delapan; date?

76 16 0
                                    

Koeun tahu ada Jaehyun menunggunya di depan kafe. Demi Tuhan, ia sedang lelah berbasa-basi sehingga ia berharap Mark akan segera menjemputnya.

Sayang, sampai semua temannya berpamitan, Mark tak kunjung datang sehingga Jaehyun berjalan menghampirinya.

Alhasil ia harus mengulas senyum dan menyapa balik Jaehyun, "Hai, Kak."

"Udah selesai pestanya?"

Koeun tertawa, "Bukan pesta juga sih, cuma seneng-seneng akhirnya semua urusan selesai. Bisa rehat dulu bentar habis gini."

Jaehyun ikut tertawa. Tidak selebar dan sereceh tawa Mark, malah cenderung tertawa ganteng, tapi mengapa Koeun tidak merasa berdebar?

Sebentar... mengapa tiba-tiba jadi membahas Mark?

"Kalo udah masuk masa istirahat, berarti waktu luangnya lebih banyak kan?"

Oh tidak... Koeun sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini.

"Pengin minta waktunya sebentar. Siapa tahu kita bisa ngobrol-ngobrol lagi," sambung Jaehyun, lengkap dengan senyum yang memamerkan deretan gigi putihnya.

"Ah itu..."

Dan jawaban Koeun tertunda karena suara klakson mobil. Koeun dan Jaehyun kompak menoleh, menciptakan kerutan di dahi Jaehyun, namun ulasan senyum lega di wajah Koeun.

Mark sang pengemudi hanya membuka jendela pintu sebelah kanan, "Ayo pulang."

Tak ada sapaan, tak ada panggilan nama, membuat Jaehyun sontak maju. "Siapa?"

Mark menatap tajam Jaehyun, "Situ yang siapa?"

Jaehyun menatap aneh Mark, lalu menoleh ke Koeun, "Kamu kenal?"

Koeun tersenyum tidak enak. Ia tahu Mark suka mendadak aneh kalau sedang dalam suasana hati yang buruk, tapi bisa lah ya bersikap lebih sopan sedikit ke orang lain?

"Ini Mark..."

"Saya Mark, temen deketnya Koeun. Saya udah dititipin pesan sama bundanya buat bawa dia pulang, ya saking deketnya sampe dipercaya gini. Jadi ini saya jemput Koeun, ayo pulang sekarang."

Koeun kembali tersenyum sungkan, lalu menatap penuh maaf ke Jaehyun. "Aku pulang dulu ya Kak, see you."

Jaehyun hanya mengangguk dan membalas seadanya ketika Koeun segera masuk ke mobil itu. Tak butuh waktu lama mobil Mark sudah melaju di jalanan, menyisakan hening di antara keduanya.

"Emang Bunda beneran nitip jemput ke kamu?"

Siapa menyangka Koeun akan memecah keheningan dengan bertanya seperti itu ke Mark?

"Ya enggak lah."

"Terus ngapain bohong?"

Mark menggaruk telinganya yang tidak gatal, "Iseng aja."

Dahi Koeun makin berkerut, "Kamu aneh banget hari ini."

"Perasaan aja."

Koeun siap mendebat, lagi, saat ia mendengar Mark bertanya sesuatu yang... aneh. "Udah makan?"

Koeun langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Mark. "Nggak anget lho? Kamu kecapekan banget ya sampe ngobrol nggak nyambung gini?"

"Apaan sih?!"

"Lah ya kamu yang apaan sih?! Jelas-jelas tahu aku habis makan malam sama temen-temen kantor ya berarti udah makan, Mooork. Ya ampun capek banget."

Mark tidak tahu harus menyembunyikan wajahnya di mana. Ini rasa malunya udah seperti ketika ia salah mengingat tanggal ulangtahun Koeun. Dan seperti waktu itu, Mark pun memilih untuk pura-pura cool.

"Tadi... siapa?"

Koeun yang sibuk memerhatikan jalanan menoleh menatap Mark, "Siapa?"

"Yang ngobrol sama kamu tadi, yang songong."

"Kamu kali yang songong," dengus Koeun. "Sopan dikit aturan sama orang baru, mana Kak Jaehyun lebih tua lho dari kita."

"Oh itu Jaehyun?"

"Kenal?"

Mark menggeleng. Meski jawabannya tak memuaskan dan Koeun menatapnya dengan tuntutan tanpa verba, Mark tetap diam sambil memanuver mobilnya. Dan akhirnya Koeun menyerah saja, temannya ini memang sedang aneh.

"Besok weekend sibuk nggak?"

Koeun menggeleng, "Mau hibernasi."

"Nggak boleh!"

"Idih, kok ngatur?" balas Koeun sengit. "Lagian kan kamu sama Mama ke nikahan Lucas. Aku nggak ada acara."

"Nah, mending kamu ikut ke nikahan Lucas."

"Ngapain?"

"Kok ngapain? Ya nemenin aku sama Mama."

"Ya... ngapain?" tanya Koeun, masih bingung dengan situasi. Demi Tuhan, dia sudah deg-degan sendiri kalau sampai Mark benar mengajaknya sebagai teman kondangan. Tapi yah... Koeun juga tidak mau termakan spekulasinya sendiri.

Mark tak langsung menjawab. Lelaki itu berdeham dan berusaha bersikap setenang mungkin, "Aku sama Mama kan pisah undangan, jadi masih bisa ngajak orang lagi. Ya udah aku ajak kamu aja, gimana?"

"...sebagai?"

Koeun tidak tahu apa motivasinya bertanya seperti itu. Ia juga tidak berharap mendapat jawaban dari Mark, saat pemuda berkaus hitam itu menjawab enteng.

"Date?"

Dan pipi Koeun langsung terasa memanas.

to be continued

BESIDE || Markoeun FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang