Different Story(3)
Sasuke dan Naruto sudah berusia 7 tahun sekarang. Tumbuh menjadi anak ceria meski sifat Uchiha tidak bisa lepas dari Sasuke dan sedikit mengikis kepribadian Naruto. Dia jadi .... sedikit dingin pada orang ? Bagaimana tidak kalau di tumbuh di kelilingin Uchiha yang begitu semua ? Yang normal hanya Mikoto saja.
Dia dan Sasuke selalu berlatih bersama di hutan dekat kediaman Uchiha yang aman bersama Itachi. Sasuke akan berlatih jutsu dengan sang Ayah jika Itachi tidak bisa, dan Naruto akan tinggal di rumah bersama sang Ibu. Elemen yang ia miliki berbeda dengan Uchiha pada umumnya, jadi dia tidak bisa berlatih bersama mereka dan memilih membantu sang Ibu mengurus rumah, seperti berbesih, memasak, dan berkebun. Sementara Fugaku tentu saja sedang mencari sosok guru yang cocok untuk Naruto, yang bisa menarik keluar potensi yang dimiliki Naruto. Bagaimanapun, Naruto terlihat sangat berbakat dan pastinya akan menjadi Shinobi yang hebat jika di latih dengan benar.
Seperti sore ini, Naruto dan Sasuke sedang berlatih melempar shuriken dan kunai di bawah pengawasan Itachi. Dari 10 shuriken dan 10 kunai yang Itachi berikan masing-masing ke mereka, mereka berhasil melempar dengat tepat ke sasaran. Itachi mengusap kepala mereka berdua sebagai apresiasi dan pujian. Mereka sangat suka saat Itachi mengusap kepala mereka.
"Neee Nii-chan, bolehkah besok kami ikut ?" Tanya Naruto saat mereka sedang duduk beristirahat sebelum pulang.
"Hm ? Ikut kemana ?" Tanya Itachi.
"Misi! Nii-chan besok melakukan misi ringan bukan ?" Sahut Sasuke.
"Iya! Kami akan membantu Nii-chan!" Tambah Naruto.
"Hmm... kalau kalian bisa bangun pagi, bisa Nii-chan pertimbangkan."
Sayangnya, Itachi harus menyesali ucapannya. Kedua adiknnya justru sudah siap lebih dulu saat ia bangun, dan mau tidak mau ia harus mengajak mereka berdua. Untung ini hanyalah misi mengusir babi hutan yang masuk ke lahan warga. Dan yaah hitung-hitung menambah pengalaman untuk mereka berdua.
.
.
.
.
Hari libur akademi pun tiba. Sasuke memilih untuk menghabiskan waktunya bersama sang Ayah untuk melatih jutsu nya, dan Naruto memilih untuk membantu sang Ibu memasak makan siang. Sementara Itachi, sayang sekali ia sedang bertugas dari tadi malam. Harusnya sih siang ini dia pulang."Naru bisa bawa ?" Tanya Mikoto saat melihat Naruto yang mengangkat keranjang yang terbuat dari rotan berisi makan siang. Ini sudah jam makan siang, namun sayang sekali tidak ada satupun orang yang pulang. Karenanya mereka memilih untuk menyusul saja. Dari pada makan siang mereka berubah menjadi makan malam karena tidak ada yang pulang.
"Uhm! Naru bisa. Naru kan kuat" jawab Naruto dengan anggukan mantapnya. Mikoto terkekeh. Setelah memastikan pintu terkunci. Dia dan Naruto pun berjalan menuju danau yang ada di wilayah Uchiha.
"Ara~ Naru-chan mau kemana membawa kotak yang tampak berat itu, hum ?" Seorang wanita tua yang merupakan tetangga mereka menyapa Naruto yang lewat di depan rumahnya di saat ia sedang duduk menikmati segelas ocha di beranda rumahnya.
"Oh, konichiwa Obaa-san" Naruto meletakkan kotaknya sebentar ke tanah untuk membungkukkan tubuhnya memberi salam. Dia di ajarkan untuk selalu bersikap sopan pada siapa pun. Tata krama itu penting, kata samg Ayah.
"Konichiwa" jawab Obaa-san itu. "Jadi kalian mau kemana hun siang-siang begini ?" Tanyanya lagi.
"Kami mau menyusul ke danau, ini sudah siang dan mereka tidak ada tanda-tanda akan pulang" jawab Mikoto.
Obaa-san itu terkekeh. "Dasar para pria itu, kalau sudah menghabiskan waktu untuk berlatih memang suka lupa diri. Beda sekali dengan Naru-chan yang memilih untuk membantu Ibunya di rumah ya ?" Naruto menjawabnya dengan senyuman lebar. "Ah, Naru-chan kemari sebentar." Obaa-san itu sedikit merangkak ke dalam rumahnya. Naruto yang di panggil mendongak untuk meminta izin pada Mikoto yang di jawab dengan anggukan Mikoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Story
FanfictionCerita ini tidak bermaksud untuk mengubah cerita Naruto karya Mas Masashi. Ini murni hanya imajinasi saya sebagai penulis FF yang selalu mengimajinasikan hal hal tidak penting. Salah satunya cerita ini. Ini adalah imajinasi saya tentang, bagaiman j...