03. Desa Terkutuk

505 29 1
                                    

Desa Gayam, 20 tahun kemudian ...
            Baru kali ini ada mahasiswi kota yang datang melakukan penelitian di desa terpencil ini. 

Kedatangannya tentu memancing perhatian para penduduk desa, apalagi dia masih muda, sangat cantik .. dan memiliki darah blasteran.  Namanya Kimberly, panggilannya Kimmy.  Dia mahasiswi jurusan tari.  Demi kepentingan tugas akhirnya, dia rela mengunjungi desa Gayam yang konon merupakan desa terkutuk akibat aura mistis tari ronggeng yang kini dilarang dipentaskan di desa ini. 

            Kimmy penasaran.  Itu sebabnya ia mengangkat topik ini sebagai tugas akhirnya.  Sebagai mahasiswi calon lulusan terbaik, dia ingin mempersembahkan tugas akhir yang spektakuler.  Sangat cocok kan tema yang ia angkat?

            “Sebenarnya saya heran, mengapa Pak Lurah bersedia menerima Nona Kimmy mengadakan penelitian di desa kami,” cetus Pak Leres Sejati.  Dia petugas administrasi desa yang bertugas menerima dan mengenalkan Kimmy di desa Gayam.

            “Memangnya mengapa Pak?  Apa ada larangan meneliti di desa ini?” tanya Kimmy heran.

            “Bukan begitu, Nona.  Tapi topik yang Nona angkat sangat riskan.  Apa Anda tahu rumor di desa ini?”

            “Justru itu saya ingin menelitinya.  Saya yakin, desa ini bukan desa terkutuk.  Apalagi kutukannya karena tari ronggeng.  Saya tak rela kebudayaan kesenian kita menjadi kambing hitam untuk sesuatu yang kurang baik konotasinya,” jelas Kimmy.

            Pak Leres menghela napas panjang.  Sebenarnya bukan tariannya, tapi kutukan itu datang dari mulut penari ronggeng yang hingga kini tak diketahui keberadaaanya.  Ada yang bilang dia melenyapkan demi tumbal kutukannya.   Tapi Pak Leres tak berani mengungkapkannya, tak hanya dia .. semua penduduk di desa Gayam tak berani menyebut nama Nyai Ronggeng.  Mereka khawatir teluh akan datang jika mereka memanggilnya.

            Kimmy berjalan santai di samping Pak Leres, sesekali ia tersenyum pada penduduk desa yang ditemuinya di jalan.  Namun mereka melengos, ada yang membuang muka.  Sepertinya penduduk desa ini bukan orang yang welcome pada orang asing yang dijumpainya. 

            “Maaf, mereka memang begitu terhadap orang yang baru dikenalnya.  Tapi nanti lama kelamaan mereka akan menerima Nona Kimmy dengan baik jika Nona tak melanggar pantangan di desa ini dan mematuhi adat kami.”

            Pantangan apa?  Adat seperti apa? 

            Kimmy mengernyitkan dahi heran.  Namun ia menyimpan pertanyaannya dalam hati.  Begitu banyak yang ingin ia ketahui, dia harus sabar untuk bisa mengungkapnya satu per satu.  Semakin lama disini ia semakin penasaran.  Dan Kimmy adalah tipe cewek yang tak mudah puas jika belum menemukan jawaban atas rasa penasarannya.

            “Tak masalah, Pak.  Saya akan berusaha memenuhinya sebisa mungkin.”

            Sebisa mungkin.  Semaksimal dia bisa.  Jadi kalau tak bisa, bukan dia mengingkari janjinya kan?  Pikir Kimmy geli.

            Btw, anggap saja disini dia sekalian berlibur.  Hawa pegunungan di desa Gayam sangat sejuk, dia menyukainya.  Kimmy merentangkan tangannya sambil berjalan mundur, menghirup dan menikmati udara segar dengan memejamkan matanya. 

Duk!

Dia membentur seseorang, tubuhnya sempoyongan kalau tak ada lengan lelaki yang menahan pinggangnya.  Tak sadar, ia berbalik dan menampar pria yang memeluknya.

PLAK!  Tamparannya bukan di wajah pria itu, namun di dadanya. 

Kimmy terpaku seketika.  Pria yang baru saja ditamparnya adalah raksasa!  Tingginya hanya sedada pria itu, padahal Kimmy termasuk cewek dengan tinggi diatas rata-rata.  Jadi berapa tinggi pria ini?  Dua meter lebih? 

41. MISTERI NYAI RONGGENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang