In Which The Plot Smack Her Hard

80 14 0
                                    

Beberapa bulan berlalu, dan musim semi pun datang ke Obelia. Bella sudah membiasakan diri dengan kehidupannya di Istana, meski rasa waspada yang ada di tubuhnya masih tak kunjung hilang. Setidaknya dia tidak pernah membanting orang jikalau ada yang menyentuhnya tiba-tiba.

Setelah Bella tertangkap basah berlatih pedang tanpa adanya pembimbing oleh Felix, Claude mengirimkan seseorang untuk menjadi instruktur pedangnya. Seseorang yang bernama Matteo Clark.

Ah, kalian ingat siapa Matteo Clark itu, kan?

Itu, loh, si komandan divisi pertama kemiliteran Obelia, atau yang biasa dikenal dengan Ksatria Sorell.

Bukannya Bella ini kurang bersyukur atau apa. Tapi apa iya harus menunjuk orang sepenting itu sebagai instruktur nya? Tidakkah sir Matteo itu sibuk?

Tapi tidak apa-apa, Bella tidak akan mengkomplain. Karena belajar dengan sir Matteo itu menyenangkan, meski di akhir sesi latihan dia biasanya akan merasa pegal-pegal yang teramat sangat.

"Teknik anda semakin membaik, Tuan Putri." Ucap sir Matteo dengan senyuman. "Anda memang memiliki bakat untuk bermain pedang."

Bella tersenyum puas mendengar pujian itu, meski masih dalam posisi terkapar di tanah dengan napas yang tersengal lelah.

"Apa anda masih ingin melanjutkan sesi latihan hari ini, Tuan Putri?" Tanya Matteo, sembari memberikan sebotol air minum kepada Bella.

Bella langsung meneguk habis air itu sebelum menjawab. "Tidak untuk hari ini. Aku ada janji minum teh bersama Yang Mulia dan Putri Athanasia."

Semenjak acara minun teh pertama Bella dengan keluarga barunya, dia diundang untuk menghabiskan waktu bersama secara reguler oleh Claude atas permintaan Athanasia. Tidak setiap hari, tapi masih terlalu sering.

"Kalau begitu saya tidak bisa menahan anda lebih lama lagi, tidak baik membuat Yang Mulia dan Tuan Putri Athanasia menunggu." Matteo tersenyum girang, membuat Bella menjadi bingung.

"Kenapa kau tersenyum begitu?" Bella bertanya. Dia kemudian menaruh pedang kayu yang baru saja dia pakai ke rak nya semula.

Meski belajar pedang secara formal adalah keinginan Bella, dia tetap tidak suka ketika dia diharuskan untuk belajar dari awal menggunakan pedang kayu. Padahal dia sudah bersuka cita saat Claude akhirnya mengangkat sihir pelindung gudang senjata Istana Safir, tapi ujung-ujungnya dia tidak boleh hanya untuk sekedar memegang pedang-pedang itu, apalagi mengayunkannya.

Semua ini gara-gara Felix!

"Saya hanya merasa senang melihat Keluarga Kekaisaran berusaha untuk hidup dengan harmonis," ucap Matteo, si pria yang mengutamakan keluarga diatas segalanya. "Saya masih ingat dengan keluarga Kekaisaran generasi sebelumnya. Atmosfir di sekitar mereka begitu tegang, dan mereka sama sekali tidak kelihatan akur."

"Kau bisa terkena masalah jika omonganmu itu didengar orang," Bella menggelengkan kepalanya. "Dan juga, daripada berusaha untuk hidup harmonis, Yang Mulia mengundangku hanya untuk mencari hiburan."

Itu benar. Bella merasa tujuan Claude mengundangnya ke acara minum teh nya dengan Athanasia adalah untuk mengusiknya. Karena dia sudah sering melihat Athanasia yang berperilaku imut, dia mulai mencari hiburan dari reaksi Bella yang selalu membalas.

'Dasar sialan.'

Bella tidak bisa mengatakan kalimat itu langsung ke wajah si Kaisar Obelia, jadi dia harus sudah puas hanya untuk mengutuknya di dalam hati saja.

"Saya yakin bukan hanya itu saja Yang Mulia mengundang anda, Tuan Putri." Matteo membantah. "Lagipula, itu sudah menjadi hal yang wajar untuk seorang Ayah mencari hiburan dari sosok anak mereka untuk melegakan pikiran mereka. Saya pun selalu mencari Putra saya jika saya ingin beristirahat dan melegakan pikiran dari pekerjaan saya."

Princess Of The Blazing FireWhere stories live. Discover now