sembilan; she's made for you...

79 17 0
                                    

Panasnya pipi Koeun tidak berkurang sampai hari H pernikahan Lucas. Tidak, bukannya setiap saat pipinya terasa memanas, namun lebih ke beberapa kali sosok Mark akan lewat sekelebat di kepalanya, membuatnya kembali teringat dengan ajakan setengah malu-malu dari pemuda itu, lalu pipinya memanas lagi.

Sebenarnya Mark sudah sering mengajak Koeun menemaninya ke berbagai acara. Bahkan kalau ada acara di agensi yang kerap bekerjasama dengan Mark, Koeun akan diajak juga.

Namun biasanya Koeun tak terlalu peduli dengan kapasitas apa ia diajak. Lagipula siapa mau menolak diajak ke acara yang melibatkan banyak artis dan idol menawan, bukan?

Hanya saja sekarang berbeda. Tidak tahu keberanian dari mana, Koeun bertanya ia diajak dengan kapasitas sebagai apa. Dan tidak tahu kesurupan apa, Mark terang-terangan bilang mengajaknya sebagai date!

Demi Tuhan!

Dan panas pipinya itu makin menjadi saat mereka bertiga sudah memasuki venue. Pernikahan Lucas tidak digelar besar-besaran terlepas dari seberapa terkenalnya lelaki bongsor itu. Pernikahannya di gedung, dengan konsep santai karena mempelai yang berkeliling, serta tamunya tidak banyak.

Sejumlah profil terkenal terlihat hadir di sana. Mulai dari mantan rekan satu grup idol Lucas, rekannya sesama model, juga beberapa artis. Namun Lucas sama sekali tidak mengizinkan ada media yang meliput, bahkan di luar gedung tempatnya menggelar pesta pernikahan.

Sedangkan istri Lucas adalah nonselebriti. Karena itulah Koeun bisa melihat beberapa "orang biasa" sepertinya berkeliaran di pesta ini, mungkin mereka teman-teman istri Lucas.

"Koeun ikut Mama ya?"

"Lah kok jadi gitu?" protes Mark. Jelas-jelas ia yang mengajak Koeun ke pesta ini, kenapa jadi ibunya yang mengambilalih?

"Kenapa? Kamu mau ditemenin Koeun?"

Koeun jelas bisa menangkap nada jahil di suara ibu Mark, membuat pipinya kembali memanas, namun Mark tetap dengan sikap datarnya. Lelaki itu lalu membuang napas, "Halah ya udah sana muter aja, Mark di sini."

Lewat lirikan matanya, Koeun bisa melihat ibu Mark merengut karena jawaban asal-asalan sang putra. Koeun segera meraih tangan ibu Mark, mengusapnya pelan, lalu tersenyum, "Ayo Ma, katanya mau nyapa temen-temen Mama."

"Oke deh, ayo," jawab ibu Mark lalu membalas gandengan Koeun. "Kamu jangan kemana-mana! Awas kalo nanti susah dicari atau dihubungi ya."

Mark hanya bergumam lalu memberi isyarat agar Koeun menarik ibunya pergi. Selepas mereka pergi, Mark tak kuasa lagi menahan dengusan napasnya. Apa-apaan itu tadi? Mau ditemani Koeun?

Ya... mau saja sebenarnya. Kan tujuan dia membawa Koeun ke sini untuk menemaninya, jelas-jelas ia sudah menjelaskan kapasitas gadis itu sebagai date-nya. Apalagi dengan pakaian kembar mereka, jelas sudah menunjukkan kalau Koeun memang temannya hari ini.

Tapi mau ditaruh mana wajahnya kalau sampai bersikeras menahan Koeun? Lagipula Mark merasa harus agak menjauh dari Koeun, sebab jantungnya mendadak ribut saat melihat Koeun keluar dari unit apartemennya hari ini.

Tidak, tidak, sebenarnya jantungnya sudah mulai ribut waktu Koeun membuka pintu unitnya tadi pagi. Tadi pagi, Mark yang sudah memakai pakaian pesta namun belum mengenakan jasnya, bertamu ke unit Koeun. Namun entah mengapa ia memilih menekan bel dan Koeun membukanya langsung, lengkap dengan kernyitan dahi di wajahnya yang sudah terpulas riasan.

"Mark?"

Ya Tuhan, ini benar Koeun yang sudah menemaninya sejak baru lahir?

"Tumben nggak langsung masuk?" sambung Koeun sambil membuka lebih lebar pintu unitnya. Sebab biasanya lelaki itu berubah jadi selonong boy mengingat mereka sudah saling bertukar passcode.

"O-Oh enggak, cuma bentar, disuruh Mama," sahut Mark terbata. Aduh, aduh, padahal ia sering melihat idol yang visualnya lebih luar biasa dari Koeun tapi kenapa sekarang jantungnya ribut sekali?

Mark berdeham, "Disuruh Mama ngasih tahu, kembaran pake baju nuansa abu-abu muda atau silver," ujarnya, sambil menunjuk tubuhnya sendiri.

Koeun spontan terkekeh, "Bisa ngabari via chat atau telepon aja kan?"

"Y-Ya aku pengin sama jalan-jalan. Lama banget nunggu Mama siap-siap."

"Ya, ya, ya, terserah," balas Koeun menyebalkan. "Bentar kayanya aku ada gaun kaya warna suit-mu, ya nanti aku samain."

Dan Mark buru-buru mengakhiri pembicaraan itu untuk kembali ke unitnya. Lama-lama sesak juga berdiri dengan jantung yang berdegup begitu kencang.

Namun jantungnya ternyata bisa bekerja lebih ekstra setelah itu. Tepatnya saat ia dan ibunya menjemput Koeun.

Koeun keluar dari unitnya dengan memakai gaun yang warnanya senada dengan suit Mark, sedikit lebih terang daripada gaun ibu Mark. Gaun Koeun tidak memiliki model yang aneh-aneh, tanpa lengan namun membalut tubuhnya dengan begitu cantik.

Mark hampir tidak menutup mulutnya kalau tidak diisyaratkan dengan ekspresi konyol oleh Koeun. "Awas kemasukan lalat," bisik gadis itu.

Mark tergagap dan kembali ke sikap andalannya, sok cool. Namun sebuah pemikiran melintas di benaknya, apa Koeun menjadi lebih cantik belakangan ini? Atau Mark saja yang memang abai akan visual Koeun?

"Dilihatin mulu, nggak bakal ilang kali, santai aja."

Lamunan Mark buyar, dan saat menoleh ia mendapati sang bintang utama malah berdiri di sebelahnya. "Kok sendirian?"

Lucas hanya menunjuk ke gerombolan wanita di sudut seberang. Memang terlihat istri temannya itu berada di sana. "Terus lihat kamu sendirian, kok kasihan."

"Sialan."

Lucas terbahak, cukup keras namun tidak separah biasanya. Ia lalu kembali mengikuti arah pandangan Mark tadi, meski kini sang produser lagu malah sok tidak peduli dengan meminum cocktail-nya.

"Udah nempel banget tuh sama Tante."

"Ya jelas, dari kecil malah."

"Nah, udah cocok. Nyari restunya nggak ribet."

"Restu buat apa astaga."

Lucas menatap datar Mark, "Jangan sok polos."

Mark hanya mengabaikannya.

"Semua orang juga bisa lihat kali, Mark," sambung Lucas. "Ada banyak emoji hati di mata kamu buat Koeun."

"Ngadi-ngadi."

"Dan semua orang juga tahu kamu pasti denial, persis sekarang ini," sergah Lucas. "Kenapa sih harus nolak buat ngaku suka sama Koeun?"

"I'm not..."

"Halah tai kambing," dengus Lucas. "Coba diingat, selama ini kamu segimana bergantungnya sama Koeun? Temenan dari kecil tapi udah domestik banget macem pasutri, ya kali masih denial aja."

Mark diam saja, namun Lucas tahu kata-katanya diserap dengan baik oleh temannya itu.

"Lihat deh. Ada nggak cewek yang kira-kira bisa memperlakukan Tante kaya' Koeun? Terus ada juga nggak cewek yang bisa tahan sama ritme kerja kamu, keanehan kamu, ya semua tentang kamu?"

Mark jadi merenung. Adakah?

"She's made for you, Dude. Jangan sampe direbut orang cuma karena kamu denial atau kelamaan nggak peka."

Dan tepat saat Lucas mengatupkan mulutnya, Mark bisa melihat Koeun disapa seorang pria yang familiar di ingatannya. Koeun tersenyum menanggapi lelaki itu, bahkan berkenan saat dibawa agak menjauh dari kerumunan ibu Mark dan kawan-kawannya.

Jaehyun.

to be continued

BESIDE || Markoeun FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang