2

5.6K 702 25
                                    

'Bukankah kakek terlalu cepat membeli bubur?.'

Pintu terbuka dengan sendirinya, Brian dapat melihat tiga orang yang memasuki ruangan tepat dia dirawat, mereka adalah kak Frendick dan Elissa untuk yang lain brian tidak mengenalnya.

"heh, kudengar kamu gegar otak, sekali kupukul sudah pingsan, dasar lemah," ucapan yang menghina bisa terdengar dari mulut kak Frendick.

' apa dia bodoh? Tidakkah dia punya sopan santun? Sekali pukul dia bilang, coba kupukul pala kau juga seperti kamu memukulku.'

Dengan mata merah dan ekspresi seperti kelinci yang ketakutan, Elisse menatap Brian dengan rasa bersalah yang tidak sampai ke dasar matanya yang seperti almond, "Elisse minta maaf atas nama kak Frendick yang bersikap kekanak-kanakan, kak Brian tidak usah menyalahkan diri kakak sendiri, yang harus disalahkan itu Elissa karena bersikap kekanak-kanakan.... "

Mendengar alasan tidak masuk akal yang Elissa lontarkan membuat Brian tidak bisa menahan tawanya. Mendengar tawa itu membuat Elissa menjadi gelisah, apalagi tatapan Brian seakan akan tahu pikiran tersembunyinya.

' hey, ayolah, siapa yang akan percaya alasan bodoh seperti itu.'

" Benarkah~, lalu, Kenapa aku harus menyalahkan diriku sendiri?, hey coba kalian lihat, disini aku yang menjadi korbannya," melihat wajah Elissa tidak membuatku luluh sama sekali, aku bisa tahu kalau rasa bersalah yang dipancarkan dari mata almond Elissa adalah palsu, kulihat raut wajah Elissa yang berubah dengan cepat.

"Kamu!! " rona merah karena marah bisa terlihat diwajah kak Frendick dan pria disebelah Elissa yang sangat kontras dengan raut pucat Elissa.

' yah, mereka percaya.'

Saat Elissa akan membuka mulutnya terdengar suara pintu yang terbuka diikuti dengan raungan.

"Apa yang kalian lakukan disini!" raungan kakek berdengung di seluruh ruangan, aku bersyukur ruangan ini kedap suara.

"Apa yang kakek bicarakan, aku cuma mau...! " teriakan kak Frendick disela dengan isakan tangis yang dipenuhi dengan rasa frustasi "Wuu... , Elissa disini hanya ingin meminta maaf kepada kak Brian atas pemukulan yang dilakukan kak Fredick...."

"Kenapa kamu yang meminta maaf ?, apa karena kamu penyebab kakakmu koma selama 5 hari? jika kamu merasa bersalah, kenapa baru sekarang kamu menjenguk kakakmu, seharusnya sejak awal kamu jenguk kakakmu yang sedang koma, bukanya malah bersenang-senang bersama teman-temanmu dengan alasan mau memberi donasi kepada anak yatim piatu! " ucapan kakek yang dipenuhi dengan amarah membuat wajah Elissa yang pucat menjadi lebih pucat.

"K...karena Elissa memang ada sesuatu yang per..." bisikan sedih disela dengan suara rendah pria yang terdengar marah
"Kakek bukankah ini berlebihan untuk Elissa, kenapa kakek begitu marah ini bukan salah Elissa, Elissa cuma mau minta maaf itu saja kok dan sejak kapan kakek begitu ingin tahu tentang kehidupan Elissa."

"Kalian begitu buta, jika seperti itu, Ray ajak adikmu pergi dari sini," perintah kakek dipenuhi dengan ketidakpedulian, Brian bisa melihat kakek memutar kedua mata tajamnya. Aku hanya diam memperhatikan pertengkaran mereka.

Rombongan kak Frendick keluar dari ruangan Brian dirawat diikuti dengan suara keras pintu yang tertutup.

Di parkiran bawah tanah rumah sakit bisa terdengar langkah kaki dan raungan, "Bajingan gila itu, aku akan membunuhnya setelah dia pulang kerumah!" dengan mata merah dan nafas yang memburu, ucapan Frendick yang dipenuhi dengan amarah langsung disetujui kak ray.

"Sudah cukup kak, jangan buat masalah lagi, aku takut kakek dan kak Brian membenciku...wu..." air mata yang keluar dari mata merah Elisse dipenuhi dengan kebencian, telapak tangan yang menutupi seluruh wajahnya memberi ilusi seperti gadis yang naif dan polos yang sedang dianiaya.

Sudah 1 minggu sejak aku dirawat di rumah sakit, sejak insiden itu meraka tidak pernah lagi menunjukkan batang hidung mereka didepanku dan kakek.

Selama tiga minggu terakhir kakek selalu membujukku untuk tinggal di mansionnya yang aku setujui dengan mudah karena aku tidak punyak tempat yang akan dituju dan untuk meminimalkan masalah bertengkar dengan keluargaku.

"Kakek pergi saja dulu ke mension, Brian mau jalan-jalan untuk merilekskan tubuh Brian yang kaku, nanti Brian pasti akan pulang dengan selamat, kakek tidak perlu khawatir." dengan rayuan kakek sutuju untuk pulang terlebih dulu, kakek memberiku uang tunai untuk berjaga-jaga dan kertas yang berisikan alamat mansion kakek, sudah 15 menit Brian menyusuri trotoar, dia melihat coffee shop yang buka, saat aku masuk kedalam aku diperlihatkan interior yang ada didalam cafe, suasana yang hangat memberikan rasa nostalgia, kafe ini sepertinya sudah lama didirikan, dengan dinding dicat dengan warna coklat yang di beri gambar retro 90an, meja kursi kayu melengkapi nuansa tahun 90 yang kuat, aku memilih tempat duduk dipojok yang dekat dengan jendela dan memesan secangkir kopi hitam tanpa gula dan sepiring lava cake yang sudah lama dia rindukan.

Tanpa disadari sudah 1 jam aku duduk di cafe ini tanpa bergerak .

"Boleh aku duduk?" Brian menoleh untuk melihat pria yang mengenakan masker dan topi berdiri disebelahnya sambil membawa nampan yang berisi segelas kopi dan sepiring Croissant.

"Meja yang lain sudah penuh," aku melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan pelanggan.

"Silahkan," ucapku sambil melihat pria itu, aku memalingkan wajahku kembali ke jendela.

"Namaku Tyron, siapa namamu?" saat pria yang duduk didepanku, dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya yang panjang dan ramping, aku melihat dia sudah melepaskan topi dan maskernya, "Brian," jawabku tak acuh dan hanya melirik sekilas tangan yang yang terulur, tak kusangka aku akan bertemu dengan protagonis pria disini, Tyron dia adalah raja film yang memenangkan 2 penghargaan dari Festival Film Global, salah satu harem adik perempuanku  dalam novel 'my life has changed since meeting you' dan karena dialah adik perempuanku menjadi ratu film dan perempuan yang paling diidamkan idamkan karena kebaikannya.

'Sungguh suatu ketulan,' batinku, Tyron raja film yang sudah mendapat banyak penghargaan dalam film box office yang dia mainkan dan ikut serta dalam film Hollywood, tak diragukan lagi dengan wajah yang tampan dan bakatnya yang luar biasa dia bisa meraih titel raja film dalam 5 tahun dan tidak pernah pudar sampai sekarang, dia juga mempunyai banyak penggemar yang jatuh cinta hanya dengan sekali pandang, dalam kehidupan sebelumnya Brian sudah banyak melihat keindahan banyak aktor dan aktris, tetapi tidak ada keindahan yang seperti Tyron, keindahan Tyron seperti dari dunia yang berbeda.

Dalam pantulan kaca jendela, Brian bisa melihat pria yang tinggi, fitur wajah yang sangat halus dan tajam, rambut panjang sebahu yang dikuncir kuda dan sepasang mata sipit bewarna caramel seperti terbungkus cahaya bintang dan saat menatap orang ada perasaan dicintai oleh pria itu, kulit yang hampir tidak memiliki pori-pori yang terlihat halus dan putih, sosoknya bahkan lebih baik tubuh langsing bisa terlihat dibalik bajunya penuh dengan kekuatan ledakan, dia juga memiliki sepasang kaki panjang dan lurus, penampilanya tidak feminim tapi maskulin dan gentleman, pada pandangan pertama itu akan membuat orang merasa terengah-engah dan takjub.

"Begitu...kamu begitu muda berapa usiamu?" pertanyaan yang keluar dari bibir tipisnya, dengan suara serak, rendah dan maknetis, menarik kembali tangannya yang terulur sambil tersenyum, melihat Brian yang hanya tersenyum dan tidak menanggapi perkataanya, dia tiba-tiba mengerti bahwa apa yang dia katakan sangat tidak sopan, dia segera mengubah topik pembicaraan.

'Kebetulan yang menyenangkan bisa bertemu dengan protagonis pria disini, kebetulan bagus apalagi hari ini yang akan aku temui?.'

Meet Them (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang