07. Kecurigaan Awal

342 21 1
                                    

“Apa yang kau lakukan?” bisik Kimmy, bingung.  Dia tak takut sama sekali, hanya heran. 

            Satryo membawanya berlari agak jauh dan bersembunyi ke balik semak-semak lebat.  Barulah pemuda itu menurunkannya dan mendekapnya erat karena sempitnya area persembunyian untuk mereka.  Satryo tak perlu menjawab, Kimmy langsung mengerti maksud pemuda itu.

            “Kita bersembunyi dari siapa?” bisik Kimmy lagi, lebih lirih dari yang tadi.

            Satryo menutup mulut gadis itu dan menatapnya tajam, mengisyaratkan supaya gadis itu tak berbisik lagi.  Merasa penasaran, Kimmy menegakkan kepalanya ... ingin tahu apakah ada yang terjadi.  Tampak beberapa orang mengenakan masker hitam datang berkunjung, sebagian mengendap-endap masuk ke dalam rumah.  Tidak!  Mereka mendobrak masuk ke dalam kamar Kimmy!  Tak sadar gigi Kimmy bergemelutuk geram. 

            Satryo lekas menundukkan kepala Kimmy, bertepatan dengan itu ... seseorang dari mereka, yang berkepala gundul menoleh cepat kearah mereka.  Jantung Kimmy berdebar kencang,  Apalagi ketika menyadari, ada langkah kaki mendekat kearah mereka.  Satryo semakin merapatkan tubuh Kimmy hingga menempel erat ke tubuh pemuda itu.   Harum tubuhnya begitu maskulin, bukan karena parfum buatan pabrik. Ada aroma kayu manis yang menguar dari tubuhnya, juga bau telon yang menebarkan kehangatan.  Mencium bebauan itu menenangkan Kimmy yang tengah gelisah.  Dia memejamkan matanya dan menghirup dalam aroma itu dari tubuh pemiliknya.  

            Pupil mata Satryo melebar menyadari apa yang dilakukan Kimmy.  Namun ia harus tetap waspada dengan keadaan diluar, dimana si gundul yang mendekati mereka tengah menyibak dedaunan untuk memeriksa suara yang menganggu tadi.  Satryo menekan tubuh Kimmy yang sudah menempel ke tubuhnya semakin erat, alhasil payudara empuk gadis itu menekan dadanya yang kokoh.  Dia pria normal.  Wajar barangnya bereaksi karenanya, apalagi Kimmy masih menduselkan hidung mancungnya ke dadanya.  Gantian Kimmy yang alisnya naik ketika merasa ada benda panas dan keras menekan perutnya.  Dia bukan gadis polos, dia tahu persis benda apa yang mengusik bagian bawah tubuhnya.

            Kimmy membuka matanya dan mendongak menatap si empunya barang, kebetulan Satryo sedang menunduk padanya.  Mata mereka bertemu dalam jarak pendek.   Jantung Kimmy berdebar kencang, tapi bukan karena takut pada si gundul yang semakin dekat, hampir berada di depan mereka.  Mereka terus bertatapan, sampai terdengar suara desisan rendah.  Kimmy nyaris menjerit saat merasakan ada sesuatu yang melata menggesek kakinya.  Satryo yang menangkap gelagat kurang menguntungkan itu segera bertindak.  Dibungkamnya jeritan Kimmy dengan ciuman agresifnya, sementara tangannya dengan cekatan menangkap ular kecil yang melata di dekat kaki Kimmy dan melemparkan kearah si gundul.

            “Sontoloyo!”  Si gundul menyumpah kaget, lantas menginjak ular itu sekaligus mematikannya dengan geram.

            Belum sempat dia bergerilya lagi, anak buahnya datang membawa laporan.  

            “Mang, gadis itu ndak ada di kamarnya.”

            “Di tempat lain?” tanya si gundul gusar.  Masa dia pulang tanpa membawa hasil?

            “Ndak ada dimana-mana, Mang!  Apa perlu kita menyatroni ke rumah induk?”

            Dan berhadapan dengan Pak Lurah yang tinggal di rumah induk?  Belum saatnya!

            “Ndak usah, kita balik dulu saja!”

            Mereka pergi beriringan, meninggalkan sepasang insan yang asyik berciuman dengan napas memburu karena pasokan oksigen yang semakin menipis.  Akhirnya bibir mereka saling menjauh dengan wajah memerah.  Hanya saja warna memerah itu tak tampak di wajah Satryo yang berkulit gelap.  Pemuda yang sarat aura maskulin itu menatap lekat bibir Kimmy yang bengkak dan semakin merah akibat perbuatannya.

41. MISTERI NYAI RONGGENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang