21

2.1K 464 124
                                    

Beberapa langkah lagi wonwoo akan memasuki halaman villa tua kosong itu. Jujur saja, wonwoo bahkan bisa merasakan jantungnya sedikit berpacu lebih cepat dari biasanya.

Dan benar saja baru satu langkah memasuki halaman villa itu, hawa tak mengenakan langsung menyelimuti dirinya disertai angin dingin yang berhembus membuat bulu kuduknya sempat berdiri.

Baru mau melangkah lagi, ponsel mingyu tiba-tiba berdering dengan nomor tak dikenal tertera pada layarnya. Tanpa berpikir panjang wonwoo menerima panggilan masuk tersebut lalu mengernyitkan keningnya saat suara tak jelas terdengar dari sebrang sana.

Hanya suara kerasak-kerusuk.

Tak mau menambah beban pikiran wonwoo segera memutus sambungan dan kembali menyalakan senter.


"Wonwoo!"

Langkahnya lagi-lagi terhenti dan saat ia menengok rasanya agak lega, antara bersyukur dan waspada pada orang dihadapannya. Karena sungguh demi apapun, wonwoo bisa merasakan dengan jelas hawa aneh dari orang dihadapannya.

"Astaga, kepala lo berdarah! Lo gak apa-apa kan?!" wonwoo mengangguk, berusaha berpikir positif saat dokyeom datang dengan peluh di keningnya serta wajah penuh kekhawatiran.

"Kenapa lo bisa tau gua ada disini?"

Dokyeom menunjuk-nunjuk arah tak jelas, "Abah yang ngasih tau.."

Bukan, bukan itu maksud wonwoo tapi bagaimana bisa dokyeom datang kesini padahal villa ini cukup jauh dari pemukiman apalagi rumah mereka. Tapi kemudian wonwoo menggeleng, sebisa mungkin ia berusaha menyingkirkan pikiran negatifnya.

"Bantu gua, waktu kita nggak banyak!" seru wonwoo hendak melangkah lebar tapi dokyeom malah menahan tangannya.

"Ngapain kesana? Gua takut," ujar dokyeom dengan wajah takut sambil menatap villa tua tersebut.

"Mingyu sama dino ada disana!"

"Lo serius?!" pekik dokyeom lalu terbelalak saat wonwoo tak mendengarkannya dan malah lari ke dalam halaman villa meninggalkannya.

"Wonwoo tunggu!"





Entah kenapa, wonwoo merasa dokyeom seperti sedang mengulur waktu.














Joshua mengelap darah dari hidungnya, tubuhnya sudah terluka cukup banyak terutama memar pada wajahnya.

Hoshi terbatuk dengan nafas tercekatnya ia kemudian mengelap darah di ujung bibirnya masih sambil menatap tajam pada joshua. Bangkit dari posisi terlentangnya, hoshi auto melindungi tubuhnya dengan meja kecil saat joshua melayangkan sayatan padanya.

Tak mau kalah, hoshi memukul punggung joshua dengan meja tersebut sampai joshua tersungkur tapi joshua dengan gesit menendang perut hoshi dan berhasil menghindar sebelum hoshi melempar meja itu padanya.

Just For Fun | Seventeen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang