11

2.4K 503 146
                                    

Bzzttt—!


"Mati listrik."     gumam joshua.

Dirinya sedang menggeret koper menuju lantai bawah lalu perlahan menyadari suara langkah seseorang beserta sesuatu yang diseret.

Bruk!

"Astaga!"  pekik joshua benar-benar terkejut saat menabrak orang dengan kulit putih pucatnya.

"Gua kira setan!"     ringis joshua dibalas pukulan di lengannya.

"Lo yang ngagetin! Mana lo ngga nyalain senter pula!"    sungut seungcheol sambil memeluk lengan woozi yang sejak tadi berjalan bersamanya.

Lalu joshua menggaruk kepalanya, "Iya ya, kok gua ngga kepikiran."    ujarnya lalu merogoh saku untuk mencari ponselnya.

"Yang lain mana?"     tanya woozi dibalas gelengan.

"Udah pada di luar mungkin atau di ruang tengah mungkin."

Woozi mengangguk-angguk, "yaudah kuy cari yang lain."    ujarnya dibalas anggukan oleh joshua.

Tapi langkah kaki mereka seketika terhenti saat suara lirih terdengar dari belakang mereka.

Tubuh mereka menegang dan meremat tangan satu sama lain.


"Tolong.."

Sial, jantung mereka rasanya mau copot. Mau nengok tapi takut, gak nengok penasaran.

"N-nengok jangan..?"     lirih seungcheol ketakutan.

"Hayu, tapi takut.."     ujar woozi.

"Tengok aja."     ajak joshua.

"Kalo hantu gimana?"    lirih seungcheol.

"Tapi suara nya kok kaya kenal.."  gumam woozi dibalas anggukan oleh kedua temannya.

"Yaudah ayo nengok barengan."   ujar joshua.

Lalu dengan takut-takut perlahan mereka menengok ke belakang dan membulatkan mata sempurna serta mulut yang mengaga lebar.

"Tolong..."



Bruk!




"AAAAAAAAAAA!!"

Detik selanjutnya mereka langsung berlari terbirit-birit sambil berteriak ketakutan.









Karena disana mereka melihat














Jun dengan wajah penuh darah serta perut yang terus mengeluarkan darah dari sana sedang sekarat




lalu terjatuh dan meninggal.


























Di lain ruangan, dua orang kini menghela nafas kasar. Mereka telah berkeliling villa untuk mencari jalan keluar. Tapi nihil, semua pintu bahkan jendela tak bisa dibuka.

"Mau main game gak?"    celetuk salah satunya yang berbaju abu.

Satunya yang lain —yang memakai baju coklat— menoleh lalu mengernyitkan keningnya, "Game?"

Si baju abu mengangguk, "Kita main tebak-tebakan."

Si baju coklat ragu untuk menjawab karena entah kenapa perasaan nya mendadak tak enak. Tapi kemudian dia terkekeh kecil, "Sempet-sempetnya lo ngajak main tebak-tebakan."

"Pertanyaan pertama,"    sialnya si abu mengabaikan si coklat, "Menurut lo siapa yang mati lagi?"

Sungguh, si abu sepertinya sudah gila. "Maksud lo?"  

"Hati-hati kalo jawabannya salah, ntar ada yang mati lagi."

"Goblok, gila lo?"      sungut si coklat.

Si abu pun tersenyum, "Waktu lo buat ngejawab tiga detik lagi. Tiga"

"Anj—"

"Dua."

Sial, si coklat benar-benar bingung. "Lo!"

Si abu kembali tersenyum untuk satu detik dan merubah ekspresi nya menjadi datar. Lalu menggeleng. "Salah."


"Sejak kapan lo bawa pisau, bangsat?!"     panik si coklat.

Karena si abu menatapnya dengan tatapan seram sambil memegang pisau berlumuran darah ditangannya.

"Jawabannya.. Jun."

Membelalakkan mata mendengar penuturan si abu, saking terkejutnya si coklat sampai tak sempat menghindar saat pisau melayang dan berhasil menusuk dadanya.

"Uhuk..!"

Ia terbatuk, dengan darah yang keluar bersamaan dari mulutnya. Lalu menatap tak percaya pada si abu.



Tseb!


Lagi, dadanya ditusuk dua kali. Pandangan nya mulai memburam, juga tubuhnya yang mulai merosot tak berdaya.

"Good bye myungho."

Myungho, lelaki berpakaian coklat malam ini, menatap temannya tak percaya. Dan kembali membelalakkan matanya saat pisau menancap di perutnya yang kemudian merobeknya dengan brutal.





Namun sebelum nafasnya terakhirnya, ia yakin dengan penglihatannya..

Kalau mata teman—penghianat— itu tidaklah normal..

melainkan berwarna merah.


Dan setelahnya myungho menghembuskan nafas terakhirnya.












































































"Vernon anjing, lo ngapain bangsat?!!"

Just For Fun | Seventeen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang