cafe yang sigap melayani jika ada pengunjung datang.

“Kau ada masalah?” Ucap Sai setelah menyebutkan pesanannya.

“Tidak. Tapi…..” Ino menjeda kalimatnya, dia ragu jika harus  membicarakan permasalahan Sakura kepada Sai.

“Ada apa? Ceritakan saja”

Ino berpikir cukup lama, rasanya ingin sekali ia menceritakan tentang rasa cemasnya terhadap Sakura tapi dia tidak berani, karena sebelumnya Sakura sudah meminta kepada Ino untuk tidak memberi tahukan kepada siapa pun. Dan Ino sangat paham dengan maksud sakura.

“Itu…..”

“Pesanan anda tuan”

Belum sempat Ino menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba pelayan datang dan memberikan minuman kepada Sai.

Setelah pelayan pergi Sai kembali menatap Ino sebagai isyarat melanjutkan kalimatnya yang terputus.

“Aku hanya khawatir dengan keadaan sakura, semalam dia demam tinggi karena terlalu kelelahan dan juga aku tidak tahu apakah dia sudah meminum obat atau belum”

Ino terpaksa berbohong, dia tidak mau mengingkari janji Sakura. Dia takut Sakura akan kecewa padanya jika dia membicarakan permasalahan ini.

Sebagian orang pasti akan menganggap bahwa itu hanya permasalahan sepele dan kejadian itu sudah berlalu jadi tidak perlu diambil pusing. Sama halnya dengan Sai, Ino tahu betul Sai pasti akan merespon seperti itu. Ino tau watak Sai, dia akan menganggap semua permasalahan itu enteng tanpa memahami perasaan orang yang mengalaminya sendiri.

“Sakura sudah dewasa Ino, tidak mungkin dia lupa dengan jadwal minum obatnya. Dan dia juga seorang dokter jika kau lupa” Sai hanya menggelengkan kepalanya melihat kekhawatiran Ino terhadap Sakura. Dia yang sebagai pacar Ino saja kadang jarang diperhatikan,  mengingatkannya untuk jangan makan terlambat saja tidak pernah. Tetapi dengan Sakura, Ino sampai melamun hanya memikirkan Sakura sudah meminum obat atau belum. Terkadang dia juga cemburu dengan sikap perhatian Ino kepada Sakura.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang