How The Story Starts

305 20 2
                                    

Dia berdiri disana, menatap pada tubuh yang terlahap oleh api dengan mata biru permata yang dingin.

Ini sudah kali ketiga bulan ini. Pembunuh bayaran yang dikirim oleh para musuh keluarga Kekaisaran semakin kuat, melihat luka-luka yang dia dapat kali ini lebih banyak. Kedepannya, bisa saja dia tidak akan selamat hanya dengan kekuatannya saat ini.

"Aku harus mencari cara untuk menyamarkan mata sialan ini," gumamnya, sembari berjalan meninggalkan tempat itu.

Tiga bulan telah berlalu semenjak kematian ibunya. Dan semenjak itu pula, tidak ada lagi yang dapat menyembunyikan mata biru permata ini dari dunia. Amulet yang ibunya buat sebagai pertahanan terakhir pun lenyap karena pembunuh bayaran terakhir memotongnya. Untung saja lehernya tidak sekalian juga ikut terpotong waktu itu.

"Bella? Kamu terluka lagi?" Adalah kalimat yang menyambutnya begitu dia memasuki sebuah pub.

Ini sudah lewat tengah malam, dan pub kecil di pinggir kota ini sudah tutup dari beberapa jam yang lalu. Semua meja sudah di rapihkan, kecuali satu meja yang diduduki oleh pemuda 16 tahun berambut cokelat dengan mata berwarna hijau laut.

"Maaf ganggu, Leo. Tapi aku butuh kemampuanmu." Ucap Bella, menjatuhkan diri pada kursi didepan Leo.

Leo mendecak, namun dengan ekspresi khawatir menghias wajahnya. Dia pergi ke belakang untuk sejenak, sebelum kembali dengan sebuah handuk dan basin berisi air. "Tunjukkan lukamu."

Bella menuruti apa kata si pemuda tanpa banyak kata dan menunjukkan luka tebasan yang ada di bahu kanannya.

"Ini lebih parah dari yang sebelumnya," Leo menyatakan. "Meski dengan kemampuanku, ini pasti akan meninggalkan bekas luka."

"Aku tidak peduli dengan hal yang seperti itu," ucap Bella dengan datar.

"Kamu harus. Bukannya seksisme atau apa, tapi kamu itu perempuan." Leo mulai membersihkan luka Bella. "Seorang anak perempuan yang masih berumur sebelas tahun. Kamu seharusnya menikmati hidup dengan bermain bersama anak-anak seumurmu."

"Sayang sekali situasi ku tidaklah mendukung untuk semua itu, kan?"

Pada pertanyaan itu, Leo hanya terdiam. Dia menaruh handuk yang bersimbah darah pada basin berisi air yang memerah. Kedua tangannya mulai diselimuti energi putih, dan dia mengarahkannya pada luka lebar di bahu Bella.

Leo adalah seseorang yang terlahir dengan energi suci, namun tak cukup kuat untuk menjadi pendeta di kuil. Energi suci yang dimiliki Leo tidak bisa untuk menyembuhkan penyakit dalam, namun masih cukup untuk bisa menyembuhkan luka fisik yang tidak parah.

Cukup berguna, dan Bella tidak menyesal mendapat patah tulang untuk menyelamatkannya dari para preman tiga tahun yang lalu. Karena sekarang tak hanya dia mendapat penyembuh pribadi, tapi Bella juga mendapatkan seorang teman.

"Aku masih tidak mengerti kenapa kamu tidak mencoba menghubungi istana dan malah bersusah payah bersembunyi begini," Leo mengkomplain. "Rumor mengatakan bahwa sang Kaisar sangat menyayangi tuan Putri, tahu. Dia mungkin tidak akan masalah mendapat Putri lain."

"Dan rumor mengatakan bahwa tuan Putri adalah anak yang manis, imut, lucu dan menawan. Apa empat kata itu ada padaku?"

Leo mendengus. "Kamu benar. Kamu itu adalah gadis yang bar-bar dan aku sama sekali tidak melihat empat kategori itu ada di dirimu."

Bella langsung menyikut Leo, yang mana tidak dapat pemuda itu hindari karena dia masih dalam proses menyembuhkan. Bella terkekeh pada gerutuan nya.

"Tapi bukan hanya itu alasanmu tidak ingin ke istana, kan?"

Bella tidak menjawab, karena apa yang dikatakan Leo memang benar.

Princess Of The Blazing FireWhere stories live. Discover now