Pagi itu seperti biasa, kediaman Uchiha tampak tenang setelah badai kemurkaan Naruto menerpa. Karena bukannya mereka membereskan rumah yang sangat berantakan dan kotor. Sasuke dan Kakashi justru sedang berlatih di halaman belakang. Bagaimana Naruto tidak murka ?
Jadi setelah mendapat amarah dari si manis, sekarang Kakashi sedang sibuk membersihkan langit-langit rumah mereka dengan kemoceng di tangannya. Sasuke di suruh mencabuti rumput di halaman belakang. Dan Naruto sendiri sedang sibuk menyiapkan makan siang di dapur.
-ting tong-
Suara bel menghentikan kegiatan Naruto, setelah melap tangannya di celemek yang ia pakai, ia beranjak menuju pintu depan dan membuka pintu itu.
"Ah, Jii-chan" ucap Naruto saat melihat Jiraiya yang sedang berdiri di depan pintu. Si pelaku pemencetan bel rumahnya.
"Apa aku mengganggu ?" Tanya Jiraiya.
Naruto menggeleng, "masuk saja dulu, aku sedang menyiapkan makan siang , kalau Jii-chan berkenan, Jii-chan bisa bergabung dengan kami" ujar Naruto.
"Ohh, dengan senang hati aku menerima tawaran itu." Jiraiya masuk dan melepas sendal kayunya di genkan, di susul Naruto yang sudah menutup pintu.
"Ah.. sepertinya kalian memang sedang sibuk ya" ujar Jiraiya saat melihat Kakashi yang masih membersihkan langit-langit dengan kursi. Dan Sasuke yang terlihat dari pintu yang terbuka.
"Oh, Jiraiya-sama" Kakashi menghentikan kegiatannya, turun dari kursinya, dan membungkukkan tubuhnya, dan Sasuke hanya menundukkan kepalanya sedikit. Ingin cepat-cepay menyelesaikan pekerjaannya.
"Jii-chan silahkan duduk" ujar Naruto sembari meletakkan gelas ocha di meja, dan kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya.
Jiraiya tanpa kata mendudukkan dirinya dan menikmati sajian ochanya. Membiarkan dua pria lainnya menyelesaikan pekerjaan mereka dan mereka bisa segera menikmati makan siang.
.
.
.
"Jadi, apakah ada sesuatu yang ingin anda katakan, Jiraiya-sama ?" Tanya Kakashi memecah keheningan setelah mereka selesai makan siang. Naruto di bantu Sasuke mencuci piring bekas makan mereka di dapur, tapi mereka tetap mendengarkan obrolan Jiraiya dan Kakashi."Hm.. aku harus segera pergi lagi. Ku pikir aku harus berpamitan dengan kalian, terutama Naruto." Jelas Jiraiya. Tangan Naruto yang sedang mencuci berhenti sebentar. Sasuke menangkap sirat kesedihan di wajah manis itu. Bagaimanapun, mereka sudah menghabiskan cukup banyak waktu bersama Jiraiya, dan Naruto menyayangi salah satu Sannin legenda itu seperti kakeknya sendiri.
"Apakah misi ?" Tanya Kakashi ingin tahu.
Jiraiya mengangguk, "para tetua menyuruhku untuk mencari cucu Shodaime-sama." Jelas Jiraiya menyesap ochanya.
"Apakah... " tanya Kakashi menggantung.
"Yep, Tsunade"
"Tsunade ?" Tanya Naruto penasaran sembari mendekat kearah Jiraiya dan Kakashi.
"Hmm.. kau pernah di perlihatkan foto murid-murid Sensei bukan ?" Tanya Jiraiya merujuk pada Sandaime.
"Uhm, foto Hokage JiiJii dan ketiga muridnya yang salah satunya Jii-chan, ?"
"Yup, dan wanita galak yang ada di sana adalah Tsunade, cucu Hokage pertama"
Mata Naruto membulat. "Apakah Tsunade baa-chan itu juga sama kuatnya seperti Jii-chan ?" Tanya Naruto antusias.
Jiraiya terkekeh mendengar panggilan Naruto pada Tsunade, dan dalam pikirannya membayangkan apa yang akan Tsunade lakukan pada Naruto jika dia memanggilnya seperti itu di depannya secara langsung.
'Tapi sepertinya, Tsunade tidak akan bisa melakukan apa-apa jika melihat wajah menggemaskan Naruto' batinnya.
"Hmm.... dia memang kuat.. tapi.. tentu saja tidak ada yang lebih kuat dariku bukan ??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Story
FanfictionCerita ini tidak bermaksud untuk mengubah cerita Naruto karya Mas Masashi. Ini murni hanya imajinasi saya sebagai penulis FF yang selalu mengimajinasikan hal hal tidak penting. Salah satunya cerita ini. Ini adalah imajinasi saya tentang, bagaiman j...