Sudah cukup lama dia tidak berhubungan badan dengan seseorang.
Pria dan wanita tidak masalah baginnya, karena yang lebih penting, dia bisa menuntaskan nafsunya yang menggembung.
Selama hidup di dalam novel, dia tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan hubungan badan, dia selalu disibukkan dengan kegiatan sekolah dan merubah takdirnya agar tidak menuju kehancuran.
Brian menjauhkan wajahnya dari Frost, ciuman yang dipenuhi nafsu terhenti saat Brian mendorong badan Frost menjauh, agar dia bisa bernafas.
Brian terduduk di depan Frost, dia memperhatikan wajah Frost yang memerah karena gairah.
Wajah tegas, dengan mata biru pucat yang indah dan berkilau seperti kristal. Dengan kelopak mata ganda membuatnya tampak seperti seorang bangsawan. Hidung lurusnya menambah nilai plus untuk penampilan secara keseluruhan. Dan rambut hitam pendek. Fitur wajahnya membuatnya tampak seperti patung.
Tampan, muda, dengan aura samar bangsawan, dia adalah seorang pria yang seksi.
Brian tahu Frost tampan, tapi ketika melihat dari dekat, dia tidak bisa tidak mendesah karena ketampanan Frost membuat orang lain cemburu.
Mata Brian melebar ketika Frost tiba-tiba menciumnya, dia secara naluri mengangkat tangannya untuk membuat jarak pada dada pria yang tiba-tiba datang. Tapi dia tidak bergerak sedikitpun.
'Bajingan gila!.'
Tidak mau kalah, Brian membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya, lidah mereka terjalin, dia mencoba mendapatkan kembali kontrol ciuman mereka. Dia mengangkat tangannya dan meraih bagian belakang kepala Frost, menciumnya dengan mata tertutup.
Kemudian, Frost menempatkan tangannya di pantat Brian yang berisi, lalu meremasnya.
Brian mencium Frost secara intense dan agresif, dia berulang kali menyerang lidah Frost, membangkitkan nafsu Frost dan menerobos pertahanannya.
Tangan Brian menyentuh ke telinga lalu leher dan berakhir di dada bidang Frost, dengan cekatan tangannya membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Frost. Brian melucuti kemeja Frost memperlihatkan badan kekar yang terlatih sempurna.
Brian mendorong wajah Frost untuk menghirup udara, dia melirik Frost yang wajahnya semerah mawar, tatapan mata yang tidak fokus memperlihatkan keinginan dan gairah.
sambil tersenyum samar, Brian mengangkat alisnya.
"Puaskan aku dengan baik."
Melihat Frost berlutut di bawahnya membuat dia mengeras.
Tanpa pikir panjang, Brian membuka resleting celananya yang memperlihatkan benda penjang yang setengah mengeras.
Tangannya menyentuh bibir Frost, menggosok, dan menekannya dengan lembut.
"Lakukan dengan lembut."
Froat menatap Brian dengan penis yang berada tepat disamping wajahnya, wajah yang terlihat jelas memerah karena nafsu dikulit putih pucatnya.
Pa
Pa
Karena terlalu lama menunggu Brian menampar namparkan penisnya yang sudah menegang ke pipi Frost.
Frost menatap penis Brian lalu menjilat lubang penis Brian menggunakan ujung lidahnya, setelah itu, dia memasukkan penis kedalam mulutnya sambil menjilat batang penis dengan pelan dan memainkan kedua bola kembarnya. Dijilat dengan nikmat, Brian mengerutkan alisnya dan menarik napas dalam-dalam.
"Ngghh...hah... hah..."
Sebelum Brian datang, Frost memuntahkan penis Brian yang setengah keras dari mulutnya. Brian mengangkat dagu Frost yang mengeluarkan air liur ke atas agar bisa melihatnya.
"Kamu sangat naif."
Brian menarik badan Frost lalu mendorongnya ke kasur.
"Mari kita mulai."
Brian mendudukkan badannya di atas badan Frost dengan penis yang masih keras, dia membuka kemejanya, menunjukkan banyak bekas luka memar, luka sayatan dan jahitan yang dilapisi oleh keringat, lalu membuka celana Frost memperlihatkan penis besar yang sama sama menegang.
Dia mengambil kondom yang ada di atas meja samping tempat tidur, membuka kondom merobek dengan mulutnya.
"Buka mulutmu."
Tangannya menekan mulut Frost agar terbuka. Frost menjilat jari jari Brian sampai benar benar basah dengan air liurnya.
Brian membuka celananya yang memperlihatkan pantat montok dan kencang. Dia mengurut penis Frost yang sudah menegang lalu memasukkan kondom dengan ukuran ekstra besar ke dalam penisnya.
Brian memasukkan kedua jarinya yang sudah basah dijilat oleh Frost ke dalam lubang analnya, jari jarinya langsung dibungkus dengan daging lembut dan ketat, meregangkannya agar bisa dimasuki dengan penis besar milik Frost.
Memegang pergelangan tangan Brian, Frost mendorong Brian ke kasur, terbaring tepat dibawah badan Frost.
Mata Brian melebar saat menatap wajah seksi Frost yang memerah karena nafsu, matanya yang tajam berkabut, dadanya bergelombang, dan untaian air liur menetes dari mulutnya.
Frost mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium mulut lembut Brian, dia memasukkan penisnya yang besar sekaligus ke dalam lubang anus Brian, yang sudah basah oleh air liurnya.
"Ah-!."
Brian berteriak merasakan sakit saat tiba-tiba benda besar di dorong masuk ke dalam dirinya. Frost menggerakkan pinggulnya dengan kuat.
"Ah...fuck...."
Terlihat penis besar ditarik keluar masuk dari anal yang memerah dan bengkak karena ditembus dengan keras oleh Frost.
"Siialllhh...terassaahh sanggaattthh...nniikkmmattthh..."
Suara hentakan dua daging dan cairan tubuh saling bertemu bergema di dalam ruangan. Bau cabul persetubuhan juga menguar di dalam kamar.
Setelah beberapa kali berganti gaya, penis Frost menegang dan bertambah besar. Cairan putih kental tumpah di dalam anal Brian. Terasa penuh dan hangat.
.
.
Sinar matahari bersinar melewati celah tirai yang tertutup, mengenai wajah Brian dan Frost yang tertidur lelap saling berpelukan satu sama lain.
Bulu mata bergetar, Brian perlahan membuka matanya, sinar matahari masuk ke dalam retina mata membuatnya tanpa sadar menutup matanya lagi. Dia mencoba bergerak, tetapi mendapati dirinya dipeluk dari samping.
Sedikit menoleh ke samping, rambuh hitam legam memenuhi penglihatannya. Sesaat Brian berpikir bahwa dia melihat seorang malaikat.
Brian menggunakan tangannya untuk memindahkan lengan yang melilit perutnya. Dia perlahan lahan bersandar di kepala kasur.
Brian menatap sisi wajah Frost, yang sedamai dan stabil. Alisnya yang tegas rileks sepenuhnya, membuatnya merasa bahwa Frost adalah orang yang memiliki hati lembut.
Mengulurkan tangannya, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja samping.
Dia menghidupkan ponsel, memutar nomor.
"Sudah dapat?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Them (BL)
Romance~~~ // ~~~ Suatu malam. Aku dikejar anjing sampai terbentur batu. Untungnya aku selamat. Namun, saat aku membuka mataku. Tubuhku berganti dengan sosok pemuda tampan. Yang ternyata adalah umpan meri...