No

81.3K 7.8K 2.7K
                                    

Terdeteksi halu! Harap bijak dalam membaca. And happy reading!

-

"A-ah dad.. dadyhh pelannh.. ah!"

"Stt tahan sedikit sayang"

Haechan menggigit bibir bawahnya, rasa nyeri yang menjalar di sekujur tubuh sintalnya ini sungguh menyiksa. Baru saja ingin kabur dari terkaman Mark karna dirinya terlambat, ternyata ia malah terpeleset di depan pintu kamar mandi hingga terjungkal kebelakang.

"Dari mana saja?"

Haechan menghela nafasnya berat, ini hanya lewat satu menit dan Mark menanyakan 'dari mana saja?' seolah dirinya pergi berminggu-minggu. Mark masih memijit punggung Haechan yang sudah membuka kemeja sekolahnya, tanpa membuka celananya, memijit dengan telaten dan beberapa sentuhan lembut. Membuat Haechan menahan suara rasa nyeri dan sialnya diikuti oleh desahan.

"Aku bertanya padamu, dari mana saja?!"

"Awh!" Mark menekan suaranya yang diimbangi dengan pijitan yang juga sedikit ditekankan di area punggung sempit Haechan.

"Aku hanyah aw terlambat shh pel-pelankan sedikit bisa tidak?" Haechan berusaha menjauhkan dirinya dari Mark, tapi tangan Mark yang kekar menahan pundak sempit itu. Haechan tidak melawan lagi, dirinya lebih memilih diam agar urusannya dengan Mark cepat selesai.

Mark membalikan tubuh Haechan agar mengahadap di depannya, posisi Haechan yang membelakangi Mark membuatnya risih, lebih tepatnya Mark tidak bisa menahan hasrat untuk melihat Haechan yang penuh peluh akibat berlari tadi. Sungguh penampakan yang indah.

"Aku tanya sekali lagi. Dari mana saja kau Lee Haechan?" Mark sedikit mengikis antara jaraknya dan Haechan, menarik bahu Haechan agar mendekat dan itu membuat jantung Haechan berpacu lebih cepat dari biasanya.

"A-aku ehm, itu aku hanya pergi ke kedai latte bersama Jeno sepulang sekolah tadi."

Mark mengangkat sebelas alisnya, "siapa itu Jeno?" Haechan meneguk air liurnya kasar, sekarang Mark sudah mungusapkan tangannya dengan sensual di area dada Haechan yang tidak memakai baju sedari tadi.

"Ehm Jeno itu, t-temanku M-mark" kini Mark mengerutkan dahinya. Apa? Mark? Dia memanggil nya Mark dan bukan Daddy, Haechan benar-benar harus dihukum karena sudah melanggar dua peraturan.

"Kau memanggilku apa? Coba katakan sekali lagi." Mark menarik tubuh Haechan ke pangkuannya dan memeluk tubuh mungil Haechan, ia bisa melihat wajah Haechan yang bersemu, entah karena malu dengan posisi seperti ini atau menahan rasa takutnya.

Haechan tidak menjawab, di otaknya ia berpikir untuk menolak semua yang Mark lakukan terhadapnya, tapi tidak dengan tubuhnya yang menerima semua sentuhan Mark. Mungkin Haechan sudah gila membiarkan dirinya telanjang dada di depan Mark, seorang penculik anak di bawah umur berkedok orangtua asuh.

"Kenapa diam saja hm? Dan lagi, siapa itu Jeno? Apa dia kekasihmu? Setampan apa dia?" Tubuh Haechan mematung seketika mendengar Mark yang menanyakan status Jeno kepadanya.

"Ya dia memang tampan, tapi dia bukan kekasihku." 

Haechan bergumam dalam hati, hatinya kembali teriris mengingat Jeno dan apa yang Jeno katakan tadi sore sebelum ia pulang, yang membuatnya terlambat karena terlalu lama memikirkan semua itu. Mark dibuat bingung oleh Haechan, kenapa bocah itu tiba-tiba terdiam. Dan lagi hey, ada air mata yang yang jatuh dari pipi Haechan, membuat Mark semakin bingung padahal ia belum memberi hukuman apa apa untuk Haechan.

OH DADDY! (Mark x Haechan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang