Side story 1 : Jeno

27.7K 1.6K 98
                                    

Hai, sebelum masuk ke main story nanti, aku mau publish side story yang udah lama ada di draft, be honest ini pernah dipublish sekitar tahun 2018, tapi aku unpublish karena banyak yang war di kolom komentar. Untuk sekarang dimohon jangan ada yang war hanya karena ship kalian tidak ada di book ini ya, kalau kurang suka gapapa! Diskip aja karena gak terlalu ngaruh sama main story, aku Cuma mau nujukin kehidupan side couple selain markhyuck di book ini. Jadi aku mohon saling menghargai satu sama lain okay? Aku yakin readersku baik baik dan bijak dalam mengambil tindakan. Luv you all!

-

Content Warning! Mentioning bus crash // blood



-

Jeno masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya, sesosok tubuh yang sangat ia kenal dan masih menetap di hati terdalamnya sudah terbaring kaku dengan simpahan darah memenuhi seragam sekolah yang ia kenakan, kulitnya sepucat kapas dan tulang kering di kakinya patah hingga mengoyak kulit betisnya.

Hati Jeno seakan diremas, jantungnya seakan berhenti berdetak untuk beberapa detik, sesak rasanya. Bahkan manik indahnya tidak sanggup mengeluarkan air mata. Sampai akhirnya seorang perawat menuntun Jeno untuk keluar dari ruang autopsi, anak itu tidak melawan sedikitpun, pikiran dan fisiknya sudah terlalu lelah hanya untuk sekedar memberontak, dan Jeno tidak lagi memikirkan tas yang tadi ia tinggalkan di parkiran sekolah.

Menundukkan kepalanya ke bawah, anak bermata sipit itu hampir hilang akal. Saat mendegar bus yang ditumpangi teman masa kecilnya jatuh ke dalam jurang, ia langsung berlari tanpa memerdulikan suara kekasihnya berteriak dari dalam bus, yang ada di kepalanya hanya satu nama "Jaemin, Jaemin, Jaemin", dan sekarang Jeno sudah kembali ke realita yang mau tidak mau ia terima.

Realita bahwa teman kecilnya sudah pergi, realita bahwa tidak ada Jaemin lagi, realita bahwa sampai kapanpun Jaemin tidak akan pernah tau bagaimana isi hatinya, realita bahwa Jeno masih menyimpan secuil rasa untuk teman kecilnya itu, Na Jaemin.
Jeno menarik nafasnya dalam dalam lalu mengeluarkannya lewat mulut secara perlahan, terdiam selama 12 detik untuk menenangkan pikirannya.

"Pertama, kau harus mengunjungi Renjun dan menjelaskan semuanya. Kedua, kau harus meminta maaf kepada Renjun, ketiga ambil tasmu di sekolah nanti. Keempat, jelaskan pada Haechan apa yang terjadi." Ucap Jeno pada dirinya sendiri dengan pandangan yang masih kosong, "kau tidak boleh lari kali ini, Jeno."

-
Dan di sini lah Jeno sekarang, terduduk manis di kediaman keluarga Huang dengan renjun yang tengah mengeringkan rambutnya dari belakang. Jeno tidak mengenakan apapun selain celana training sang kekasih yang sedikit mengatung di kaki Panjang miliknya. Sedangkan Renjun mengenakan piyama biru tua dengan motif polkadot kecil.

"Tidak mau pulang?" tanya Renjun yang masih mengusakkan handuk di rambut legam milik kekasihnya.

"Kau mengusirku?" jawab Jeno dengan nada yang sedikit meledek,

"Jika aku bertanya harusnya kau menjawab, bukan malah bertanya kembali, bodoh." Ketus Renjun membuat Jeno terkikik kecil hingga mata sipitnya berbentuk bulan sabit.

"mau tau apa yang terjadi padaku tadi?" tanya Jeno seraya membalikkan badannya menghadap Renjun, refleks Renjun pun menghentikan kegiatannya dan mengambi posisi duduk terbaik untuk mendengarkan Jeno.

"tentu saja." Jawab Renjun enteng,

"sekalipun itu menyakitkan?" Jeno bertanya kembali, hanya untuk memastikan.

"apapun itu, aku tidak peduli." Air wajah Renjun tiba-tiba berubah menjadi sedikit tegang dan serius, Jeno dapat merasakan atmosfir di antara mereka berubah bahkan hanya dengan kedipan mata.

"baiklah..." Jeno mengambil kedua telapak tangan Renjun, menggenggam erat keduanya untuk memberi kehangatan, "Relax, Renjun.." Ucap Jeno dengan lembut saat dirasa jemari pria manisnya sedikit berkeringat dan terasa kaku.

"saat aku berbicara, dilarang menyela. Paham?" Jeno menatap wajah kekasihnya, lalu dibalas anggukan oleh Renjun yang juga menatap manik Jeno seakan dirinya akan mati jika berpaling barang sedetikpun.

"kau tau bus sekolah yang jatuh ke jurang tadi?" Renjun mengangguk kembali seraya jemarinya semakin erat menggenggam jemari Jeno. "Salah satu teman lamaku berada di bus yang jatuh itu, dia teman masa kecilku. Namanya Na Jaemin." Anak bermarga Huang sontak terkaget hingga wajahnya sedikit pucat, jemari yang tadi kaku semakin kaku berada digenggaman sang kekasih.

Jeno menenangkan Renjun dengan usapan lembut di punggung telapak tangannya, "maaf.." respon pertama yang keluar dari mulut kecil Renjun. Jeno menggelengkan kepala, tersenyum kecil seakan memberitau Renjun bahwa seharusnya dialah yang meminta maaf.

"aku menyukainya sejak kita SMP, bahkan hingga saat ini aku masih menyimpan rasa untuk Jaemin. Tapi aku tidak pernah memberitahunya, aku takut dianggap aneh jika menyukai sesama pria dan berhujung ditolak olehnya, bahkan kemungkinan buruknya kita tidak bisa berteman lagi jika aku mengacaukan pertemanan kita hanya karena cinta semata."

Dapat Jeno rasakan jemari pria manisnya yang sedari tadi terasa kaku perlahan mulai melemas, manik mereka masih bertemu, iris yang tadi menatap tanpa ragu berubah menjadi bisu. Jeno tidak menyalahkan Renjun, semua respon yang diberikan Renjun adalah wajar.

"Aku ini, jahat sekali bukan? Menyembunyikan hal seperti ini darimu selama ini."
"jika Jaemin tidak mati apa kau tetap akan diam?" Renjun memejamkan matanya setelah bertanya dengan nada rendah lalu bergumam dalam hati "oh fuck, pertanyaan bodoh macam apa itu. Sialan kau Renjun."

Bohong jika Renjun bilang dirinya tidak merasakan sakit. Tapi dibanding rasa sakitnya, kondisi Jeno saat ini lebih memprihatinkan, jadi Renjun mencoba mengontrol semua rasa sakit dan emosi yang hampir membakar tubuhnya.

Renjun masih terpejam, berusaha mengembalikan akal sehatnya yang tadi sempat hilang terbakar rasa cemburu. Si pria Huang juga dapat merasakan aura yang terkuar dari Jeno terasa menyesakkan.

"Maaf," ucap Renjun setelah membuka kembali kedua kelopak indahnya.

Pemandangan yang pertama kali Renjun lihat adalah Jeno dengan manik sendunya, bahkan jejak air mata masih terlihat di kedua pipi Jeno. "apa si bodoh ini menangis saat aku memejamkan mata tadi? Sialan kau Jeno, tidak usah menjadi bajingan sok kuat lah." Gumam Renjun dalam hati.
Jeno menghela nafasnya dalam, lalu kembali menggenggam erat jemari Renjun. "tidak, seharusnya aku yang minta maaf. Jadi, apa kau mau memaafkanku?"

"apa kau menyukaiku? Atau mencintaiku?" bukannya menjawab, Renjun malah balik bertanya yang menurut Jeno itu adalah pertanyaan yang paling bodoh.

"bukankah tadi kau bilang jika ada orang yang bertanya seharusnya dijawab, bukan bertanya kembali? Lagi pula jika aku tidak mencintaimu, aku tidak akan ada di sini bersamamu, Tuan Huang."

Renjun melepaskan genggaman Jeno, memutuskan pandangannya dari manik Jeno lalu menghela nafas, "aku tidak puas dengan penjelasanmu. Bukankah ada sesuatu yang janggal, jika kau masih menyukai Jaemin, mengapa kau bisa mencintaiku!" itu bukan pertanyaan, itu seruan dari seorang Huang Renjun yang tidak puas dengan semua penjelasan Jeno, seakan ada cerita yang dipangkas dan menjadi akhir yang tidak selaras.

"Renjun, Jaemin tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Begitupun dirimu, kau dan Jaemin bukanlah orang yang sama. Tidak ada orang yang 100% bisa melupakan seseorang yang dicintai, bahkan jika ada yang baru sekalipun cinta yang lama hanya akan memudar bukan tergantikan. Kau harus paham, bahwa cintaku pada Jaemin sudah memudar-" belum sempat Jeno menyelesaikan kalimatnya, sepasang telapak tangan mungil sudah membekap mulutnya rapat-rapat. Dapat dilihat Renjun sangat dekat dengan wajah tampan tampannya dengan kelopak mata yang sedikit berair.

"Cukup, aku paham." Melepaskan telapaknya dari mulut Jeno, Renjun mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah pujaan hatinya. Bibir mereka pun bertemu, rasa manis akan bibir Renjun menyatu dengan bibir Jeno yang sedikit basah tapi tidak kering. Pikiran Jeno sempat blank untuk beberapa saat sampai akhirnya ia sadar dan meraih kedua tangan Renjun untuk dikalungkan ke leher jenjangnya.

"Aku mencintaimu, Renjun."

-


Nanti ya scene joroknya, lagi berduka gak etis kalau mereka berbuat kotor. Makasih yang sudah vote dan komen! Love you and see you next chapter, all!💗

OH DADDY! (Mark x Haechan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang