Warning! Rated 18+
mohon bijak dalam membaca....
"Ada apa? Kenapa menangis? Apa karna si Jeno Jeno itu?"
"Hiks."
"Apa yang telah dia lakukan sehingga kau menangis seperti ini sayang, ceritakan pada daddymu ini."
Low voice dengan nada mengintimidasi milik Mark memenuhi ruangan yang mereka tempati kali ini.
Tidak ada jawaban dari Haechan, sedari tadi hanya isakan yang bisa Haechan lontarkan dari semua pertanyaan yang Mark berikan.
Nafas berat Mark begitu terdengar di telinga Haechan. Indra penciumannya bisa mencium aroma mulut Mark, sudah bisa di pastikan Mark menghabiskan berbotol botol wine yang kemarin ia lihat.
Haechan sedikit melirik ke arah samping melihat ada segelas wine yang masih terlihat penuh.
Cup
Mark mengecup pelupuk mata Haechan yang terus mengeluarkan cairan beningnya. Haechan sudah terbiasa dengan aksi Mark yang satu ini. Dengan posisi sekarang yang dirinya berada di atas pangkuan Mark yang duduk di atas kasur king size miliknya, Haechan bisa melihat wajah Mark yang sangat kacau dan berantakan. Mata merah dan sayu, nafas yang tidak beraturan. Haechan yakin bahwa dirinya tidak akan selamat hari ini dari semua hukuman milik Mark, mengingat dirinya tadi dengan sengaja memperlambat pulangnya untuk bersedih ria memikirkan Jeno.
Dan Haechan sudah siap dengan hukuman yang akan diberikan oleh Mark.
"Buka mulutmu." titah mark mutlak.
Haechan membuka sedikit mulutnya dengan ragu, mata yang masih sembab akibat menangis tadi sore membuat wajah Haechan terlihat menggairahkan bagi Mark.
Mark mengambil wine yang ada di atas meja di samping kasurnya, meminumnya tanpa menelan cairan itu, lalu mengarahkannya ke rongga mulut Haechan. Memasukan cairan itu dari mulutnya ke mulut milik Haechan lalu mengusap pipi Haechan dengan lembut.
"Telan."
Haechan dengan susah payah menelan cairan itu dan menutup matanya, sedangkan Mark asik menjilat bibir atas Haechan dan sesekali menggigitnya.
"Enak?" Haechan menggelengkan kepalanya. Air matanya ingin keluar kembali saat merasakan sensasi yang aneh dari wine yang diberikan Mark.
"Sekarang katakan apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Haechan masih tidak menjawab pertanyaan dari Mark.
"Biar kutebak, apa karna Jeno?" Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Haechan membuat Mark mengambil keputusannya sendiri.
"Aku anggap jawabanmu iya." Mark mengambil kembali winenya yang ada di atas meja dan dihabiskan wine itu dengan tegukan yang kasar.
Prank!!!
Jantung Haechan berdetak 10 kali lebih cepat melihat Mark yang melempar gelas bekas winenya ke lantai yang tidak bersalah.
"Aku tidak suka memaksa, sayang. Tapi kau yang membuatku untuk memaksa seperti ini." Mark menarik dasi seragam Haechan lalu mengikat kedua tangan Haechan dan membuatnya mengalung indah di leher jenjang milik Mark.