Anniversary Cake - SWEETIE PIE
"Happy Anniversary satu tahun, Ikik!" ujar Hazel riang seraya menepuk tangan heboh.
Rizki lumayan terkejut. Siapa juga yang tidak terkejut pagi-pagi buta, di hari Minggu. Mari kita ulang lalu garis bawahi dan cetak tebal, hari Minggu.
Hazel sudah ada dalam kamar tidur Rizki mengucapkan selamat hari jadi yang ke satu tahun. Harusnya menjadi suatu hal yang bagus bukan?
Tapi gak bagus buat Rizki.
Si pemuda yang baru saja bangun─ terbangun paksa lebih tepatnya─ mengusap wajah pelan.
"Kamu ngapain?" tanyanya, serak.
Entengnya Hazel menjawab, "Mau ngucapin lah!"
"Cel, ini masih jam empat. Nggak liat diluar masih gelap gitu."
Wah, dari intonasi yang Hazel dengar akan ada yang marah.
"Siapa yang ijinin kamu masuk kamar?"
Menunduk sambil memilin ujung baju Hazel berucap, "Bunda." ujarnya berbisik.
Si mungil mulai menyadari kesalahan kalau kedatangannya hanya mengganggu tidur sang pacar. Jadilah sekarang ia di rundung kemuraman.
Matanya sudah berkaca-kaca, Hazel pikir Rizki tidak akan bisa melihat dia yang akan menangis. Tapi itu opini Hazel sendiri. Rizki tahu pacar unyilnya ini tidak dapat di bentak atau disudutkan dengan perkara yang jelas-jelas salah Hazel.
Pada dasarnya memang cengeng, Rizki tahu itu.
"Kesini sama siapa?"
"Sendiri."
"Di bolehin Mama?" Hazel menggeleng.
"Terus?"
"Diantar sampai gang depan sama Pak Suryo." makin pelan lah suara Hazel.
Rizki menghela napas, antara muak dan juga kesal. Ia kembali berbaring membenarkan selimut.
"Ini terlalu pagi buat ngucapin. Nanti, baru boleh."
Berniat melanjutkan tidur, Rizki berbalik memunggungi Hazel. Perempuan itu berdiri, hendak pulang. Tapi ujung-ujungnya bakal menangis mengadu Bunda Kris, berakhir Rizki terkena omelan pedas.
"Ya udah─ emm... met bobok Ikik. Aku pulang dulu ya."
Dua kali di pagi ini, Rizki membuang napas. Menguji kesabaran sekali, sungguh. Ia membalikkan badan melihat Hazel yang akan meraih kenop pintu.
"Hazel."
Tanpa menengok ataupun berbalik Hazel menjawab, "Iya?"
"Sini dulu."
Cukup lama Hazel diam, "Tapi Ikik kan mau bobok."
"Iya, makanya sini."
Takut-takut Hazel berbalik. Berjalan kembali menuju tempat Rizki berbaring. Setelah dapat di gapai, Rizki menarik Hazel pelan untuk masuk juga dalam selimut.
"Temenin bobok." memeluk Hazel bak guling. Kaki Rizki membelit Hazel erat. Hazel juga sudah tidak sungkan membalas pelukan pacar sendiri.
Satu kata, hangat. Iyalah hangat belum juga keluar selangkah dari peradaban.
"Ikik serem tahu kalau marah." suara Hazel teredam dalam dada Rizki.
"Kalau udah tahu jangan buat marah."
Hazel hendak menjulurkan kepala protes, naas pelukan di leher si perempuan semakin dibuat menguat.
"Acel nggak mau buat marah ya! Acel kan mengucapin. Ikik aja belum ngucapin tuh."
"Ngucapin happy anniv nyelonong ke kamar bahkan matahari belum muncul?"
Hazel yang salah, ia lupa. Jadi ia semakin mengencangkan pelukan mereka. "Ikik... maaf."
Hazel belum tahu saja di atas sana Rizki memejam tersenyum menang. Si laki-laki menunduk, mendekat pada rungu Hazel.
"Selamat tanggal 8, bocil."
"Aku nggak bocil, aku udah tujuh belas tahun Ikiiik!!"
Kasihan Rizki, kulitnya merah-merah.
***
"Beli dua ya?"
"Satu."
Wajah Hazel cemberut lucu, "Kasihan Bunda, Ikik... nanti nggak kebagian."
"Alasan, Bunda gak bisa makan manis kebanyakan. Lagian satu ini aja udah besar, porsi kamu aja kayak kuli."
Si gadis mendengus sebal, "Jahat banget si."
Setelah melalui percekcokan panjang, keputusan final jatuh pada 1 rainbow cake. Kini tersaji mapan di atas meja makan siap di santap.
Rizki sudah memantapkan niat icip-icip satu sendok makan, "STOPPPP!" ─ tapi urung.
Dia menatap bingung Hazel. "Kenapa?"
"Mau aku potong dulu."
Hazel meletakkan piring di hadapannya. Membersihkan pisau sebagai alat membelah kue, lantas ia mengiris rainbow cake menjadi 1/4 bagian.
Ditaruh lah bagian 1/4 di atas piring miliknya atau─ "Nah ini..."
Bukan. Piring itu milik Rizki. "Punya Ikik."
Senyum gembira Hazel mengembang sampai-sampai netra menyipit cilik.
"Kalau yang ini, punya Acel." si gadis membawa potongan besar rainbow cake ke ruang tamu.
"Daaah Ikik."
Rizki menggeleng kepala pelan. Ia menatap 1/4 rainbow cake di hadapannya. Kemudian menyuap bersama perasaan pias.
"Gini amat pacar gua."
***
Note:
Hay hayy, akhirnya bisa pub work ini 😭
Aku udah dari lama ngidam pengen bikin cerita fluff banget. Sampai mabok sendiri bayanginnya. Jadi... Here we go. Tapi work sebelah tidak seringan ini bung 😏Semoga suka ya, jangan berharap banyak. Ini aku up sesuai mood mwehehe. Dan gak terlalu panjang juga. Terima kasih jangan lupa jaga kesehatan <3
Gini amat pacar Ikik 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETIE PIE
FanfictionBebal dan sulit di atur, tak jauh berbeda terkombinasikan menjadi satu. "Ikik, mau jajan ya?" "Ga boleh." Bagaimana seorang tsundere buciners menghadapi gadis mungil banyak omong seperti Hazel? | Jungri lokal.