SWEEPI - 06

468 73 15
                                    

Still mad - SWEETIE PIE

Hazel nyaris tak mempercayai. Rizki mengabaikan dirinya selama lima hari?! Banyak orang bilang, mengindari untuk menyapa lebih 3 hari bukan suatu hal baik. Namun berpaku pada kejadian kemarin, apa bisa disebut Rizki menyimpan dendam kepada Hazel?

Gadis mungil itu bahkan belum melihat kembali batang hidung Rizki selama lima hari itu pula. Pasti Rizki menghindarinya, Hazel yakin itu. Mau gadis mungil itu datang paling pagi sampai mendekati jam masuk sekalipun, rencananya tak pernah membuahkan hasil untuk bertemu sang pujaan.

Di hampiri ke kelasnya toh percuma, temannya akan bilang Rizki sedang ke toilet lah, di perpustakaan lah, pergi menemui guru matematika bertanya perkara pertanyaan yang sulit di terka. Sejak kapan juga Rizki menjadi anak lelaki serajin itu? menghampiri guru mapel pun ia lakukan. Sudah terdengar bukan Rizki sekali.

Kursi sebelah kanan Hazel di tarik. Dirinya yang tengah menelungkupkan kepala lesu perlahan mendongak tanpa minat, "Jay, kamu ngapain? Salah masuk kelas?"

Pemuda sebaya Hazel itu menghela napas jengah. Perkara hal begini saja kadar ketidakpekaan Hazel sungguh di ambang batas tidak wajar.

"Kagak. Ya gua ada urusan sama lu lah, bocil. Gitu aja gak peka."

Hazel mengerucut sebal. Sedang dalam suasana hati tak ingin di ajak berjenaka ataupun diusili.

"Jay kenapa si. Kalo mau ngajak berantem aku doang mending pulang aja. Lagi bete."

Sementara si gadis memutar arah pandang berlawanan dari Jay. Lelaki itu kini merasa tertantang, padahal sebab kedatangannya kini ingin membantu memperbaiki hubungan Hazel dan Rizki.

"Jahatnya, padahal orang cakep kayak gua kesini buat ngasih tutorial supaya Hazel si gadis mungil tapi gak peka bisa ketemu sama kakanda Rizki. Tapi ya, ya udah deh—"

"PLIS PLIS PLIS, BANTUIN HAZEL JUSEYO." tangan Jay di tahan kelewat erat. Gadis itu menatap penuh harap.

Jay tersenyum miring. Ia sebetulnya ikut muak, melihat Rizki yang selalu menghindari bertemu Hazel, tapi laki-laki itu juga selalu memantau secara sembunyi perjalanan Hazel pulang.

"Tahu warung Buk Mia gak?" Gadis itu mengangguk. "Ikik disana?"

Lengkungan bibir Jay tercetak ke bawah, ia menaikkan bahu acuh tak acuh, "biasanya. Coba aja samperin kalo pulang sekolah."

Jari Hazel membentuk bulatan antara jari jempol dan telunjuk lantas memberi kedipan jenaka, "oke. Makasih ayang Jay."

"Untung bodyguard lu lagi ngambek. Kalo denger, bisa abis muka gue."

Pacar Rizki itu tergelak, "nggak habis kok. Paling cuma biru-biru."

"Ye.. gue slepet juga lu lama-lama Cel."

***

"Tumbenan lu sering kesini."

Rizki melirik malas pada sisi kanan. "Lagi mau aja."

"Rokok gak?" Pemuda jangkung sebelah Kevin itu menerima uluran satu batang olahan tembakau.

Pemantik di nyalakan. Lantas Rizki mendekat sembari menutupi sekitaran ujung rokok. Asap mengepul dari mulut keduanya.

"Lagi berantem?"

"Dikit."

Teman Rizki itu sedikit tergelak, "kayaknya udah jadi kebiasaan lu, kalau berantem lari kesini mulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SWEETIE PIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang