three; gini-gini aja...

98 20 0
                                    

Koeun dan kencan buta memang seperti tak bisa dipisahkan. Kalau Mark tidak salah ingat, Koeun mulai dijebak dengan berbagai kencan buta sejak usianya melampaui seperempat abad, berarti sudah hampir tujuh tahun yang lalu.

"Koeun kalo nggak diginiin pasti males temenan, Mark. Titip jagain Koeun ya, kalo dia cerita pasangan kencan butanya ngaco, hajar langsung aja."

Demikian pesan yang ibu Koeun tinggalkan kepada Mark sebelum putrinya memulai sesi kencan buta pertama. Mark hanya tersenyum, mengiyakan sebisanya meski sebenarnya Koeun tak pernah meminta bantuannya.

Mark hanya heran. Kalau memang takut Koeun bertemu dengan lelaki yang kurang benar, kenapa harus diatur agar bertemu lewat kencan buta? Maksudnya kenapa tidak kencan dengan yang dikenal saja?

"Ya emang mau sama siapa? Aku dari kecil kan deketnya sama kamu doang. Temen-temen kamu, aku udah khatam, nggak ada yang cocok."

Diberi jawaban seperti itu oleh Koeun, Mark bisa apa? Dan yah seperti sudah ia bilang tadi, Koeun hampir tidak pernah meminta bantuannya untuk menghajar teman kencan butanya, pertanda memang lelaki yang dihadirkan berkualitas baik.

Sebuah asumsi yang membuat Mark juga bingung, kenapa sampai sekarang ia tidak mendengar kabar Koeun berpacaran atau setidaknya melanjutkan ke kencan berikutnya dengan salah satu lelaki itu?

Entahlah, mengapa pula Mark harus memikirkannya?

Yang terpenting, Koeun selalu mengabarinya kalau hendak kencan buta, jadi Mark bisa siap-siap kalau sewaktu-waktu harus meluncur. Karena itulah ia heran mengapa Koeun tak memberitahunya soal kencan buta kemarin?

"Nggak sempet, lupa."

"Halah, bohong."

Koeun menghela napas, sebelum ia kembali berkonsentrasi dengan piring-piring kecil berisi lauk di hadapannya. Ibu Mark memasak banyak makanan, dan jangan lupakan kimchi yang dibawa khusus dari kampung halaman, menggunakan sayur segar yang dipetik dari kebun sendiri.

"Koeun, masih ditunggu lho jawabannya..."

Koeun berdecak, "Ya nggak ada alasan apa-apa. Kan aku juga nggak harus ngasih tahu kamu."

"Kan biasanya ngasih tahu, biar aku bisa ancang-ancang langsung cabut kalo ada apa-apa," protes Mark. Hei, dia cuma menjalankan perintah ibu Koeun ya!

Koeun mendengus sambil membawa piring-piring kecil yang sudah ditata di nampan ke meja makan. Dan Mark? Pemuda itu tentu saja hanya memerhatikan Koeun yang hilir-mudik di dapurnya tanpa tergerak untuk membantu.

"Ya kan biasanya juga aman-aman aja, jadi aku yakin yang kemarin juga," balas Koeun, buru-buru melanjutkannya sebelum Mark memberi berbagai bantahan. "Lagian ini cuma kencan buta biasa. Dan kamu sendiri, lagi ada mama di sini, aku nggak mau ganggu kalian."

"Ada Mama kenapa?"

Koeun dan Mark kompak menoleh, mendapati ibu Mark sedang berjalan menghampiri mereka. Tangan wanita paruh baya itu dengan enteng memukul punggung Mark, "Tuan rumah kok nggak bantuin?"

"Koeun mana mau dibantuin kalo di dapur? Yang ada malah aku diomelin," gerutu Mark sambil menarikkan kursi untuk ibunya. "Mamaku wangi deh."

"Pantes lagumu meledak di kalangan anak kinyis-kinyis ya, gombalannya maut garing gini."

Mark tertawa. Memang lagu buatannya banyak disukai penikmat musik karena sentuhan melodi serta lirik yang manis. Meski begitu, Mark juga tak jarang menciptakan lagu yang lebih menghentak penuh dengan rap keras, atau malah di beberapa karyanya menyisipkan pesan sensual tersirat.

"Tadi ngomongin apa kok bawa-bawa Mama?" tanya Mama setelah mengucapkan terimakasih atas segelas teh hijau dingin yang dihidangkan Mark.

Koeun sudah siap membuka mulut saat Mark langsung menyambar, "Itu... Koeun nggak cerita coba, Ma, kalo kemarin dia kencan buta. Padahal biasanya dia mesti ngasih tahu Mark."

Koeun mendengus lagi. Padahal ia berusaha agar janji kencan butanya yang kesekian kali ini tidak sampai ke telinga ibu Mark. Ya untuk apa dibahas? Ini juga bukan kencan buta pertamanya.

"Kencan buta?" ulang ibu Mark. "Kamu masih disuruh ikut kaya gitu, Koeun?"

"Iya, Ma."

"Padahal Mama kira udah berhenti, soalnya kalian kan udah pacaran."

"Hah?! Siapa yang pacaran?!"

Ibu Mark menatap kaget putranya yang malah memekik di tempat duduknya. "Ya kalian berdua."

"Hah? Mana ada aku sama Koeun pacaran?" sergah Mark langsung. "Iya kan?"

Koeun tak langsung menjawab. Ia berkonsentrasi menata piring-piring lauk di nampan lalu membawanya ke meja makan.

"Iya, Ma," sahut Koeun halus, memindahkan satu-persatu piring lauknya ke meja makan, sesuai dengan tempat duduk Mark dan ibunya.

Koeun langsung duduk di kursinya, yang sudah ditarik mundur Mark sebelum wanita itu bergerak mandiri, lalu mengulas senyum manis. “Aku sama Mark dari dulu kan ya gini-gini aja, Ma, nggak ada hubungan lebih."

Koeun menutup kalimatnya dengan senyum sebelum mengisyaratkan agar ibu Mark memulai makannya. Koeun diam-diam membuang napas panjang, pembicaraan inilah yang sebenarnya ia hindari.

to be continued

BESIDE || Markoeun FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang