Selesai melaksanakan kewajibannya, shalat mahgrib. Arkan menadahkan kedua tangannya, berdoa kepada Rabbi tempat ia mencurahkan segalanya.
Arkan memang bukan seorang yang ahli agama tapi ia selalu belajar untuk memperbaiki diri untuk keluarga dan akhiratnya kelak. Karena sebagai seorang suami ia akan menanggung bukan hanya dosanya tetapi juga istri dan anaknya nanti.
***
Qila masih tidur, nyenyak. Itulah yang dilihat Arkan, ia mendekati dan duduk di samping istrinya, membelai lembut wajah Qila, mencium kening dan pipinya.
"Cepat sembuh, sayang. Aku merindukanmu," ucap Arkan lirih, seakan-akan Qila sakit sekarat saja. Tapi memang betul, ia benar-benar merindukan istrinya, menggoda dan bermanja-manja dengan Qila.
Arkan beranjak, pergi ke dapur. Sebenarnya sudah dari pulang kerja ia lapar, berharap ia bisa makan berdua dengan istrinya. namun rasa laparnya hilang begitu saja, ketika melihat orang yang berarti di hidupnya kesakitan.
Ketika membuka kulkas ia bingung, melihat bahan masakan. Apa harus Arkan masak? sedangkan ia hanya bisa memasak mie rebus saja. Tapi tidak mungkin'kan kalo Qila makan mie di keadaannya yang seperti itu? Arkan juga yakin kalo Qila juga lapar.
Seketika Arkan dapat ide, segera Arkan merogoh kantongnya mengambil benda pipih itu dan menanyakan sesuatu kepada besi bisa bicara dan tau segalanya, lebih tepatnya ia sok tau.
***
Arkan membuka pintu kamarnya, tatapannya langsung tertuju kearah Qila yang masih tidur. Arkan mendekat, menaruh bubur yang ia buat untuk Qila dan dirinya di meja di samping ranjang.
"Sayang," Arkan membangunkan Qila, dengan lembut ia memanggil dan sedikit menarik hidung Qila yang sedikit kecil tetapi tidak pesek.
"Eungh," lenguh Qila yang terganggu oleh ulah Arkan dan sedikit membuka matanya.
"Ayo, sayang. Makan kamu pasti lapar'kan?" Qila sedikit bangun mencoba membuka matanya lebar-lebar dan berkedip-kedip, hal itu berhasil membuat Arkan tersenyum gemas melihat tingkah istrinya.
"Apa, sakitnya udah mendingan sayang?" tanya Arkan, lagi. Mengelus surai istrinya yang kembali berantakan.
"Hu'umm," jawab Qila menatap Arkan dan mengangguk-angguk kepalanya. "Ish, gemas banget sich," ucap Arkan gemas, mencubit pipi Qila.
"Akh, sakit sayang!" ringkis Qila tiba-tiba merasa sakit di pipinya dan tanpa sadar ia memanggil Arkan 'sayang'.
"Heh, tadi sayang manggil aku, apa?" tanya Arkan sedikit terkejut ketika mendengar Qila memanggilnya 'sayang', namun ia masih bertanya, bagaimana tidak! ini adalah pertama kali Qila memanggilnya 'sayang' selama mereka menikah. Gak percaya? coba aja baca kembali part sebelumnya, hehe.
'Cup' Arkan mencium pipi Qila sekilas. "Maaf, sayang. Ga sakit lagi kan?" bisiknya di telinga Qila.
"Ihh, kamu apa-apaan sih. Main cium-cium aja!" Reflek Qila mendorong tubuh Arkan agar menjauh darinya.
"Lah, terus. Aku harus cium siapa, kalo bukan istri aku?"
"Nih, guling! cium aja sepuasnya gada yang larang." Qila melempar guling di sampingnya ke arah suaminya. Baru aja tadi, baik banget, perhatian. Sekarang udah bikin kesal aja, pikir Qila kesal tambah bingung dengan sifat suaminya.
"Hahaha ...." Arkan tertawa melihat istrinya yang kelihatan marah, setidaknya ia tau kalo istrinya sudah membaik.
"Tawa lagi!" Seketika Arkan langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Mengambil bubur yang ia buat tadi.
"Iya, sayang. Ayo makan! Keburu dingin nanti," ajak Arkan
"Gak!" Qila masih kesal.
"Ayolah sayang," ajak Arkan sambil mengaduk bubur di tangannya.
"Gak!" Kekeh Qila.
"Nanti, aku habisin ya?"
"Habisin aja."
"Beneran gak mau? Enak lho, aku yang buat."
"Bener, coba habisin." Seringai Qila, ia sudah yakin kalau sesuatu akan terjadi.
"Aku habisin nih?" tanya Arkan memastikan Qila.
"Iya, habisin aja." Satu suapan pertama masuk kedalam mulut Arkan, melihat ekspresi Arkan, ia sudah tau akan sesuatu. "Gimana, buburnya enak? Habisin ya," ucap Qila menahan tawanya melihat ekspresi suaminya.
"Kita pesan makanan aja," ucap Arkan polos kembali meletakkan bubur nya di meja. Seketika suasana kamar penuh dengan suara tawa mereka berdua.
***
"Kamu banyak kerjaan di kantor?" tanya Qila menatap wajah Arkan dari samping karena ia tidur menyamping menghadap Arkan yang tidur terlentang, sepertinya ia mengantuk.
"Iya. sedikit," balas Arkan karena tidak ingin mengabaikan istrinya.
"Kamu, lelah banget ya?" tanya Qila lagi.
"Tidak, sedikit." jawaban hampir sama, ia tak dapat melawan rasa kantuknya.
"Makasih ya. untuk semuanya," ucap Qila tulus, masih menatap wajah suaminya yang tampan mau dilihat dari segi manapun.
Mendengar perkataan istrinya, Arkan berbalik, menyamping menghadap istrinya, menatap mata Qila dalam-dalam.
"Sayang, aku ini suami kamu, itu semua adalah kewajiban ku sebagai kepala rumah tangga. Seharusnya aku yang berterimakasih padamu karena telah menerima ku dan mengurus diriku."
"Aku bukan istri yang baik," ucap Qila sendu. Ia terharu, sangat beruntung ia mendapat suami seperti Arkan.
"Kamu adalah istri terbaik untukku, aku ingin hidup sampai menua dengan dirimu dan juga anak-anak kita nantinya" ucap Arkan menatap istrinya.
"Terimaka---"
"Shut!" Arkan menutup mulut istrinya dengan jari telunjuknya, pertanda untuk tidak mengucapkan kata-kata itu lagi.
"udah ya, kita tidur." Arkan menarik Qila kedalam dekapannya.
"Tapi, aku belum ngantuk." Qila mendongak dan Arkan menatap kebawah melihat istrinya. Arkan mengecup kening Qila kemudian turun ke mata kanan dan kiri, hidung dan berhenti di bibir Qila. Tidak ada penolakan seperti tadi, dari Qila ia merasa nyaman dengan suaminya. Namun, Arkan terlalu lelah dan mengantuk.
"Udah, ya. Sayang, kita tidur." Qila merasakan pipinya mulai panas segera ia masuk dalam dekapan suaminya, yang tidur bertelanjang dada.
_____________
Next?
Komen bawel say, biar kita lebih akrab.
Maaf ya telat up, ngomong-ngomong umur author udah 18 tahun ya.
![](https://img.wattpad.com/cover/275463217-288-k555748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Manja+Nyebelin
RomansaMemiliki suami manja+nyebelin seperti Arkan Firranda Saputra apakah akan menjadi bencana atau keberuntungan bagi Aqila Fellicia sang istri? Yuk cari tau bersama dalam cerita 'Suami Manja+Nyebelin'😙