Terdeteksi halu! Harap bijak dalam membaca. And happy reading!
-
"Belajar yang benar! Pulang sekolah nanti aku tidak bisa menjemputmu, jadi jangan sampai pulang terlambat," Mark mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil, Haechan hanya mengangguk paham mendengarkan titah dari Mark, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Mark melihat banyak siswi yang sedari tadi memperhatikannya, dengan tampang yang menggelikan Mark tersenyum jahil ke arah para siswi, sontak para siswi yang ditatap ada yang berteriak ada pula yang langsung berlari karna tersipu malu, ada-ada saja kelakuan Mark ini.
-
Haechan berjalan dengan malas menuju kelasnya, sesekali ia menendang apapun yang menghalangi jalannya.
"Yak yak Lee Haechan! Apa tadi itu ayah angkatmu?"
"Chan-ah apa dia belum menikah? Kenapa tampangnya masih terlihat seperti anak SMA," Haechan memutarkan bola matanya malas tanpa mengindahkan para gadis yang sudah mengerumuninya sejak ia berjalan tadi, ia sudah yakin jika Mark mengantarnya kesini sudah pasti ia menjadi sorotan para gadis disekolahnya. Dan lihat saja apa yang terjadi sekarang? Benarkan apa yang ada di dugaannya, benar-benar membuatnya risih.
Tiba-tiba saja ada tangan yang menarik Haechan dari kerumunan gadis-gadis pemangsa Mark itu.
"Eits, para gadis! Lebih baik kalian kembali ke kelas, dan bangun dari mimpi kalian masing-masing." di saat genting seperti ini, Jeno memang menjadi penyelamat bagi Haechan, ia sangat berterimakasih pada Jeno. Jika tidak ada Jeno, bisa-bisa hidupnya penuh dengan terroran gadis pemangsa Mark.
Gadis-gadis yang melihat Haechan di tarik secara paksa oleh Jeno hanya mendengus kesal, kecewa karena tidak mendapat informasi lebih soal Mark, orang tua asuh Haechan.
"Haechan! Apa benar itu tadi ornag tua asuhmu?" Haechan hanya berdehem membalas pertanyaan Jeno.
"Wahh, benar-benar tampangnya tidak seperti orang tua," Jeno sedikit bertepuk tangan, sedangkan Haechan mencebikan bibirnya melihat tingkah Jeno.
"Yak Jeno, asal kau tau! Dia itu memang tidak mempunyai tampang orang tua, melainkan lebih seperti penculik anak di bawah umur. Dan lagi Jeno, aku pikir aku akan lebih bahagia saat ada yang mau mengadopsi ku," Haechan sedikit menghentakan kakinya di sela-sela perjalan mereka menuju kelas.
Jeno mengerutkan keningnya heran, lalu memandang Haechan seolah bertanya 'memangnya kenapa?'
"Dia membuat beberapa peraturan yang sama sekali bukan gayaku Jeno! Dan aku tidak boleh melanggarnya, kau tau? Tidak ada jam malam, tidak boleh pulang terlambat. Itu artinya kita tidak bisa bermain lebih bebas, jika saat di panti jam malamku sampai jam 10. Tapi sekarang? Tidak ada sama sekali."
Haechan mengusak rambutnya frustasi, sampai kapan semua penderitaannya berhenti. Haechan itu anak yang bebas, tidak mungkin ia bisa menjalankan semua peraturan dari Mark dengan benar. Sementara Jeno, masih menlongo sesekali menggelengkan kepalanya tidak menyangka dengan peraturan yang di buat oleh orang tua asuh Haechan.
"Sudah saatnya kau memiliki hidup disiplin Lee Haechan,"
"Disiplin bokongmu!" Haechan menatap Jeno datar, dan melangkahkan kaki lebih cepat meninggalkan Jeno.
Jeno hanya terkekeh melihat temannya seperti itu. Seorang Lee Haechan peringkat 200 dari 203 siswa, anak yang bebas dan susah diatur, memiliki seorang orang tua asuh yang sangat menyebalkan. Jeno tidak bisa membayangkan jika Haechan menjadi anak yang penurut, pasti itu menggemaskan. Jeno jadi tidak sabar untuk melihatnya.