seven; siapa?

68 16 0
                                    

Ketika pikiran Mark jernih kembali, deretan peristiwa yang terjadi sejak selesai sesi rekaman sampai ia menelepon Koeun mendadak berputar lagi di kepalanya. Mark jadi ingat, setelah sesi rekaman, Mark sempat kembali mengobrol dengan Johnny yang memberinya tatapan remeh ketika ia menegaskan Koeun si "Ms. Beta-Listener" hanyalah temannya sejak kecil.

"Lebih kaya soulmate, pasangan sehidup semati, Mark."

"Jangan lebay."

Johnny mengedikkan bahu, "I'm just stating the fact." Johnny mencondongkan tubuh ke arah Mark, "Hubungan kalian tuh udah domestik banget, macem pasutri."

Tapi Mark ingat ia menjadi sedikit gusar setelah menelepon ibunya untuk meminta persetujuan. Ya, Mark memang menghubungi ibunya soal bolehkah ia mengajak Koeun untuk menyertai mereka ke pernikahan Lucas besok

Mark bisa mendengar decakan ibunya di seberang sana, "Mama pikir kamu udah peka, Nak."

"Maksudnya?"

Ibunya membuang napas, "Mama kira kamu udah ngajak Koeun ke nikahan Lucas besok."

"Ya belom, Ma, kan awalnya mau sama Mama."

"Ya walau sama Mama, masa iya kita berdua doang? Jelas-jelas Mama sama kamu dapat undangan sendiri, ya kamu boleh dong bawa pasangan."

Mark mengabaikan saja celotehan ibunya, "Jadi ini boleh nggak?"

"Ya boleh aja. Ajak Koeun baik-baik, Mark."

"Hmm..."

"Walau Mama nggak yakin kamu bakal diterima."

Mark yang sedang membereskan berkas-berkasnya sampai berhenti bergerak. "Kok gitu?!"

"Ya siapa tahu Koeun ada kencan buta lagi. Itu kan akhir pekan."

"Koeun nggak pernah kencan buta pas weekend," potong Mark. "Ini aku tahu karena merhatiin jadwal kencan buta dia. Lagian juga biasanya kalo pas weekend Koeun sama aku, kita Netflix-an bareng, kalo nggak jalan atau kulineran."

Mark disambut dengan hening. Mark sampai mengira sambungan teleponnya terputus saat ia mendengar helaan napas ibunya. “Pantes Bunda Koeun ngamuk ke Mama."

"Hah? Mama ngomong apa?"

"Nggak ada," kata ibunya. "Mama cuma mau bilang, ya siapa tahu bukan kencan buta baru tapi lanjut ke sesi kencan berikutnya. Katanya pasangan kencan buta terakhir Koeun potensial gitu."

Dan setelahnya Mark tidak ingat lagi percakapannya dengan sang ibu. Otaknya hanya terus mendengungkan ucapan ibunya, sembari terus membayangkan bagaimana sosok laki-laki yang disebut potensial untuk berlanjut lebih dari sekadar kencan buta dengan Koeun.

"Namanya Jaehyun. Katanya karyawan bank. Kata Koeun, anaknya manis juga nyambung ngobrolnya sama dia."

Mark tidak tahu apa kaitan semua kejadian itu dengan emosinya yang jadi tidak stabil. Hanya saja setelah semua urusannya berakhir, ia langsung menuju kantor Koeun dan hendak mengajak gadis itu pulang dengannya. Sayangnya ia malah disambut dengan penolakan karena Koeun makan malam dengan teman kerjanya.

Dan di sinilah Mark sekarang, menghabiskan kimbap segitiga sambil menatap lurus ke kafe tempat Koeun berada. Gadis itu memang telah mengirimkan pesan beserta lokasi agar segera dijemput, namun Koeun pasti tidak menyangka Mark sudah tiba di dekat kafe hanya dalam jangka waktu kurang dari seperempat jam.

Dari mobilnya, Mark bisa melihat Koeun tertawa bersama teman-teman kerjanya. Meski dari jauh, Mark bisa melihat Koeun tetap serapi biasanya, benar-benar tipikal Koeun yang tidak pernah tidak berusaha sempurna.

Ya coba bandingkan dengan dirinya yang sudah tinggal memakai kaus hitam oblong sedangkan kemejanya telah terlempar begitu saja ke kursi belakang. Perbuatan tercela karena Mark sudah bisa membayangkan omelan Koeun, yang tentu saja disampaikan sambil melipat rapi kemeja tersebut dan memasukkannya ke tas plastik yang selalu dibawa Koeun kemana-mana.

"Ini mobil bukan mesin cuci! Lipet yang rapi kan bisa."

Omelan seperti itu sudah Mark dengar sejak SMP, semenjak Koeun rajin menemaninya latihan basket sampai senja dan seragam Mark akan selalu rapi disimpan gadis itu. Baru selepas latihan, Koeun menyerahkan tas plastik berisi seragam Mark, dan dibalas dengan senyum penuh terimakasih pemuda itu.

Kesadaran Mark kembali dan ia melihat gerombolan Koeun keluar dari kafe itu. Koeun tampak berbincang sejenak sebelum mulai berpisah dengan teman-temannya. Saat itulah Mark hendak melajukan mobilnya supaya Koeun, yang menunggu di pinggir jalan, bisa langsung naik ke mobilnya.

Namun aksinya berhenti saat ia melihat seorang lelaki berjaket hitam menghampiri Koeun.

Siapa?

to be continued

BESIDE || Markoeun FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang